BAB 5 | Buku Bergambar

28.1K 496 3
                                    

Rachel membuka matanya secara tiba-tiba dan bergegas untuk mengubah posisinya menjadi duduk. "Aku terlambat!" seru Rachel.

Namun, saat dirinya turun dari ranjang dan menapakkan kakinya di lantai, Rachel tidak tersengat oleh rasa dingin yang biasanya ia rasakan ketika bangun tidur. Lalu hal itu membuat Rachel mengedarkan pandangannya dan untuk beberapa saat menyadarkan dirinya. Rachel pun pada akhirnya teringat dengan fakta bahwa dirinya sudah tinggal di rumah baru dengan statusnya yang baru sebagai seorang istri. Rupanya butuh waktu untuk sepenuhnya melupakan kebiasaannya ketika tinggal di rumah ayahnya, dan beradaptasi sepenuhnya dengan status barunya ini.

"Aduh," gumam Rachel ketika dirinya merasakan sudut bibirnya sakit dan rahangnya pegal.

Saat itu pula ingatan menghantam kepalanya. Ingatan di mana tadi malam dirinya harus terus terjaga hingga dini hari. Rachel dipaksa untuk bekerja keras menenangkan bukti gairah Lucio yang selalu saja terbangun, menantang untuk terus dipuaskan. Ketika sudah mendapatkan pelepasan, tidak membutuhkan waktu lama untuk bukti gairah Lucio kembali terbangun. Itu menjadi malam yang panjang, baik bagi Lucio maupun bagi Rachel.

"Kenapa dia seolah-olah tidak bisa terpuaskan?" tanya Rachel bingung sendiri karena keadaan Lucio tidak seperti yang ia pelajari dari buku atau video yang diberikan Emma.

Wajah Rachel memerah saat mengingat situasi tadi malam yang terasa tidak masuk akal baginya. Rachel sendiri tidak memiliki pilihan lain selain membantu Lucio mendapatkan kepuasan. Berharap bantuannya bisa menenangkan bukti gairahnya agar kembali berbaring dengan tenang. Rachel berusaha mengingat semua yang telah ia pelajari.

Walau canggung dan sangat tidak berpengalaman, ia mengerahkan kemampuan terbaik dari tangan, bibir dan lidahnya yang memberikan service untuk pertama kalinya bagi suaminya. Tentunya itu adalah hal yang tidak pernah terbayangkan oleh Rachel, dan hanya mengingat kenangan itu saja membuat Rachel malu.

"Astaga, aku tidak bisa terus seperti ini," ucap Rachel lalu bergegas untuk membersihkan diri di kamar mandi yang memang terhubung dengan kamar tidur.

Rachel terburu-buru dari membersihkan diri hingga berganti pakaian. Ia bangun terlambat, padahal ia harus membuat sarapan untuk Lucio. Terlebih Lucio juga tidak terlihat saat Rachel bangun. Namun, begitu Rachel ke luar dari kamar, dirinya terkejut dengan aroma sedap yang menyapa hidungnya. Lalu saat dirinya melihat ke dapur, ia bisa melihat Lucio yang tengah sibuk memasak dengan apron manis yang ia kenakan.

Menyadari kehadiran Rachel, Lucio pun berbalik dengan sebuah senyuman cerah dan menyapa penuh semangat, "Selamat pagi, istriku!"

"Pa, Pagi. Apakah kamu memasak?" tanya Rachel sembari mendekat.

Lucio mengangguk. Lalu beberapa saat kemudian dirinya menyajikan hasil masakannya yang secara mengejutkan terlihat seperti hidangan berkelas. Bahkan hanya karena visualnya saja Rachel menelan ludah, mengingat hidangan buatan suaminya itu tampak begitu lezat. Tentu hidangan itu terasa sangat berlebihan dimasak oleh seseorang yang memiliki kondisi khusus seperti Lucio. Mengingat untuk melakukan kegiatan sederhana dan sehari-hari saja, Lucio sering kali membutuhkan bantuan.

Rachel menatap Lucio kembali dan bertanya, "Kamu memasak ini semua?"

Lucio mengangguk dengan penuh kebanggaan. "Ayo duduk! Makan yang banyak. Jika perut kenyang, kita akan bahagia," ucap Lucio menarik Rachel untuk duduk di meja makan.

Lalu Lucio duduk di kursi yang berada di samping Rachel. Mengambil satu sendok tumisan sayur sehat dan menyuapi Rachel. Tdak memiliki pilihan lain, Rachel pun menerima suapan tersebut dan kembali dibuat terkejut karena ternyata rasanya melebihi ekspektasinya. "Ini sangat enak," ucap Rachel.

Lucio pun tertawa senang. "Aku sudah besar. Nenek berpesan, setelah dia meninggal, aku harus bisa mengurus diriku sendiri. Walau aku bodoh, Nenek berkata aku harus belajar dengan keras untuk menjadi sedikit berguna dan tidak mudah dimanafaatkan orang lain. Seperti yang Nenek bilang, aku bisa merawat diriku sendiri. Aku hidup dengan baik walaupun sendirian," ucap Lucio sontak membuat Rachel tercekat.

Gairah Membara Sang Pewaris (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang