PART 70
Khalil menundukkan kepalanya, nampak begitu gamang.
"Gue males ngebahasnya."
Moni terdiam. Ia benar-benar tak mengerti apa yang dikatakan sahabatnya. Urusan para murid laki-laki itu, tak berani ia untuk membahasnya. Namun melihat raut wajah Khalil yang menjadi sedemikian kalut... Gadis itu bertanya-tanya. Suara Khalil pun terdengar kian memelan,
"Jangan-jangan... emang gue yang berubah... Seharusnya..., gue gak ninggalin mereka... Seharusnya... gue ada bersama-sama mereka... saat ini... apapun yang terjadi..."
Moni tertegun... Kepiluan di wajah itu tak dipungkiri mempengaruhi perasaan Moni...
"Gue kehilangan sahabat gue, Mon... Gue gak mau percaya... tapi gue liat itu di matanya..."
Moni seperti sudah menebaknya.
"Soleh...?"
Khalil tak menjawabnya.
"Gue harus belajar untuk ngelepasin dia... Ini bukan pertama kali, gue kehilangan sahabat... dengan cara yang berbeda... Sampe sekarang menghantui gue... Gue gak mau mengalaminya lagi."
Tiba-tiba Khalil menitikkan air mata begitu saja. Ini belum pernah terjadi, di masa remajanya yang penuh tawa dan kegembiraan... Kesepian itu terasa begitu mendalam... ia yang secara sadar memilih... jalan sepi itu... melepaskan diri dari keterikatannya... tertinggal hanya dengan dirinya seorang... Khalil menutup wajahnya. Moni tergetar, memandang punggung sahabatnya yang terduduk di bangku taman... Tangan gadis itu gemetar, ingin mengusap bahu bidangnya... membelai rambut ikalnya... merangkul tubuhnya yang hangat... dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja... Namun Moni tak berani menyentuhnya...
"Khalil... kalo saat ini lo ninggalin temen- temen lo... itu justru karena lo setia..."
Khalil terperangah mendengar kata-kata itu. Ia menengadah, dengan wajah nelangsa... menatap Moni yang tengah berdiri menatapnya juga dengan mata berkaca-kaca... Pemuda itu seakan mencari-cari jawaban.
"Gue ninggalin mereka... gue setia...?"
"Iya. Lo setia sama diri lo. Gue gak tau apa yang lo alami, tapi... apapun yang terjadi... jangan pernah ninggalin diri lo... karena itu akan jauh lebih sepi... Gue pernah mengalaminya... sesaat sebelum ketemu lo..."
Sekejap kata-kata itu seakan membasuh seluruh kepala dan punggung belakang Khalil... Entah mengapa gadis itu membuat ia mengerti... sekaligus merasa dimengerti... Moni tak ingin membuat mereka berdua terlarut, mencoba lebih menghibur.
"Untungnya abis itu... ada siluman serigala masuk ke tenda gue... Tadaa... hehehe..."
Moni memperagakan gaya kemunculan Khalil di momen pertama mereka bertemu... Membuat pemuda itu akhirnya tertawa sambil menopang keningnya, menggeleng-gelengkan kepala. Beban di pundaknya kini mulai sedikit terangkat.
"Terus... kita musti ngapain sekarang...?"
"Belajar bahasa Itali-lah... Buongiorno...!"
"Hahaha... Moncor-no...! Ogah. Udah 2 hari, lidah gue butuh istirahat. Gimana kalo kita... lari...?"
"No! No, grazie...! Betis gue juga tegang terus dari kemarin..."
"Justru itu harus dilanjutin, hehe... Oh iya, gue hampir lupa...! Yok, kita jalan sekarang."
"Hah? Kemana...??"
"Hari pertama kan lo udah berhasil lari 1 putaran, kemaren 2 putaran. Hari ini hadiahnya..."
"Wah, itu gak mendidik... berat gue belum juga turun..."
"Ayoook!"
Pemuda itu menyambar tas Moni dan memimpin menuju motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Romance - 1998
Humor...Ada gemuruh juga keheningan, ada selintir nyeri juga hangat yang berpendaran... Mereka yang saling membaca, walau dalam diam. Senyum itu mulai tersungging, yang termanis yang pernah dilihat Khalil, yang tertulus yang pernah dirasakan Moni. Walau...
