BAB 22 | Dimanjakan

12.3K 567 22
                                    

"Nyonya, ini teh daun mint untuk meredakan mual Anda," ucap kepala pelayan yang meletakkan cangkir teh di hadapan Rachel.

"Te-Terima kasih," balas Rachel dengan wajahnya yang terlihat cukup pucat.

Kepala pelayan yang bernama Peony tersebut tampak menatap Edith yang juga tengah mengamati kondisi Rachel dalam diam. Saat ini Rachel tampak selayaknya nyonya muda dari keluarga konglomerat yang tengah menikmati waktu minum tehnya. Ia tampak anggun dengan gaun rumahan dari merek ternama dan rambut yang tergerai alami, Rachel jelas terlihat sangat menawan. Namun, sepertinya kondisi Rachel sama sekali tidak baik.

Karena mencemaskan keadaan sang nyonya, Edith pun mendekat dan membungkuk sebelum bertanya, "Nyonya, apakah mual Anda masih belum membaik?"

"Ini sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya," jawab Rachel masih merasa baru dan tidak terbiasa dengan panggilan nyonya yang ia dapatkan.

Kondisi Rachel di kehamilan mudanya memang cukup membuat orang-orang merasa prihatin. Ia hampir tidak bisa memakan apa pun, karena merasa sangat mual. Ketika berhasil memakan sesuatu, ia akan segera memuntahkannya. Dokter pribadi keluarga juga sudah memeriksa kondisi Rachel, memberikan saran dan resep untuk menangani kondisi Rachel tersebut. Namun, sepertinya kondisi Rachel juga belum kunjung membaik.

"Nyonya, apa Anda ingin kudapan? Saya akan ke dapur dan meminta kepala koki untuk menyiapkan kudapan yang bisa Nyonya nikmati tanpa merasa mual," ucap Peony memberikan tawaran.

Rachel sebenarnya tidak tertarik, tetapi karena sadar bahwa Peony dan orang-orang di sini sangat memperhatikannya, maka ia pun mengangguk. "Te-Terima kasih. Maaf karena sudah merepotkan," ucap Rachel.

"Itu sama sekali tidak merepotkan, Nyonya. Saya malah merasa sangat terhormat karena mendapatkan kesempatan untuk melayani Anda. Saya akan segera kembali," balas Peony lalu undur diri untuk menyiapkan apa yang sudah ia katakan sebelumnya.

Sementara Edith masih berada di tempatnya, tampak berpikir dalam waktu yang cukup lama sebelum bertanya, "Apa perlu saya panggilkan tuan? Saya rasa, keberadaan tuan akan membuat Nyonya merasa lebih nyaman?"

Saat ini Lucio memang tidak terlihat, karena tengah berada di ruang kerjanya bersama Cesar. Ada beberapa hal yang perlu mereka diskusikan. Sejujurnya, Rachel memang sudah merindukan suaminya itu, tetapi ia tidak ingin mengganggunya dengan memanggilnya ketika ia tengah sibuk bekerja. Namun, sebelum Rachel menjawab pertanyaan tersebut, Lucio sudah lebih dulu muncul sebelum bertanya, "Apakah istri manisku sudah sangat merindukanku?"

Rachel pun menoleh dengan senyum cerahnya, tanpa mengatakan apa pun semua yang ia rasakan sudah tersaji jelas di wajah cantiknya. Rachel benar-benar merasa bergantung dan terikat pada suaminya itu. Tentunya Lucio dan semua orang menyadari hal tersebut. Secara khusus, Lucio senang dengan fakta tersebut. Lucio berjongkok di hadapan Rachel dan menggenggam tangannya dengan lembut sebelum mengecupinya dengan penuh kasih.

"Kau benar-benar merindukanku?" tanya Lucio lagi.

Kali ini Rachel mengangguk. "Iya," jawab Rachel dengan kejujuran yang tampak sangat manis.

Lucio menghadiahi kecupan di bibirnya lalu berkata, "Itu hadiah untuk kejujuranmu."

Setelah mengatakan hal tersebut, Lucio pun melirik pada cangkir teh istrinya. Lalu Edith yang menyadari hal tersebut pun menjelaskan, "Nyonya masih merasa mual dan tidak bisa mengonsumsi apa pun. Saat ini kepala pelayan tengah pergi ke dapur untuk meminta dibuatkan kudapan yang bisa dikonsumsi tanpa merasa mual."

Mendengar hal itu, Lucio pun menatap Rachel dan bertanya, "Bukankah ibu hamil biasanya memiliki sesuatu yang ingin ia makan untuk mengurangi mualnya? Jika kau memiliki hal seperti itu, katakan saja."

Gairah Membara Sang Pewaris (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang