BAB 20 | Jangan Malu (21+)

48.7K 1K 34
                                    

"Kemarilah. Kau harus mengeringkan rambutmu dengan benar," ucap Lucio pada Rachel yang baru saja selesai keramas dan keluar dari kamar mandi.

Belum juga Rachel bereaksi, Lucio sudah lebih dulu menariknya untuk duduk di atas pangkuannya lalu mengeringkan rambut Rachel dengan tepukan lembut handuk. Saat ini Rachel merasa sangat aneh, karena biasanya Rachel yang merawat Lucio. Namun, situasi saat ini malah berbanding terbalik. Lucio yang merawatnya.

Sejujurnya situasi sungguh membingungkan bagi Rachel. Mengingat sebelumnya ia sudah sangat terbiasa dengan sosok Luci yang manis. Namun, rupanya itu hanya sandiwara. Lucio bukanlah anak laki-laki, tetapi pria dewasa yang tahu betul bagaimana caranya memperlakukan seorang wanita. Namun, perubahan drastis dari pria ini jelas membuat Rachel kebingungan. Ia merasa tengah berhadapan dengan pria asing, tetapi pria ini adalah suaminya sendiri.

Melihat Rachel yang terdiam dan tampaknya tengah memiliki banyak hal yang dipikirkan, Lucio pun bertanya, "Apa yang kau pikirkan?"

Rachel berdeham dan memilih untuk balik bertanya, "Jika benar kamu adalah orang yang memimpin keluarga Andres dan memimpin perusahaan, bukankah kamu adalah orang yang sibuk?"

"Tiba-tiba membahas hal itu?" tanya Lucio tampak merasa aneh dengan pembahasan tersebut.

"A-Aku hanya merasa aneh saja. Sebelumnya aku melihat ayah yang selalu sibuk bekerja, padahal kabarnya perusahaannya tidak sebesar perusahaan milikmu. Jadi, kurasa sepertinya kamu menunda banyak pekerjaan saat tinggal di rumah yang terpencil ini," ucap Rachel.

Sejujurnya Rachel merasa aneh. Ia sudah tahu identitas asli dari Lucio. Namun, mereka tetap tinggal di pondok tersebut seakan-akan mereka tengah mengasingkan diri. Hanya saja, terpikir di benak Rachel. Mungkin saja Lucio memang sengaja untuk tinggal di sini, lebih tepatnya akan membuat Rachel tinggal di sini ke depannya. Karena merasa latarbelakangnya sebagai anak haram diketahui oleh orang lain.

"Ji-Jika kamu harus kembali ke kediaman utama, kembalilah. Tidak perlu memikirkan aku, aku akan tinggal di sini dengan baik," tambah Rachel.

"Bukankah aku sudah mengatakannya padamu? Jangan berpikiran macam-macam, aku memang berniat untuk tetap tinggal di sini untuk sementara waktu denganmu. Karena aku hanya ingin menghabiskan masa bulan madu kita dengan benar. Jelas tidak masuk akal bagiku untuk meninggalkan istriku di sini sendirian," ucap Lucio.

"Bulan madu? Bukankah masa itu sudah lewat cukup lama?" tanya Rachel mengingat mereka memang sudah menikah berbulan-bulan yang lalu.

"Belum lewat, karena sekarang aku baru akan memulainya dengan cara yang benar. Tepatnya, aku akan melakukan semuanya dengan cara yang benar, termasuk mengenai pernikahan kita. Kurasa kita perlu melakukan pemberkatan karena sebelumnya kita hanya melakukan pendaftaran pernikahan," ucap Lucio.

Sebelum Rachel memberikan respons atas perkataan Lucio tersebut, saat ini Lucio sudah lebih dulu menggerayangi tubuh sang istri yang benar-benar berada dalam kuasanya. Tangannya menyusup ke dalam gaun Rachel. Tentu saja Rachel menahannya dan bertanya, "Bukankah tadi sudah cukup? Bisakah malam ini kita tidur saja?"

"Bagaimana mungkin itu cukup. Apa yang sudah kita lakukan sebelumnya hanyalah permulaan, ibarat makanan pembuka, dan kini kita akan berganti pada hidangan utama. Jadi, mari kita bersiap-siap," ucap Lucio sembari menggelitik bagian intim Rachel.

"Ugh, tunggu," erang Rachel mencoba untuk menahan salah satu tangan Lucio yang memang memanjakan bagian intimnya dengan gerakan tangannya yang luar biasa hebat. Meskipun mencoba untuk menahannya, tanpa sadar kaki Rachel malah semakin terpentang lebar. Seakan-akan memberikan akses lebih luas untuk Lucio memanjakan dirinya.

Sementara tangan Lucio yang lain, kini sudah dengan leluasa memilin puncak payudara sang istri. "Sepertinya kau juga mendambakan kegiatan menyenangkan ini," ucap Lucio sembari meninggalkan jejak basah dan panas kecupannya pada sepanjang leher dan bahu sang istri.

Rachel sendiri tidak bisa menahan diri untuk pasrah. Ia bersandar pada dada Lucio, dan membiarkan suaminya untuk melakukan apa pun yang ia inginkan. Setelah itu, Lucio pun mengubah sedikit posisi mereka. Tanpa menghentikan pekerjaan kedua tangannya yang memang tengah sibuk memanjakan bagian sensitif istrinya, Lucio menambahkan rangsangan menggilitik pada tubuh istrinya. Rachel mengerang ketika Lucio tanpa ragu mengulum salah satu puncak payudara Rachel yang terlihat menonjol di balik gaun tidur tipisnya.

Rupanya kuluman tersebut berhasil membuat Rachel mendapatkan klimaks pertamanya. Lucio seketika menghentikan gerakan tangannya dan membaringkan sang istri dengan hati-hati. "Sepertinya tubuhmu juga sangat antusias dengan kegiatan ini. Kalau begitu, aku harus melakukan hal ini dengan serius. Ayo, jangan malu-malu, ekspresikan dan minta apa pun yang kau inginkan, istriku," bisik Lucio sembari melepaskan pakaiannya dan kembali menunjukkan bukti gairahnya yang telah menegang secara sempurna.




***





Setelah itu, Lucio terus saja menggoda Rachel dengan berbagai cara. Membuat Rachel merasa nikmat karena berbagai posisi dan pengalaman baru yang ia alami karena Lucio yang memang sudah melepaskan topengnya scara sempurna. Ia sama sekali tidak menahan diri. Hingga hal tersebut membuat Rachel hampir tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Lucio terus menggarap Rachel habis-habisan, bahkan membuat Rachel tidak bisa bernapas dengan lega barang sejenak saja.

Bahkan ada kalanya Lucio membuat Rachel mencoba posisi yang agak memalukan bagi Rachel dan melakukannya di tempat-tempat yang juga terasa tidak biasanya digunakan untuk bercinta. Meskipun memang benar tidak ada yang datang ke area tersebut tanpa pemberitahuan sebelumnya, tetapi rasanya tetap memalukan dan rasa was-was yang ia rasakan berdampak pada gairahnya yang tidak terkendali. Tidak hanya Lucio, Rachel pun pada akhirnya merasakan gairahnya yang semakin liar saja dari waktu ke waktu.

Karena serentetan kegiatan panas yang mereka lakukan selama bebera hari itu, pada akhirnya Rachel pun merasa kelelahan. Saat ini, Rachel bahkan tidur dengan posisi tertelungkup. Tentu saja dengan tubuh polos tanpa sehelai pun kain yang menutupinya. Lucio sendiri berbaring di samping istrinya dan mengelusi punggung mulus serta bongkahan pantat Rachel yang montok.

"Kurasa aku perlu membuang ranjang ini. Meskipun aku senang tidur denganmu dengan posisi menempel seperti ini, tetapi ranjang sempit terlalu tidak nyaman untuk bercinta dengan bebas," ucap Lucio masih dengan merabai pantat Rachel yang semakin montok itu.

Rachel sendiri masih tertidur dengan lelapnya dan tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Lucio tersebut. Lucio sendiri menikmati suasana tersebut dengan santai. Hanya saja, beberapa jam kemudian tiba-tiba Rachel terbangun dengan wajah gelisahnya dan bergegas turun dari ranjang sebelum berlari menuju kamar mandi. Setelah itu terdengar suara muntah yang cukup keras dari dalam sana. Mendengar hal itu membuat Lucio merasa agak cemas.

Lucio turun dari ranjang untuk mengenakan celananya lalu mengambil gaun tidur istrinya. "Rachel, apa kau sakit?" tanya Lucio.

Lucio pun dibuat terkejut bukan main saat dirinya melihat Rachel yang tampak pucat pasi. Lucio bergegas untuk membantu istrinya mengenakan gaun tidurnya, lalu bertanya, "Apa mungkin kau sakit? Selain mual, apa yang kau rasakan?"

"Kepalaku sangat pusing dan perutku bergejolak," gumam Rachel.

"Apa kau masih ingin muntah?" tanya Lucio dengan nada lembut.

Rachel menggeleng, tetapi ia mengatakan bahwa ia masih merasa mual. Jadi, pada akhirnya Lucio membawa Rachel kembali ke kemar. Ia meminta Rachel untuk menunggu sementara dirinya bergegas untuk menyiapkan minuman hangat yang bisa meredakan mual, sedikit makanan hangat dan obat yang meredakan mual. Hanya saja, setelah segala upaya yang dilakukan oleh Lucio untuk menyiapkan semuanya, tidak ada satu pun yang bisa masuk ke dalam perut Rachel.

Rachel kembali memuntahkannya, bahkan kondisi Rachel menjadi semakin parah daripada sebelumnya. Kondisinya saat ini menjadi lemas, terlebih air putih saja tidak bisa Rachel minum. Di tengah itu semua, Rachel menjadi sangat emosional. Ia menangis dan berkata, "Maaf. Gara-gara aku, kau menjadi kerepotan seperti ini."

Namun,mendengar hal itu Lucio malah dibuat marah. "Omong kosong apa yang kau katakan?Berhenti mengatakan omong kosong seperti itu, dan biarkan aku merawatmu,Rachel. Itu adalah salah satu tugasku sebagai seorang suami," balas Lucio.

.

.
Maaf kemaren enggak jadi dobel up karena masalah jaringan😭
Lanjut lagi enggak nih, Tsay?
Kalau mau lanjut, inget apa?
Vote, komen, dan follow akun wattpad aku yaaa
Kalau vote dan follownya ugal-ugalan, akunya juga bakal up ugal-ugalan ehe
Selamat membaca❤💃🏻

Gairah Membara Sang Pewaris (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang