PART 34
Setelah berpisah dari Moni, Darlang berjalan santai menuju tendanya ketika gerombolan teman-temannya datang menghampiri dengan wajah kencang. Soleh, sahabatnya sejak SD langsung mengeceknya.
"Lang! Diapain lo sama si Beno?? Kasitau gue!"
Juga kawan-kawan lainnya, yang matahari pun belum terik benar sudah memanas.
"Dibawa kemana lo kemaren?? Si Alisa bilang terakhir lo di dapur abis itu menghilang..."
Darlang masih tak menangkap apa yang diributkan.
"Apaan nih...? Apaan...?"
"Lo ngumpet? Jangan bikin malu pake kabur-kabur dari mereka! Kita sikat aja tuh alumni taik!"
"Yoi! Tenang aja, Lang... Mereka kalah jumlah!"
"Hah? Mau ngapain? Gue lagi damai nih, abis merenung di bukit... Kok malah pengen ribut? Udah ah. Gue mau makan, laper."
Tiba-tiba dari kejauhan tampak rombongan lain mendekati mereka. Anak-anak itu kontan langsung mengambil posisi, Soleh selangkah lebih maju dan berdiri tepat di depan sahabatnya. Rombongan itu semakin mendekat, ternyata Beno beserta konco-konconya. Namun yang aneh tampak Alisa dan Fey di antara mereka. Darlang terkejut, ia pun melangkah lebih maju lagi di depan Soleh. Alisa berlari duluan ke arah Darlang, sementara para alumni itu berhenti, berdiri dengan angkuh menjaga jarak agak jauh.
"Darlaang... Kamu kemana aja?? Kemarin aku balik nyari-nyari kamu di dapur, kamu udah gak ada...?"
Alisa memegang kedua tangan sang gebetan dengan cemas. Fey juga mendekat.
"Tenang semuanya. Gue udah negosiasi sama si Beno."
Mendengar itu, Soleh langsung maju dan bicara kencang di dekat telinga Darlang, namun tak berani menatap Fey.
"Gak ada nego-nego! Mereka jual, kita beli!"
Darlang mengucek-ngucek telinganya yang hampir budeg oleh gertakan Soleh. Fey mendengus kesal, lalu menatap Darlang.
"Demit, dengerin gue ya... Lo hanya perlu ngelakuin satu hal, abis itu beres. Kalo Beno masih macem- macem, urusan gue di luar sekolah..."
Sekali lagi Soleh tak sepakat.
"Gak ada urusan di luar sekolah. Kelarin di sini... Sekarang!"
Fey menengok kesal.
"Udah beres, nyeet. Lagian nih dua anak juga yang salah. Gak bisa jaga syahwat!"
"Hah?? Emang kita ngapain?? Ngaco lo, Fey!"
Alisa protes. Darlang semakin tak ngudeng.
"Apaan dinego-nego?? Gue gak ngapa-ngapain. Udah satu lawan satu aja, gue sama Beno, kalo dia berani!"
Alisa mencegahnya dengan wajah memelas.
"Laang... Dengerin aku... Beno ngancem mau aduin urusan kemaren ke senior cheer leaders. Aku takut posisiku sebagai ketua cheers dibatalin, padahal aku udah susah-susah dapetinnya. Kamu ikutin aja yang Fey bilang, ya... Abis itu kita aman kok. Pliis...
Soleh telah kehabisan kesabaran.
"Ngapain lo cewek-cewek pada sok ikutan ngatur...?? Ini urusan cowok!"
"Eh, ini sepupu gue... Jadi ini urusan keluarga. Lo yang gak usah ikut campur!"
Fey dan Soleh bertatap-tatapan, tak terima. Darlang menyempil di antara keduanya.
"Udeeh... Jadi ribut sendiri sih? Fey, emang gue disuruh ngapain?"
Sambil bertatap-tatapan dengan Beno dari kejauhan, Darlang mendengarkan Fey membisikan sesuatu ke telinganya. Kali ini matanya membelalak nyaris keluar.
PART 35
Puncak acara penutupan camping 1998 untuk kelas 2 SMA 1001 hampir dimulai. Setelah ini mereka akan kembali ke sekolah, dan kembali belajar sehabis mendapat libur satu hari untuk beristirahat. Seluruh peserta camping telah berkumpul di lingkaran tengah. Tampak Alisa dan kelompok cheerleaders-nya lengkap dengan kostum, berjalan memasuki area panggung dengan sejuta gaya, tak lama intro lagu 'Inikah Namanya Cinta' dari ME berkumandang, para penari mulai beraksi... Penonton ramai mendesak maju, berebut melihat dari dekat. Ada satu penari misterius di paling belakang masih membelakangi penonton, tampaknya akan menjadi bintang dari atraksi kejutan ini. Ketika intro lagu telah lewat seluruh penari terbelah menjadi dua, bergerak memberi jalan untuk sang penari paling belakang tersebut, dan berbaliklah sang penari misterius itu dengan wajah kesal... Meledaklah sambutan seluruh penonton serta merta...! Ternyata sang penari misterius itu adalah Darlang... dalam kostum cheerleaders lengkap dengan wig dan riasan wajah...!? Riuh rendah tawa segenap teman-teman dan penggemar Darlang menyaksikan itu.
"Darling...! Oh, Darling...!"
Ramai anak-anak itu memanggil sebutan kesayangannya, baik remaja putri, maupun konco-konco prianya yang tergelak hingga jungkir balik. Tampak di awal wajah segan Darlang, mengikuti dengan ogah-ogahan gerakan lincah penari lainnya, hingga menjelang pertengahan lagu, pemuda itu terbawa suasana, kian menikmati perannya... dan melakukan gerakan-gerakan improvisasi total dari yang seharusnya... makin akhir makin menggila... memutar-mutar kepalanya hingga wig itu terlempar jauh ke arah penonton dan hinggap tepat di kepala Soleh yang botak...! Pemuda itu terkejut, merampas dengan kesal wig tersebut dari kepalanya. Darlang malah turun panggung menghampirinya sambil menunjuk ke arahnya dengan mimik sok menggoda, lalu menariknya untuk ikut menari, semakin mengundang kehebohan... Soleh memandangnya jijik, meronta-ronta berusaha melepaskan dirinya dari tarikan sang penari ular nan sinting itu... yang akhirnya menyerah dan terkekeh-kekeh malu. Sakit perut semua yang menyaksikannya, termasuk Moni yang tak berhenti tertawa melihat penampilan sensasional sahabatnya dalam pertunjukan itu. Sungguh camping kali ini tak akan pernah terlupakan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Romance - 1998
Humor...Ada gemuruh juga keheningan, ada selintir nyeri juga hangat yang berpendaran... Mereka yang saling membaca, walau dalam diam. Senyum itu mulai tersungging, yang termanis yang pernah dilihat Khalil, yang tertulus yang pernah dirasakan Moni. Walau...