BAB 21 | Sang Nyonya

18K 666 37
                                    

Kak tsay, jangan lupa follow akun wattpad ini ya.
Jangan lupa juga tinggalin jejak cantik kalian di sini dengan komen dan vote yaaa.
Kalau rame, otw upload bab kedua nanti malam.
Enjoy💃🏻


.

.

Disebabkan kondisi Rachel yang tidak kunjung membaik, pada akhirnya Lucio pun menghubungi Edith dan Cesar. Ia meminta keduanya untuk datang ke pondok dengan membawa serta seorang dokter untuk memeriksa kondisi Rachel. Tentu saja kedua bawahan setia Lucio tersebut tidak membuang waktu sedikit pun saat mendapatkan perintah tersebut. Keduanya bergegas untuk pergi dengan membawa semua hal yang dibutuhkan.

Setibanya di pondok tersebut, tentu saja dokter segera memeriksa kondisi Rachel dengan didampingi Edith. Sementara Lucio harus meluangkan waktunya dengan Cesar. Sebab rupanya Cesar dan Edith sebelumnya memiliki hal yang perlu mereka laporkan pada sang tuan. Alhasil, Lucio pun melewatkan pemeriksaan sang istri. Ia hanya bisa mendengarkan hasil pemeriksaan dokter, bersamaan dengan Rachel yang juga sudah bangun dari tidurnya.

Sebelum mendengar penjelasan dokter, Lucio lebih dulu mendekat pada istrinya lalu bertanya, "Apa ada yang kau butuhkan?"

"Ha-Haus," jawab Rachel dengan suara seraknya.

Edith pun bergegas mengambilkan gelas air dan Lucio menerimanya. Secara pribadi Lucio membantu Rachel untuk minum air tersebut, untungnya kali itu air tersebut tidak kembali dimuntahkan oleh Rachel. Itu adalah hal yang patut disyukuri oleh Lucio. Setelah memastikan Rachel tidak lagi merasa haus, ia pun menatap dokter dan bertanya, "Jadi, bagaimana kondisi istriku?"

"Tidak ada yang berbahaya atau perlu dicemaskan terkait kondisi Nyonya. Karena mual yang ia alami, untuk beberapa saat Nyonya memang akan sulit untuk mengonsumsi apa pun. Kondisi ini memang lumrah terjadi pada para ibu hamil yang memiliki kondisi yang sangat sensitif di trimester awal kehamilan. Jika mendapatkan penanganan yang tepat, maka kondisi ini tidak akan berlangsung lama atau membahayakan," ucap sang dokter membuat semua orang yang mendengar hal itu terkejut.

Khususnya Rachel yang tidak menyangka bahwa saat ini ada janin yang tengah tumbuh di dalam kandungannya. Lucio sendiri memilih untuk bertanya, "Apa kau yakin istriku saat ini tengah mengandung?"

Sang dokter mengangguk. "Saya yakin. Tapi jika memang Tuan masih kurang yakin atau merasa cemas, saya akan mengambil sampel urin dan darah Nyonya untuk melakukan pemeriksaan lab. Sekaligus saya akan merencanakan pola makan untuk ibu hamil dengan ahli nutrisi," ucap sang dokter disetujui oleh Lucio.

Setelah mengambil sampel darah dan urin Rachel yang tampaknya masih belum sepenuhnya sadar dari keterkejutannya, sang dokter pun undur diri untuk melakukan pemeriksaan. Sementara Lucio pun berlutut di hadpaan sang istri yang kini duduk di tepi ranjang. "Kau baik-baik saja?" tanya Lucio.

Rachel yang sudah sadar pun mengangguk. "Aku hanya sedikit terkejut," jawabnya jujur.

"Kalau begitu, apa kau bisa bertahan untuk melakukan perjalanan yang sedikit jauh denganku?" tanya Lucio lagi dengan hati-hati.

"Perjalanan? Memangnya kita akan pergi ke mana?" tanya Rachel tiba-tiba merasa begitu gelisah.

Rasa gelisah yang sangat wajar dirasakan oleh Rachel. Mengingat Rachel sudah sangat nyaman tinggal di sana. Ia malah tidak berpikir suaminya akan membawanya meninggalkan pondok tersebut. Sebab Lucio sendiri yang mengatakan bahwa dirinya selama ini selalu memimpin keluarga dan perusahaannya dari balik layar. Itu artinya mereka masih bisa tinggal di sana walaupun penyamaran Lucio sebagai orang yang bodoh telah dilepas.

Namun, sepertinya Lucio tidak memiliki pemikiran yang sama dengan Rachel. Lucio merasa jika memang mereka harus bergegas meninggalkan pondok yang memang sudah terasa nyaman baginya. Hal itu terjadi karena beberapa alasan. Selain karena Rachel saat ini sudah hamil dan kehamilannya kemungkinan besar harus mendapatkan penanganan yang intensif dari tim medis, ada hal lain yang mendasari keputusan Lucio tersebut. Hanya saja Lucio tidak bisa bergegas untuk memberitahukan alasannya pada sang istri.

"Ya, kita harus pergi dari tempat ini. Maaf, kita tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Sebab kurasa ini adalah waktu yang tepat kita untuk pergi, terlebih kurasa calon anak kita akan lebih aman jika berada di tempat yang lebih dekat dengan fasilitas kesehatan. Jadi, bisakah kita pergi?" tanya Lucio.

Rachel pun mengangguk. "Aku akan ikut denganmu," jawab Rachel.



***



Rupanya Rachel dibawa Lucio ke kediaman utama. Rachel tentu saja merasa gelisah, ia menjadi lebih sensitif dan tidak mau lepas dari Lucio. Rachel memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan situasi baru tersebut. Tentu saja Lucio sendiri tidak merasa keberatan dengan hal tersebut. Lucio bahkan menggendong Rachel di depan tubuhnya ketika mereka memasuki kediaman utama.

"Selamat datang, Tuan dan Nyonya," ucap seseorang yang terlihat dengan sangat jelas dari penampilannya bahwa ia adalah seorang kepala pelayan.

Lalu Lucio berkata, "Kita simpan basa-basinya untuk nanti. Istriku yang tengah hamil muda harus segera beristirahat."

Mendengar hal itu, sang kepala pelayan yang sudah cukup tua itu segera menunjukkan jalan sembari berkata, "Kami sudah menyiapkan kamar utama dan semua kebutuhan Tuan dan Nyonya."

Setibanya di kamar yang sangat besar itu, Lucio berkata pada kepala pelayan, "Aku akan mengurus istriku sendiri. Tolong persiapkan makan malam, dan antarkan ke kamar kami. Pastikan untuk menghindari hidangan atau bahan yang memang tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil."

Setelah ditinggal berdua, barulah Lucio menurunkan Rachel dari gendongannya. Rachel sendiri segera mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. "Kau menyukainya?" tanya Lucio.

"Ini sangat besar. Lebih besar dari pondok kita sebelumnya. Pasti akan melelahkan merapikan dan membersihkan ruangan ini," jawab Rachel membuat Lucio mengernyit.

"Itu bukan urusanmu. Ada banyak pelayan yang akan mengurus kebersihan dan kerapian rumah ini. Tugasmu hanyalah hidup dengan nyaman serta fokus pada kesehatanmu sekaligus calon anak kita," ucap Lucio sebelum kembali menggendong Rachel.

"A-Aku bisa berjalan sendiri. Jangan melakukan hal ini lagi, kamu membuatku malu," ucap Rachel dengan wajah yang memang terlihat memerah karena rasa malu yang ia rasakan.

"Karena aku sudah memulainya, maka aku akan melakukannya hingga akhir," balas Lucio membawa Rachel ke dalam kamar mandi yang skalanya kembali membuat Rachel merasa sangat terkejut.

Saking terkejutnya dirinya tidak sadar Lucio membuka pakaiannya dan membuatnya berendam di dalam air hangat beraroma wangi. Ketika Lucio akan membasahi rambutnya dan membantunya untuk keramas, saat itulah Rachel sadar. Rachel berusaha untuk menyembunyikan tubuh polosnya dengan merendam tubuhnya semakin dalam sembari berkata, "A-Aku bisa mandi sendiri."

Tentu saja Rachel tidak bisa merasa nyaman ketika mendapatkan pelayan semacam ini dari suaminya. Selain itu, rasanya itu terlalu memalukan dan berlebihan baginya. "Ya, aku tau. Tapi aku ingin memandikanmu. Jangan bergerak, biar kubantu keramas," ucap Lucio yang jelas tidak bisa menolak apa yang diinginkan oleh suaminya itu.

Lucio juga membenarkan posisi Rachel agar dirinya duduk bersandar dengan nyaman, lalu melanjutkan kegiatannya. Lucio pun merngeramasi Rachel, secara mengejutkan ternyata tangan Lucio sangat terampil. Tidak hanya mengeramasi Rachel, Lucio juga memberikan pijatan pada kulit kepala sang istri. Rachel yang pasa dasarnya lelah karena perjalanan panjang yang mereka lalui, dengan mudah merasakan kantuk karena rasa nyaman yang ia rasakan.

"Astaga, hampir saja," ucap Lucio sembari menahan kepala Rachel yang hampir menghantam permukaan air.

Lucio pun memeriksa keadaan Rachel dan mengulum senyum ketika melihat istrinya ternyata telah terlelap dengan begitu nyenyak. "Bisa-bisanya dia tidur di saat kondisinya seperti ini. Kurasa dia merasa sangat nyaman," gumam Lucio dengan suara lembut penuh kasih.

Dengan hati-hati Lucio mengecup kening Rachel setelah berbisik, "Tidurlah. Saat kau bangun nanti, kita akan memulai kehidupan baru dan memotong bagian busuk dari masa lalumu."

Gairah Membara Sang Pewaris (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang