Chapter 16

558 84 23
                                    

Esok pagi, (Name) baru pulang dari rumah sakit. Selama di rumah sakit semalam, Fania tak ada kabarnya, seperti minimal nanya ke Sopan. Benar-benar setidakpeduli itu sehabis membuat menantu dan calon cucunya sempat kenapa-kenapa.

Ini masih jam tujuh pagi, (Name) baru selesai mandi sehabis Sopan tadi. Semalaman mereka tidak ada menyentuh air kamar mandi.

"Kegiatanmu hari ini apa?" tanya Sopan

(Name) menggeleng. "Gak tau, aku 'kan pengangguran ..."

"... Kegiatan rumah maksudku."

"Ngurus rumah lah." Perlahan-lahan muka (Name) kelihatan cemberut. "Aku malas ketemu ibu kamu. Gak mau ditempeleng lagi pakai suara cemprengnya entar."

Sopan menghela napas. "Kita gak bisa mengendalikan ibu untuk itu."

"Iya, lagian ibumu duluan, aku diam aja salah baginya."

Sopan tersenyum tipis. "Daripada sibuk ngulik kesalahan orang, mending kita turun. Aku lihat ibu gak ada di rumah."

"Beneran?"

Sopan mengangguk. "Aku iseng cek ke kamarnya, kosong. Lihat rak sepatu pun gak ada alas kaki punya ibu. Pastinya lagi keluar rumah."

Senyuman (Name) bangkit kembali. "Hehe."

Mereka berdua pun turun menuju dapur. Niatnya dapur date alias memasak bersama. Mereka tentunya bagi-bagi tugas untuk itu, ada yang menyiapkan bahan, ada pula yang memasak.

Sopan mengambil alat dan bahan memasak, lalu dikumpulkan di satu tempat. (Name) pun mulai menyiapkan bumbu-bumbuan, Sopan yang mencuci bahan masakan. Niatnya memasak sayuran dan ayam yang berkolaborasi.

(Name) mulai menumis bumbu yang sudah ia cincang. Baru beberapa menit lalu masuk wajan, Sopan yang sedang memotong daging pun bersin heboh. Membuat (Name) terkekeh.

"Jauh-jauh dulu sana kalau emang gak kuat,"

"Gak mau."

Selesai memotong daging hewan berkaki dua, Sopan segera merebusnya, lalu ia menjauh sebentar karena dibuat pilek oleh tumisan bumbu.

(Name) sih baik-baik saja, ia sudah kebal. Ia masih asik memasak, memasukkan sayur yang sudah dipotong oleh Sopan, dan kembali mengaduk. Sesekali mengecek rebusan di sebelahnya.

Beberapa menit kemudian, masakan sudah jadi. (Name) memanggil Sopan untuk makan bersama. Karena tak ada niat memindahkan masakan ke meja makan, jadinya mereka makan di dalam dapur.

"Enak, gak?" tanya (Name)

"Tentu, walau agak mematikan di awal."

"Gak usah dramatis, hidung kamu aja yang belum terbiasa."

"Oh ya, apa hari ini kamu kuliah?"

"Seperti biasa, habis ini aku akan siap-siap dan berangkat."

"Ohh ... oke."

Sehabis sarapan, (Name) segera mencuci bersama Sopan yang menyempatkan diri untuk membantu (Name). Setelahnya, (Name) mulai menyapu, sementara itu Sopan segera menyiapkan dirinya untuk pergi kuliah.

Tak lama kemudian, pria itu kembali ke bawah dan menemui (Name). "Aku berangkat ya, baik-baik di rumah."

"Baiklah." (Name) pun menyalim tangan Sopan.

Setelahnya, secara tiba-tiba (Name) diberi kecupan kening. Hal yang tumbenan Sopan lakukan disedang berpamitan sebelum keluar rumah. Membuat (Name) terdiam, dengan rona tipis di kedua pipinya.

Sopan cuma tersenyum setelah mencium kening (Name). "Sampai jumpa nanti sore." Lalu, ia menjauh dari hadapan (Name).

(Name) mengusap wajahnya, lalu dengan gerakan cepat tangannya menyapu lantai.

Certainty [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang