Pagi ini baru habis hujan, langit masih kelihatan mendung, tapi sinar matahari dapat menembus awan. (Name) jalan-jalan bersama anaknya di halaman rumah untuk mencari kehangatan matahari. Itu sebab Abyan yang tak betah diam di dalam rumah, sampai rewel, setelah diajak jalan-jalan di halaman rumah baru bisa tenang.
Selain itu, ada Sopan yang sedang duduk di teras depan. Tadi mereka sudah selesai sarapan dan juga bersih-bersih di dalam, sekarang cuma santai-santai.
Setelah sudah capek jalan-jalan sambil gendong anak, (Name) ikut duduk di sebelah Sopan. Di situ juga ada paparan matahari.
"Lelah?" ucap Sopan. Baru juga (Name) menoleh, pria itu langsung mengambil alih Abyan.
(Name) mengipas tangan di hadapan mukanya. "Kadang aku kepikiran, gimana nasib kakak, kalau seandainya aku gak selamat dari masa koma?"
Mendengar ujaran itu, tentunya Sopan terdiam. "Kenapa mikirnya ke situ?"
(Name) menoleh ke arah Sopan. "Aku ngerasa berat banget waktu itu, aku sempat ngerasa gak sanggup bawa bayi sampai lahir. Malahan aku kecelakaan dan koma. Kalau aku dan bayiku gak selamat waktu itu, gimana jadinya sekarang?"
"... Malah bahas yang jelek. Sekarang hidup kita sudah damai, sudah baik-baik saja, gak perlu bahas yang sudah berlalu."
"Aku lagi nyoba berpikir kritis. Mungkin ya, sekarang kakak lagi sedih-sedih karena aku dan kandunganku gak selamat?"
"Topiknya 'kan bisa yang lain, dek."
"Lagi ngebayangin Kak Sopan jadi duda muda. Baru juga umur 21, udah punya gelar duda. Tapi kalau kenyataannya beda, aku gak selamat dan Aby berhasil lahir, pasti kuliahnya sambil bawa bayi."
"... Kalau kenyataannya begitu, yang jelas aku sudah masuk rumah sakit jiwa. Saking stressnya ngurus bayi."
(Name) terkekeh. "Untungnya enggak gitu, yaa. Aku bersyukur banget, Tuhan ngasih kesempatan melanjutkan hidup, sehabis istirahat seminggu."
"Waktu masih hamil, aku pernah ngehalu kalau di masa depan aku hidup bahagia, meski udah hamil duluan dan nikah muda, gak bisa melanjutkan pendidikan dan impian," ujar (Name)
"Lalu, ternyata?"
"Ternyata terwujud! Nikahnya sama kakak yang sabar banget."
Sopan tersenyum. "Takdir memang gak terduga. Aku pernah bilang, setelah badai akan cerah."
(Name) tersenyum, menumpu telapak tangannya di belakang, menatap langit. "Aku kepengen ke kebun binatang sebenarnya."
"... Tiba-tiba banget."
"Aku pengen jalan-jalan lagii. Kakak sekarang juga libur, 'kan?"
Sopan senyumin aja. "Jam berapa?"
"Sekarang aja gak sih? Biar gak sampe sore banget,"
Mungkin ketika besar nanti, Abyan akan menulis di bukunya, "Ketika Lima Bulan, Aku Bertemu Kaum Ibuku" /plak!/. Mengunjungi kandang yang ada di situ cuma untuk melihat sebentar lalu pergi, kalau keburu takut sama hewannya (Name) yang buru-buru pergi.
"Kak, aku mau lihat gajah,"
"Entar diinjek gajah kamu, gepeng yang ada."
"Ahh, bisa ajaa."
Mereka pergi ke kandang gajah, di sana terdapat beberapa penjaga yang akan menjadi guide untuk mereka. (Name) dipertemukan dengan seekor anak gajah, dan jadi asik di situ. Sementara itu, Sopan berdiri agak jauh ngelihatin karena dia sedang membawa Abyan.
Sebelumnya, belum pernah Sopan melihat (Name) sebahagia ini. Hanya dipertemukan dengan gajah sudah tertawa bahagia, dan tampaknya mau membawa gajahnya pulang-
![](https://img.wattpad.com/cover/371248822-288-k704315.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Certainty [✓]
Fiksi Penggemar୨⎯ BoBoiBoy Sopan w/ Female!Readers ⎯୧ Pahit di awal, manis di akhir‼️ (Name), gadis baik-baik dan termasuk anak pintar di sekolahnya, malah harus terjerumus ke dalam pernikahan dini yang diakibatkan kehamilan pranikah. Sopan, lelaki baik-baik yang...