BAB 23 | Sebuah Pilihan

13K 625 27
                                    

"Aduh," erang Rachel ketika merasakan lidahnya tersengat rasa panas mengingat ia terburu-buru menikmati salmon yang menggunggah selera. Padahal salmon tersebut baru saja disajikan setelah diangkat dari panggangan.

"Muntahkan," ucap Lucio sembari mengulurkan tangannya agar Rachel bisa memuntahkan makanan panas itu ke telapak tangannya.

Namun, Rachel menggeleng dan tetap mengunyah hingga menelan makanan tersebut walau matanya berair. Tentunya Lucio yang melihat itu mendengkus. "Aku memang senang sekarang kau makan dengan lahap setelah sebelumnya kau bahkan tidak bisa makan segigit roti pun. Tapi perhatikan makanan yang akan kau nikmati. Jangan langsung memakannya dan pastikan bahwa suhunya sudah cukup dingin untuk dinikmati," ucap Lucio.

"Tapi aku lapar," keluh Rachel.

Lucio menghela napas panjang. Ia sungguh memuji kesabaran Rachel yang sebelumnya merawat dirinya yang tengah bersandiwara sebagai orang bodoh. Karena saat ini saja, rasanya ia ingin mencubit pipi istrinya yang sering bertingkah bodoh karena kecerobohannya. Lalu Lucio berkata, "Ya, aku tau. Tapi—ah, sudahlah. Sekarang makanlah lagi, sekarang makanannya sudah cukup dingin untuk dinikmati dengan nyaman."

Rachel tersenyum senang lalu mulai menikmatinya. Hanya saja, seporsi ikan salmon panggang dengan saus spesial dan kentang tumbuk rupanya tidak cukup mengenyangkan bagi Rachel. Jadi, ia melirik makanan suaminya. Tentunya Lucio menyadari hal itu dan bertanya, "Mau lagi?"

Namun, Rachel tampak tersinggung dan balik bertanya, "Apa aku terlihat serakus itu hingga ditawari makan lagi setelah menghabiskan makananku?"

Tentunya Lucio sendiri tahu betul bagaimana caranya ia menghadapi Rachel yang bertingkah seperti ini. Rachel sudah hamil empat bulan, jadi Lucio tahu bagaimana caranya menghadapi Rachel dan tingkah-tingkah anehnya ini. Lucio berkata, "Aku hanya berpikir bahwa mungkin kau ingin mencicipinya."

Rachel tampak menelan ludah lalu menjawab, "Kalau kau memaksa, maka aku akan mencicipinya. Apakah rasanya sama dengan yang kumakan atau tidak."

Alasan yang tentu saja terdengar konyol. Mengingat hidangan yang tengah mereka nikmati saat ini sama dan ia juga sama sekali tidak memaksa Rachel. Namun, Lucio tidak mengatakan apa pun dan memilih untuk menyuapi Rachel yang tentu saja tidak hanya mencicipi, tetapi makan dengan begitu lahap. "Apa enak?" tanya Lucio.

Rachel mengangguk. "Ini lebih enak daripada yang aku makan," balas Rachel sudah kembali membuka mulutnya meminta untuk kembali disuapi oleh sang suami.

"Benarkah? Kurasa itu karena aku yang menyuapimu. Karena itulah sekarang makan lebih banyak. Bayi kita di dalam sana sepertinya memiliki selera makan yang begitu besar," ucap Lucio dengan manisnya membuat Rachel mengangguk.

Namun, Rachel berkata, "Aku bosan dengan salmonnya. Aku ingin makan bebek."

Sudut bibir Lucio sedikit berkedut karena kebingungan dengan permintaan yang tidak terduga tersebut. "Bebek?" tanya Lucio.

Rachel mengangguk. Ia mengeluarkan ponsel yang sebelumnya Lucio belikan untuknya lalu mencari hidangan yang ingin ia coba. Rachel menunjukkan potongan bebek yang menggugah selera dari halaman media sosial seseorang. Rachel menelan ludah lalu berkata, "Aku ingin mencicipi bebek yang seperti ini."

Lucio pun bergumam, "Sepertinya aku harus menambah staf dapur lagi. Aku akan memepekerjakan chef ahli untuk mengolah bebek yang kau inginkan."



**



Ketika Rachel sudah berada dalam kondisi yang baik di penghujung usia kehamilan emat bulannya, Lucio mengajak Rachel untuk pergi ke suatu tempat. Dengan pakaian cantik dan menggunakan mobil mewah, mereka pergi ke suatu tempat yang tidak Rachel ketahui. Namun setelah tiba di tempat tujuan, Rachel pun tahu bahwa itu adalah sebuah rumah sakit. Hanya saja, itu bukanlah rumah sakit biasa di mana Rachel biasanya melakukan pemeriksaan kandungan.

Rachel sendiri tidak bertanya apa pun, Lucio juga tidak mengatakan apa pun. Seolah-olah keduanya memang sudah paham, bahwa nantinya mereka sendiri akan tahu untuk tujuan apa mereka datang ke tempat tersebut. Benar saja, setibanya di sebuah ruang rawat, Rachel pun melihat Bryon yang tengah terbaring sakit di ranjang rawat.

"Ayah?" tanya Rachel tampak begitu terkejut sekaligus kebingungan.

Dua kubu yang bertemu itu pun memiliki keterkejutan yang berbeda. Jika Rachel terkejut karena fakta bahwa sang ayah telah sakit parah dan jatuh bangkrut, maka keluarga Rachel terkejut melihat Rachel yang benar-benar tampak berbeda. Pria yang dinikahi Rachel, adalah seorang pria menawan sekaligus pemimpin sesungguhnya dari kluarga Andres yang selama ini memimpin di balik layar. Sarah yang menyadari nasib baik Rachel tersebut pun berubah menjadi semakin kesal saja.

Sarah bahkan dengan kasar bertanya, "Apa urusanmu datang ke mari? Apa kau berniat untuk mengejek kami? Dasar jalang! Kau benar-benar seperti ibumu!"

Namun, Sarah segera dipukul oleh ibu dan ayahnya. Keduanya pun meminta maaf atas sikap kasar Sarah. Sementara itu Bryon pun berkata, "Ayah senang karena ternyata kau menikah dengan orang baik dan hidup dengan nyaman. Karena kini keluargamu tengah kesulitan, bukankah kau seharusnya membantu kami? Setidaknya bantu Ayah untuk membayar biaya pengobatan dan memulai bisnis kembali."

Emma mengangguk lalu menambahkan, "Ya. Meskipun hubungan kita tidak sebaik keluarga yang lain, tapi jangan lupakan fakta bahwa kami selama ini juga memberikan tempat dan kehidupan bagimu, Rachel. Jadi setidaknya bantu kami melewati kesulitan ini."

Sementara Sarah hanya melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap Rachel dengan rasa tidak suka. Dari ujung rambut hingga ujung kakinya, Rachel mengenakan pakaian bermerek yang jelas adalah barang mewah. Menurut Sarah, itu semua tidak sepantasnya diterima oleh Rachel yang hanyalah anak haram. Terlebih ketika melihat Lucio yang menawan dan kaya raya. Alih-alih Rachel, seharusnya ia yang mendapatkan semua itu. Rasa cemburut yang Sarah rasakan rasanya semakin besar saja.

Rachel sendiri terdiam. Rasanya aneh saat melihat ibu tiri dan ayahnya yang terlihat memohon bantuannya seperti ini. Padahal di masa lalu mereka yang selalu menghina dan berbuat kejam padanya. Namun, kini situasi terbalik. Mereka malah memohon bantuan pada Rachel. Ayahnya yang selama ini selalu tidak peduli dan bahkan tidak sudi dipanggil ayah, kini memanggil dirinya sendiri sebagai ayah ketika dirinya terpojok dan kehilangan segala hal yang ia miliki.

Setelah terdiam sekian lama, Rachel pun berkata, "Aku tidak memiliki kemampuan atau apa pun yang bisa kupergunakan untuk membantu kalian. Seperti yang biasanya kalian katakan, aku bukanlah siapa-siapa dan tidak memiliki apa pun."

Namun Lucio yang tengah melingkarkan tangannya pada pinggang Rachel pun tiba-tiba mencium bahu Rachel dan berkata, "Kau salah. Kau kini memiliki sesuatu. Kau memiliki diriku, Istriku. Dan itu lebih dari cukup."

Jika ingin berbicara jujur, sebenarnya kebangkrutan keluarga Rachel terjadi lebih cepat karena adanya campur tangan Lucio. Semua itu Lucio lakukan setelah tahu seberapa buruknya perlakuan yang Rachel terima dari mereka, dan tidak adanya rasa bersalah yang mereka rasakan pada Rachel. Lucio sengaja melakukan semua itu untuk menciptakan situasi yang sesuai dengan keinginannya. Situasi yang bisa ia pergunakan untuk mendorong Rachel mengambil keputusan besar dalam hidupnya.

"Karena kau memiliki diriku, maka kau bisa melakukan apa pun yang kau inginkan. Termasuk jika kau ingin memberikan bantuan pada keluargamu yang memang sudah bangkrut itu," ucap Lucio seketika memberikan pada Bryon, Sarah, dan Emma.

Hanya saja, Rachel masih terdiam. Ia merasa gelisah dan bimbang saat mendengar perkataan Lucio tersebut. Terlebih ketika keluarga Rachel mendesaknya untuk segera meminta bantuan pada Lucio. Namun, Lucio melirik keluarga tidak tau malu itu dengan tajam dan membuat mereka bungkam seketika.

Dalam suasana yang sudah kembali tenang tersebut, Lucio pun melontarkan pertanyaan terakhir bagi istrinya, "Jadi, apa yang kau inginkan sekarang. Apakah kau ingin membantu mereka yang tidak tahu diri, atau ingin membuang bagian busuk dari masa lalumu? Semua keputusan ada di tanganmu. Jadi, mana yang akan kau pilih, istriku?"

.

.

Karena udah enggak upload beberapa hari, jadi aku
up beberapa bab ya.
Mamaku dan keluargaku masih belum pulih setelah kakak pertamaku meninggal. Aku mohon doanya kak tsayy semua❤️
Makasih sebelumnya atas doa kalian. semoga doa yang baik kembali pada kalian

Nanti aku upload bab selanjutnya kalau votenya banyak ya hehe
Enjoy💃🏻

Gairah Membara Sang Pewaris (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang