OUR SECRET ROMANCE- 1998 (Eps.1 & 2)

215 9 2
                                    


PART 1

27 April 1998

        Sebuah bumi perkemahan nan asri, langit cerah, berlatarkan bukit, dengan hutan kecil berpepohonan rindang, angin bertiup sepoi-sepoi, hening bersanding dengan kicau burung dan gemersik dedauan. Semua nampak sempurna bak lukisan di ruang tamu rumah-rumah era presiden kedua. Sudah bagus tak ada jalan di tengah yang membelah sawah menuju gunung kembar dengan matahari di tengah belahannya, beserta burung-burung gagak dengan sayap patahnya serupa huruf M yang mengepak-ngepak di langit... (replika yang memangkas imajinasi puluhan tahun lamanya...)

Pada arena perkemahan itu, puluhan titik di tanah telah ditandai, dengan ransel-ransel tenda, diberi batas tali yang diikat pada pasak yang tertanam, membentuk petak-petak dalam lajur berdasarkan kelompok, kelas, jenis kelamin. Ditata melingkari arena tengah yang kosong, sebuah peraduan api unggun. 

Kedamaian itu tak berlangsung lama, seibarat lukisan yang somplak karena talinya putus sebelah, tatkala seketika melesak ratusan anak tetiba berlari menyerbu. Dimulai dari sisi depan, lalu menyebar liar ke segala penjuru, sambil bersorak sorai, saling berebut lokasi terbaik, saling memanggil satu sama lain, gaduh luar biasa, chaos, seru, beberapa bahkan bertingkah gila-gilaan, diiringi musik pop tahun 90-an. Maka camping tahunan 1998, untuk anak-anak kelas dua SMA Negeri 1001, boleh dibilang resmi dibuka.


PART 2 

      Seorang gadis berkaca mata, rambutnya dikuncir licin, dengan poni tepat di atas alis, kulitnya putih, keturunan Tionghoa, bertubuh gemuk, berjalan lamat-lamat sambil berputar mengamati sekitar.  Gerakannya yang lembam beberapa kali membuat ia hampir terterjang. Ada tiga kali pundaknya terhantam anak-anak lain yang bergerak sangat cepat yang terus melewatinya tanpa berhenti. Gadis itu bernama Moni, dari Harmoni

Moni berjalan di atas rerumputan, di antara petak-petak yang berisikan sekelompok-sekelompok anak yang mulai membentangkan parasut tenda mereka. Melangkahi pita demi pita penanda berwarna merah, yang mengkotak-kotakan mereka semua. Ia mencari kelompok yang telah ditentukan, yang kalau bukan saat camping ini tak akan pernah dimilikinya. Di lokasi itu ternyata telah ada 4 anak perempuan lainnya meriung, berbincang akrab, menjerit-jerit penuh canda, tak sengaja menginjak kaki Moni yang baru saja datang.

         "Eh sorii..."

         "Gapapa. Gapapa. "

Mereka sibuk bertukar cerita mengenai sebuah topik yang tak dimengerti oleh Moni. Tentang seorang anak laki-laki berdarah Jawa Ambon, yang konon tengah digilai di sekolah itu, mereka menyebutnya... Darling. Moni memandang ransel tenda kelompoknya yang belum tersentuh, melirik keempat anak tadi yang seperti tak bisa disela ocehannya, lalu memutuskan untuk membongkar parasut itu sendiri. 

Setelah beberapa menit berjibaku akhirnya tenda itu berdiri. Wajah Moni berpeluh dan memerah bagai udang rebus ditempa matahari jam 2 siang, salah satu dari keempat anak tadi menoleh ke arah Moni.

          "Mau dibantuin?"

          "Oh, udah kok... "

Moni tampak puas dan sedikit berharap usahanya mendapat perhatian. Namun keempat anak itu langsung masuk, melemparkan ransel pribadi sekenanya, menggelar tikar serta matras, lalu buru-buru berkerumun melanjutkan gosip yang belum selesai. Meninggalkan Moni sendirian di luar, merasa terabaikan.  

Our Secret Romance - 1998Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang