BAB 3 | Belum Waktunya

23.7K 638 10
                                    

"Mimpi buruk itu menakutkan, jadi biarkan aku tidur memelukmu, Istriku," ucap Lucio yang sudah menunggu Rachel di atas ranjang. Lucio sendiri tampak berusaha menunjukkan sisi maskulinnya, tetapi piyama bergambar kelincinya tampak sangat bertolak belakang dengan citra yang ingin ia bangun.

Rachel yang baru saja ke luar dari kamar mandi pun tampak menghentikan langkahnya. Kebutuhan Rachel memang sudah dipersiapkan sepenuhnya seperti yang dikatakan oleh Lucio sebelumnya. Jadi, kini Rachel sudah mandi dan berganti pakaian dengan gaun tidur yang nyaman. Hanya saja, rasa nyaman Rachel berubah ketika melihat suaminya yang sudah menunggunya di atas ranjang.

Mungkin, suaminya yang bertubuh kekar itu disebut idiot karena tingkahnya yang seperti anak kecil, tetapi pada kenyataannya ia tetaplah pria dewasa. Rencana Rachel yang berusaha untuk berpikir bahwa ia hanya perlu merawat dan mengasuh anak asuh, pada akhirnya buyar begitu saja melihat wujud suaminya yang sangat jauh dari rumornya. Suaminya yang hanya ingin dipanggil dengan nama Lucio tersebut rupanya tidaklah buruk rupa. Ia menawan dengan tubuh yang indah. Sikapnya juga tidak seburuk yang dirumorkan.

Alih-alih tampak menakutkan dengan sering mengamuk dan berbahaya, ia malah memiliki sikap manis dan tulus selayaknya anak-anak. Rachel menjadi tidak merasa terancam. Ia cukup nyaman berada di sana. Malah terasa lebih nyaman di banding saat berada di rumah ayahnya.

"Terima kasih," ucap Rachel lalu naik ke atas ranjang yang tidaklah terlalu luas untuk digunakan oleh dua orang dewasa.

"Istriku wangi," ucap Lucio sembari memeluk dan menghirup aroma tubuh Rachel yang lembut.

"Tu, Tunggu dulu," ucap Rachel yang merasa malu sendiri dengan apa yang dilakukan oleh Lucio. Mungkin Lucio melakukannya karena merasa bersemangat bertemu dengan orang baru dan berinteraksi seperti ini. Setelah sekian lama dirinya diasingkan serta dijauhi.

"Istriku tidak suka kupeluk?" tanya Lucio sembari memasang ekspresi sedih setelah merenggangkan sedikit pelukannya.

Melihatnya membuat hati Rachel berat. Rachel bisa merasakan dan membayangkan penderitaan Lucio selama ini. Pasti berat dengan keterbatasan yang ia miliki untuk tinggal seorang diri di tengah perkebunan, dan tanpa ada merawatnya. Orang-orang menjauhinya, dan hanya memanfaatkannya. Kembali, Rachel merasa bahwa situasi menyedihkan yang Lucio alami sama seperti situasinya. Mereka sama-sama dimanfaatkan.

Rachel menggeleng sembari tersenyum. Meskipun baru bertemu, tetapi mereka sudah menjadi suami istri yang pernikahannya sudah diakui secara hukum dan negara. Mereka juga memiliki banyak kesamaan dalam latar belakang, membuat Rachel pada akhirnya merasakan keterikatan dan perasaan akrab dengan Lucio. Rachel balas memeluk Lucio lalu menepuk-nepuk punggungnya.

Lalu Rachel berkara, "Tidak. Bukan seperti itu. Aku hanya ingin meminta jangan memelukku dengan terlalu erat. Sekarang mari kita tidur, Suamiku."

Lucio yang tampan tampak tersenyum cerah. Kedua matanya berbinar seakan-akan dirinya sangat bahagia. Menurut Rachel, suaminya ini benar-benar seperti buku terbuka. Di mana apa yang ia rasakan dan pikirkan bisa dengan mudah terbaca pada ekspresi wajah tampannya. Lucio tampak menundukkan kepalanya sembari berkata, "Mimpi indah, Istriku."

Tidak membutuhkan waktu terlalu lama bagi keduanya untuk jatuh tertidur dengan pulasnya. Tepartnya adalah Rachel, yang memang terlelap dengan nyenyak. Rachel tidak bisa menahan diri untuk tidur dan tidak menyadari apa yang terjadi di sekitarnya. Ia merasa begitu nyaman karena kasur di mana dirinya berbaring terasa begitu empuk, sangat jauh berbeda dengan tempat tidurnya di rumah sang ayah. Rachel tidak mengetahui apa yang terjadi setelahnya, karena dirinya benar-benar tidur dengan pulasnya.

Seharusnya, mereka memang tidur sesuai rencana. Walaupun itu adalah malam pertama bagi keduanya, menghabiskan malam seperti pasangan pengantin lainnya tentu saja terlalu berlebihan. Setidaknya itulah yang Rachel pikirkan. Mengingat Rachel merasa bahwa Lucio tidak mampu dan tidak akan berpikir menganai hal-hal yang berbau seksual. Tubuh Lucio memang matang selayaknya pria dewasa pada umumnya, tetapi mentalnya masihlah seperti anak kecil yang belum genap berusia sepuluh tahun.

Rachel dan Lucio sama-sama terlelap dengan nyenyak. Hal yang terlihat aneh sebab keduanya bisa terlihat begitu nyaman di saat keduanya sama-sama baru mengenal satu sama lain di hari itu. Bahkan itu adalah hari pertama mereka melihat wajah satu sama lain. Jadi, rasanya mereka masihlah bisa menyebut satu sama lain sebagai orang asing. Namun, anehnya keduanya bisa tidur dengan begitu nyaman dengan posisi yang cukup intim pula.

Rachel sendiri untuk pertama kalinya bisa merasakan tidur di kasur yang begitu empuk. Walau terlalu pas untuk digunakan oleh dua orang yang telah dewasa, tetapi itu tetap jauh lebih nyaman digunakan dibandingkan kasur yang selama ini Rachel gunakan di kediaman ayahnya. Rachel tidur dengan cukup nyenyak hingga dirinya mulai merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya. Tepatnya, ia merasakan sesuatu menggerayangi tubuhnya, tepatnya mengelus perutnya yang ramping.

"Geli," gumam Rachel ketika usapan itu mulai merayap pada bagian dadanya yang terasa begitu bebas karena bra yang melindunginya sudah terlepas.

Lalu beberapa saat kemudian, Rachel yang masih setengah tidur dan masih memejamkan matanya dengan erat, merasakan hal yang lebih mengejutkan. Hal tersebut adalah puncak payudaranya yang terasa sangat geli. Tidak hanya satu, tetapi kedua puncak payudaranya merasakan sensasi geli yang berbeda. Jika di sebelah kiri teresa seperti basah dan dihisap kuat, maka yang sebelah kanan kini tengah dipilin dengan gerakan yang begitu lihai dan tanpa sadar tubuh Rachel mulai menggeliat dan bergetar.

"Ugh," erang Rachel yang tampaknya mulai mendapatkan dorongan untuk membuka matanya karena semua sensasi aneh yang baru ia rasakan. Ada perasaan gelisah yang muncul karena semua sensansi mendebarkan yang asing tersebut.

Namun, begiu Rachel membuka kedua matanya, Rachel merasakan bahwa ada sebuah telapak tangan yang besar menutupi kedua matanya. Lalu beberapa saat kemudian terdengar bisikan pria dengan suara rendah yang berkata, "Tidak. Ini belum saatnya. Tidurlah lagi. Maaf aku mengganggu tidurmu. Aku tidak tahu bahwa tubuh polosmu bisa bereaksi sehebat ini hanya karena sentuhan ringanku."

Bisikan itu entah mengapa membuat Rachel yang semula merasa gelisah, kini kembali merasa tenang. Napasnya yang tadi memberat tampak kembali ringan dan secara ajaib, Rachel kembali tidur. Lalu hembusan napas hangat terasa begitu jelas pada leher Rachel. Disusul dengan jejak panas dan basah yang tertinggal di leher jenjangnya. Rachel yang sudah kembali tertidur tentunya tidak menyadari apa yang terjadi tersebut.

Sementara suara bisikan pria bersuara rendah itu kembali terdengar berkata, "Kau benar-benar lengah. Jika saja kau lebih gaul sedikit saja, kurasa sudah ada banyak bajingan yang memangsamu karena kelengahanmu ini."

Rachel benar-benar tidak menyadari apa yang terjadi sebenarnya, hingga ia terbangun keesokan paginya. Itu pun dengan dirinya yang sudah disambut oleh senyuman cerah dari Lucio. Pria yang berstatus sebagai suaminya itu menyambutnya dengan kecupan selamat pagi sembari berkata, "Selamat pagi istriku."

Butuh beberapa waktu bagi Rachel yang masih terbaring untuk sadar sepenuhnya dan teringat semua kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Lalu seketika senyuman Rachel merekah dengan indahnya. Ia sadar bahwa kini sudah sepenuhnya terlepas dari penyiksaan ayah dan keluarga ayahnya itu. Rachel sudah mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan keluarga baru yang senantiasa menyuguhkan senyuman manis untuknya.

"Selamat pagi. Ayo sekarang kita bereskan kamar dan mulai hari kita," ucap Rachel memimpin.

Lucio tentunya menurut. Ia bertingkah manis dan membuat Rachel mulai menumbuhkan kasih sayang yang mendalam terhadap pria itu. Rachel sama sekali tidak menyadari bahwa saat ini Lucio diam-diam melirik pada jejak kemerahan pada leher putih Rachel. Bahkan diam-diam, Lucio yang tampak manis dengan piyama bergambar kelincinya kini tampak menyeringai seakan-akan dirinya sudah melakukan sesuatu yang sungguh nakal.

Gairah Membara Sang Pewaris (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang