BAB 18 | Secarik Kertas

3.1K 159 5
                                    

Malam itu, Selena berusaha untuk tidak menunjukkan kesedihannya di hadapan Daniel. Ia bahkan menggoda Daniel dan berakhir menghabiskan malam yang penuh gairah dengan pria itu. Tentunya Selena menikmati semua itu. Ia bahkan merasa puas karena hampir sepanjang malam dirinya menyatu dan terhubung sempurna dengan Daniel yang juga terus melahapnya habis-habisan. Selena bahagia sekaligus merasa hancur. Sebab ia bahkan tidak kuasa untuk menyampaikan perpisahan dengan cara yang layak pada Daniel.

Tepatnya, Selena tidak memiliki keberanian untuk mengatakan hal itu secara langsung pada Daniel. Ia tahu bahwa perpisahan ini akan sangat menyakitkan, tetapi ia tidak punya pilihan lain. Selena sudah tahu bahwa hhubungannya dengan Daniel tidak mungkin berjalan dengan baik dan mudah ketika sang ayah masih ingin memanfaatkan dirinya. Namun, setelah tahu semua risiko itu, Selena masih berusaha untuk mengejar kebahagiaan dengan bersama Daniel. Jadi, ketika ia harus berpisah dari pria ini dengan cara yang menyakitkanm, maka Selena harus menerima risiko tersebut.

"Setelah ini, kau pasti akan menganggap diriku wanita yang sangat egois dan kejam. Aku tidak berharap kau bisa mengerti situasiku dan memaafkanku. Jika memang kau harus menganggap diriku wanita jahat, maka lakukanlah asalkan kau bisa kembali menjalani hidupmu dengan baik," bisik Selena sembari mengusap wajah Daniel dengan penuh kasih sayang.

Selena tidak takut Daniel akan terbangun walau dirinya berbicara dan melakukan hal itu padanya. Sebab Daniel kini tertidur dengan sangat pulas. Selain karena lelah karena permainan panas mereka yang sangat liar, Daniel juga meminum obat tidur. Tentunya Daniel tidka mengetahui hal tersebut. Sebab Selena yang membubuhkan bubuk pil itu pada gelas air Daniel yang memang selalu diletakkan di atas nakas. Daniel memang memiliki kebiasaan untuk minum air sebelum dirinya tidur.

"Maaf aku membuatmu minum pil tidur tanpa sepengetahuanmu sendiri. Aku harus membuatmu tidur pulas agar aku bisa mengamati wajahmu sepuasnya tanpa membuatmu curiga. Aku harus mengingat wajahmu dengan sebaik mungkin di sisi waktu yang kumiliki ini," ucap Selena lagi dengan air mata yang mulai menetes.

Selena buru-buru menyeka air matanya. "Tidak. Aku tidak boleh menangis. Jika aku selemah ini, aku tidak akan bisa meninggalkannya sepenuhnya dan hal itu akan membuatnya berada dalam bahaya," ucap Selena pada dirinya sendiri.

Namun, Selena memang tidak kuasa menahan tangisannya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia menangis pilu. Rasanya ia baru merasakan kebahagiaan ketika bersama dengan Daniel. Namun, kini ia harus pergi meninggalkan Daniel yang menjadi sumber kebahagiaannya. Selain itu, ia juga merasa sangat sedih karena merasa sudah mengkhianati Daniel ketika mereka telah berjanji untuk bersama dan saling menjaga.

Padahal ia yang sudah melibatkan Daniel dalam masalah dan bahaya, tetapi ia malah meninggalkannya dengan cara seperti ini. Jelas rasanya Selena sudah menjadi orang jahat yang sudah tidak bertanggungjawab dan menghianati kepercayaan Daniel. Hatinya sungguh berat. Rasa cintanya pada Daniel begitu besar. Meninggalkannya jelas sangat berat, hanya saja bersama dengan Daniel juga akan lebih sulit bagi Selen. Sebab Selena tidak ingin melihat Daniel terlibat dalam bahaya.

Selena meredakan tangisnya lalu berkata, "Setidaknya aku harus meninggalkan pesan untuknya. Mungkin perpisahan kami memang terasa sangat menyakitkan, tetapi perpisahan dengan kata-kata akan jauh lebih baik dibanding ditinggalkan begitu saja tanpa penjelasan."

Selena mengambil kaosnya dan mengenakannya sekenanya sebelum beranjak untuk menulis sebuah surat perpisahan untuk Daniel. Tentunya Selena tidak menjelaskan situasi yang sesungguhnya. "Aku menulis surat ini bukan karena aku berharap kau mengerti situasinya dan bisa memaafkan diriku. Tapi aku berharap kau bisa menjalani kehidupanmu lagi tanpa menunggu diriku yang tidak mungkin bisa kembali padamu," ucap Selena masih dengan tangisannya.

Setelah selesai, Selena meletakkan surat perpisahan itu di tempat yang mudah ditemukan oleh Daniel. Selena bergegas untuk membersihkan diri dan berpakaian. Lalu ia kembali mengedarkan pandangan di rumah sederhana yang kecil itu sebelum kembali menatap Daniel yang masih terlelap dengan nyenyak. Selena duduk di tepi ranjang. Air mata yang sudah kering, kembali menetes karena kini Selena benar-benar harus berpisah dengan Daniel.

Gairah Membara Sang Pewaris (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang