Julia tampak menunggu kedatangan kakaknya sembari terus memainkan ponselnya. Saat ini, Julia memang tengah menjemput sang kakak di bandara. Mengingat kakaknya itu baru pulang dari luar negeri. Dia menempuh pendidikan lanjutan sekaligus belajar mengurus perusahaan di salah satu perusahaan milik kerabat mereka. Saat Nathan melihat adiknya, ia langsung bisa menangkap ekspresi kesal di wajah Julia. Nathan bahkan harus melepaskan kacamata hitam yang ia kenakan.
Nathan membiarkan kopernya dibawa oleh sopir sebelum ia menepuk puncak kepala adiknya yang masih fokus pada ponselnya. "Hei, aku sudah ada di hadapanmu dan kau akan terus mengabaikanku seperti ini?" tanya Nathan.
Julia tidak menjawab, tetapi dirinya berbalik pergi mengarhkan Nathan menuju tempat di mana mobil mereka berada. Melihat tingkah adiknya itu, Nathan semakin yakin bahwa ada masalah yang telah terjadi. Jadi, Nathan pun bertanya pada adiknya yang masih tutup mulut tersebut. Nathan mencoba untuk mengorek informasi terkait masalah apa yang sudah membuat adiknya merasa sangat jengkel seperti ini.
"Kenapa kau terlihat begitu murung, Julia?" tanya Nathan sambil merangkul adiknya dengan hangat.
Julia mendesah dan berkata, "Mari bicara di dalam mobil."
Tentunya Nathan tidak mengatakan apa pun dan mengikuti apa yang ditentukan oleh Julia. Lalu begitu di dalam mobil yang telah melaju pergi, Julia menunjukkan ponselnya yang rupanya layarnya tengah menunjukkan foto Daniel yang tampak begitu memikat sekaligus seksi ketika dirinya mengurus taman. Julia berkata, "Lihat ini."
Nathan yang melihatnya tidak menampilkan terlalu banyak ekspresi. Hanya saja ia berkata, "Aku mengenal latar tempatnya. Ini adalah taman di rumah kita. Janya saja, aku tidak mengenal pria ini. Kurasa, pria ini yang sudah membuat adikku yang berharga merasa sangat sedih hingga tampak sangat murung."
"Beberapa waktu yang lalu, dia bekerja sebagai salah satu tukang kebun yang mengurus taman kita. Dan aku menginginkan pria ini," balas Julia tampak menelan ludah ketika kembali melihat foto Daniel dalam ponselnya. Rupanya ada vbanyak foto Daniel yang ia ambil secara diam-diam.
"Dia bekerja sebagai tukang kebun di rumah kita? Bukankah itu artinya dia adalah orang miskin? Bukannya mudah untuk mendapatkan seseorang yang kekurangan uang sepertinya?" tanya Nathan tidak mengerti sebenarnya hal apa yang membuat Julia menjadi sesedih ini.
Julia mendesah lebih dalam. "Dia menolakku. Dia memiliki harga diri yang sangat tinggi. Padahal, aku sudah berkata padanya, aku tertarik padanya. Karena itulah aku membiarkannya menentukan harga semalam yang ia habiskan denganku. Aku akan memberikan berapa pun yang ia minta. Hanya saja, ia menolakku dengan begitu dingin. Bahkan pria itu langsung berhenti bekerja hari itu juga sembari berkata bahwa dia tidak ingin bertemu denganku lagi," ucap Julia mengeluhkan tingkah Daniel yang sangat keras kepala.
Nathan jelas tertawa kecil. "Rupanya dia benar-benar memiliki nyali yang besar hingga melakukan hal tersebut. Lalu sekarang bagaimana? Apa kau masih menginginkannya?" tanya Nathan sembari mengamati adiknya yang tersenyum nakal.
"Jika aku tidak menginginkannya, aku tidak mungkin bereaksi seperti ini, Kak. Setelah aku menerima penolakan darinya, aku jadi semakin menginginkannya. Aku tergiur untuk memilikinya, Kakak. Aku harus memilikinya," ucap Julia tampak sangat bertekad untuk memiliki apa yang ia inginkan.
Mendengar apa yang dikatakan Julia membuat Nathan terkekeh. Lalu Nathan merangkul adiknya lebih erat. "Tenang saja, Julia. Aku akan membantu menaklukkan pria tidak tahu diri yang menolak adik perempuanku yang menggemaskan ini."
**
Sementara itu, kehidupan Daniel dan Selena terus berjalan dengan bahagia. Daniel selalu mengantar jemput Selena dari tempat kerjanya. Untuk mencukupi kebutuhan mereka, Daniel menjual motornya yang lama dan membeli motor yang lebih murah, sementara sisa uangnya digunakan untuk biaya sewa rumah kecil mereka. Selain itu, Daniel juga bekerja di proyek pembangunan di kota tersebut. Meskipun pekerjaan itu cukup berat, Daniel selalu menyempatkan waktu untuk mengerjakan tesisnya di malam hari dan mengambil pekerjaan serabutan dari beberapa perusahaan-perusahaan kecil yang membutuhkan pekerja freelance yang sesuai dengan kemampuannya.
"Daniel, kamu tidak perlu memaksakan diri seperti ini. Aku juga sudah bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita. Jadi tidak perlu terlalu keras untuk bekerja dan fokus saja menyelesaikan tersismu," kata Selena dengan nada khawatir. Tentunya Selena merasa bahwa Daniel begitu memforsir dirinya sendiri.
Selena merasa sangat sedih saat melihat Daniel harus duduk berjam-jam di hadapan laptop dan mengerjakan banyak hal. Selain sedih karena tidak memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama dengan kekasihnya ini, ia juga cemas Daniel akan jatuh sakit karena terlalu lelah bekerja. Kecemasan dan apa yang dipikirkan oleh Selena saat ini benar-benar terlihat dengan jelas di mata Daniel, hingga merasa bahwa kekasihnya ini sungguh menggemaskan.
Daniel tersenyum dan menggenggam tangan Selena erat. Lalu berkata dengan manis, "Aku tidak melakukan hal yang berlebihan. Aku hanya melakukan hal yang memang sudah sepantasnya aku lakukan untuk memenuhi kewajibanku. Aku ingin kekasihku hidup dengan baik dan nyaman. Walau tentunya usahaku ini belum bisa memenuhi semua kebutuhan kita, dan kau harus tetap bekerja seperti saat ini."
Selena membalas senyum itu dengan penuh cinta. "Bagiku, hidupku sudah layak denganmu di sisiku," ucap Selena terdengar seperti rayuan semata.
Namun, nyatanya Selena memang merasa sangat bahagia dengan Daniel berada di sisinya. Mungkin kehidupannya saat ini jauh lebih terbatas daripada sebelumnya ketika tinggal dengan orangtuanya. Namun, kesehariannya saat ini lebih menyenangkan. Ia tidak lagi mendapatkan tekanan mental atau mendapatkan penyiksaan fisik dari sang ayah. Sebaliknya, ia malah mendapatkan perlakuan yang begitu manis dan penuh kasih sayang yang diberikan oleh Daniel padanya.
"Kau tau caranya membuatku merasa senang dan suasana hatiku menjadi jauh lebih baik," balas Daniel sembari menarik Selena untuk duduk di atas pangkuannya. Tentunya Selena dengan senang hati untuk duduk di pangkuan sang kekasih.
Namun, Selena tampak tidak setuju bahwa Daniel mengira bahwa sebatas itu saja kemampuannya untuk menyenangkan hatinya. Karena itulah, Selena segera membalas, "Aku bisa membuatmu merasa lebih senang daripada saat ini."
Lalu Selena mencium Daniel dengan lembut. Kini, Selena sudah memiliki kemampuan mencium yang lebih baik. Tentunya ini tidak terlepas dari banyaknya waktu intim yang mereka habiskan selama ini. Setelah menciumnya, Selena dengan malu-malu bertanya, "Bagaimana, apakah kau menyukainya? Kau lebih senang, bukan?"
Daniel terkekeh dan membalas, "Ya, aku lebih senang. Tapi, aku menginginkan lebih. Ayo lakukan hal yang lebih menyenangkan."
Daniel lalu menarik Selena untuk kembali mencium Selena dengan tak kalah lembut dan manisnya. Malam itu di rumah kecil mereka penuh dengan kebahagiaan dan kehangatan. Mereka melakukan banyak hal yang menyenangkan bersama, membuat setiap momen yang mereka habiskan terasa berharga. Namun, di balik kebahagiaan mereka, ancaman mulai mendekat. Nathan, dengan segala sumber daya yang dimilikinya, mulai merancang rencana untuk mendekati Daniel. Dia bertekad membantu adiknya mendapatkan apa yang diinginkannya, tanpa peduli apa pun yang harus dikorbankan.
.
.
Satu chap dulu, biar nanti mlm kita masuk bab hot spicy lagi ya🤣
inget, follow dulu😘
❤💃❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Membara Sang Pewaris (21+)
Romance[Mengandung konten dewasa! Sudah TAMAT. Follow akun ini untuk membaca part secara lengkap😉] Ini kisah tentang Para Pewaris yang mengejar cinta dan gairah mereka yang membara.