BAB 24 | Keputusan Akhir

11.8K 523 16
                                    

Rachel yang mendapatkan pertanyaan semacam itu dari Lucio tentunya menjadi bingung. Lalu Emma tiba-tiba tampak mendekat padanya. Namun, Rachel secara refleks mundur, dan Lucio sendiri berdiri di hadapan Rachel untuk menghalangi Emma untuk lebih mendekat. "Bicara dari sana," ucap Lucio dengan penuh penekanan.

"Rachel bukankah kita keluarga? Bukankah seharusnya sebagai keluarga kita harus membantu satu sama lain? Ayahmu tengah sakit. Lalu keluargamu tengah jatuh bangkrut dan tertimpa kesulitan yang tidak terbayangkan. Apakah kau tega jika melihat kami tinggal di jalanan setelah rumah kami disita? Lalu bagaimana dengan ayahmu yang sakit dan tidak bisa mendapatkan perawatan?" tanya Emma tampaknya berusaha untuk membujuk Rachel agar mau memberikan bantuan.

Namun, Sarah sama sekali tidak mau memohon seperti itu. Harga dirinya masih terlalu tinggi untuk meminta bantuan dari seseorang yang ia anggap sebagai seseorang yang statusnya jelas jauh lebih rendah dibandingkan dirinya. Namun, ada fakta yang membuat Sarah merasa sangat marah. Hal itu adalah fakta bahwa saat ini rasanya Rachel sudah jauh lebih unggul dibandingkan dirinya. Sebab Rachel kini memiliki Lucio yang tamak luar biasa.

Lucio mungkin selama ini tidak pernah menunjukkan wajahnya di hadapan umum. Ia juga tidak pernah terlihat secara langsung memberikan perintah pada ribuan bawahannya. Namun, Lucio pada dasarnya adalah seorang pemimpin yang memiliki bakat alami yang mengalir dalam darahnya. Hanya dengan berdiri diam dan memberikan tatapan tajam, ia jelas sudah memberikan intimidasi yang mengancam lawan bicaranya.

Ditambah dengan rupanya yang menawan serta postur tubuhnya yang tinggi kekar, jelas Lucio adalah paket komplit yang sangat sayang untuk dilewatkan. Namun, Sarah melewatkan hal terbaik yang ada di depan matanya dan mengira bahwa itu adalah sebuah sampah. Sarah menarik ibunya dan berkata, "Berhenti bertingkah menyedihkan seperti itu, Ibu. Jangan memohon, minta saja apa yang sudah menjadi hak kita. Jika bukan karena kita, Jalang itu sama sekali tidak akan memiliki nasib baik seperti saat ini."

Bryon menegur, "Perhatikan kata-katamu, Sarah! Beraninya kau mengatakan hal itu di hadapan seseorang yang bisa menyelematkan kita dari kubangan penderitaan!"

Sementara itu Lucio tampak sangat marah dan berkata pada Sarah, "Berani sekali kau menyebut istriku dengan cara seperti itu. Seharusnya kau berkaca, siapa di sini yang pantas untuk disebut jalang. Istriku hanya miliku seorang, tetapi kau sudah menjadi milik banyak lelaki. Kurasa kau yang lebih pantas untuk disebut sebagai seorang jalang."

Emma menggenggam tangan putrinya dengan kuat-kuat. Ia sungguh merasa frustasi. Ia tidak ingin masuk ke dalam kubangan kemiskinan. Emma sama sekali tidak pernah membayangkan hidup dalam lingkaran mengerikan seperti itu. Jadi, ia akan membungkam putrinya dengan cara apa pun agar tidak mengusik kemarahan Lucio dan Rachel. Sebab keduanya lebih dari mampu untuk mengakhiri ancaman penderitaan ini.

"Tutup mulutmu, Sarah. Jangan mengatakan omong kosong lagi. Sekarang memohonlah pada Rachel. Ibu yakin, dia akan mendengarkan permintaan kakaknya," ucap Emma tampak mendesak Sarah.

Hanya saja Sarah masih saja berkeras hati. Ia malah bereriak, "Siapa yang kakaknya?! Aku sama sekali tidak sudi untuk disebut sebagai kakak oleh wanita rendahan seperti dia!"

Saat situasi menjadi semakin menegang, saat itulah Rachel berkata, "Aku juga tidak ingin menyebutmu dengan cara seperti itu. Bagiku, kalian tidak pernah bisa disebut sebagai keluarga."

Bryon buru-buru berkata, "Dulu Ayah memang sudah melakukan kesalahan. Ayah akui itu. Tapi sekarang kita bisa memulainya dari awal. Kita bisa menjadi keluarga yang sesungguhnya. Jadi, tolong bantu Ayah memeprbaiki kehidupan Ayah yang kacau balau ini."

"Benar. Aku bisa menjadi ibumu, dan Sarah juga bisa menjadi kakakmu. Kita akan menjadi keluarga sesungguhnya. Jadi lupakan saja kenangan buruk yang terjadi di masa lalu dan mari buat kenangan indah di masa depan sebagai keluarga," tambah Emma sembari menekan tangan Sarah untuk tidak mengatakan hal yang buruk dan lebih baik mengikuti alur sandiwara mereka sesuai yang telah mereka rencanakan.

Sarah tampak sangat membenci situasi tersebut. Namun, pada akhirnya ia berkata, "Ya, kau bisa menjadi adikku. Aku akan menerimamu menjadi adikku."

Hanya saja, bukannya rasa haru atau kebahagiaan yang mereka lihat dari Rachel, saat ini mereka malah mendengar Rachel yang menertawakan mereka. Tentunya itu sangat menyinggung Sarah. Lalu Rachel berkata, "Ternyata kalian benar-benar tidak memiliki harapan apa pun lagi. Kalian sungguh tidak memiliki hati nurani. Setelah semua hal yang kalian lakukan padaku, jangankan meminta maaf, kalian bahkan tidak terlihat menyesal sedikit pun."

"Wah apa ini? Apa kau baru saja menunjukkan wajah aslimu? Apa sekarang kau bertingkah arogan dan menginginkan kami meminta maaf padamu?" tanya Sarah dengan nada tinggi.

Lucio sejak tadi hanya mengawasi, sebab ia tahu bahwa istrinya saat ini sudah mengambil keputusan. Rachel mungkin baik hati, tetapi ia tidak bodoh. Ia tahu bagaimana caranya untuk mengambil sikap yang tepat dalam situasi apa pun. Karena itulah, kini Lucio hanya mengawasi dan memastikan bahwa istrinya tidak terluka. Rachel tampak meraih tangan suaminya dan menggenggamnya erat. Tentunya Lucio balas genggaman tersebut. Memastikan bahwa istrinya tidak merasa sendirian menghadapi situasi itu.

Rachel balik bertanya, "Bukannya menginginkan, tetapi aku memang sudah seharusnya mendapatkan permintaan maaf dari kalian yang sudah banyak melakukan kesalahan padaku. Kalian membenciku padahal aku tidak pernah melakukan kesalahan apa pun pada kalian. Sebelum mengharapkan bantuan dariku, bukankah sudah seharusnya kalian meminta maaf terlebih dahulu padaku?"

Terlihat Emma dan Bryon saling berpandangan, seakan-akan tengah berdiskusi apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Rachel sendiri segera memotong diskusi mata itu dengan berkata, "Tidak perlu repot untuk mminta maaf, sebab aku juga tidak mengharapkan hal itu dari kalian yang sama sekali tidak menyesali kesalahan yang telah kalian perbuat."

Setelah mengatakan hal itu Rachel beralih pada suaminya dan berkata, "Ayo pergi ke pantai. Aku ingin melihat pantai, suamiku."

Lucio segera merangkul istrinya lalu membalas, "Tentu. Ayo kita pergi ke pantai. Mari berlibur sembari menikmati pemandangan pantai yang indah."

Tentunya Emma dan Bryon berusaha mencegah kepergian keduanya. Sementara Sarah tampak memaki penuh kemarahan. Namun, Emma dan Bryon tidak bisa mengejar lebih jauh sebab rupanya ada pengawal yang menahan mereka. Sementara sisa pengawal tampak mengikuti Lucio dan Rachel yang sudah melangkah jauh. Mereka memasuki mobil mewah yang memang sudah menunggu mereka di area parkir.

Saat Rachel duduk di dalam mobil ia menghela napas panjang dan Lucio secara refleks mengulurkan tangannya lalu mengusap perut istrinya dengan lembut. "Apa ada yang terasa tidak nyaman?" tanya Lucio.

Rachel tersenyum saat melihat kecemasan yang tampak sangat jelas pada sorot mata suaminya. Rasanya sungguh menggelitik ketika dirinya menyadari ada seseorang yang begitu perhatian pada dirinya seperti ini. Lalu Rachel menjawab, "Aku baik-baik saja. Aku hanya merasa bersemangat untuk melihat pantai. Karena ini akan jadi kali pertama bagiku."

"Benarkah?Kalau begitu, aku harus memastikan bahwa pengalaman pertamamu ini akan menjadipengalaman yang tidak terlupakan," balas Lucio lalu mengecup bibir istrinyasebelum meminta supir untuk segera mengemudikan mobil mereka menuju pantai dimana ada penginapan mereka dibangun di sana.


.

.

Sudah menuju ending bagian pertama nih hehe.
Bakal ada ekstra part nantinya, bagian kedua juga bakal langsung aku upload. Tapiiii jangan lupa follow ya kalau mau bab hot-nya
Ayok tinggalin jejak kalian tsay💃🏻

Gairah Membara Sang Pewaris (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang