PART 55
Alisa mengajak Darlang duduk di bangku taman di bawah pohon rindang, sambil membersihkan wajah gebetannya yang belepotan.
"Temen-temen kamu nyebelin ya... Masa muka kamu dicelemotin begini? Katanya temen?? Begok-begok lagi..."
"Becanda kali... Aku juga sering usil ke mereka. Lagian temen kalo gak ada yang begok gak seru, hehe..."
Akhirnya wajah Darlang kembali bersih bersinar. Gadis itu tersenyum, lalu mengambil sesuatu di tasnya, sebuah deodoran dan menyemprotkanya ke seluruh tubuh Darlang dari rambut hingga kaki.
"Nah... Udah cakep kan...? Dah gak bau oli..."
"Uhuk... uhuk... Buset, banyak amat?? Nyamuk-nyamuk meninggal nih..."
"Punya papa aku, bawa aja. Pake ya kalo mau ketemu aku..., hihi."
Alisa memasukan deodoran itu ke tas Darlang.
"Masa aku bau papah-papah...?"
"Papaku ganteng, tau. Eh, tapi abis ketemu aku, kamu langsung pulang kan? Udah aku bikin wangi gini, ntar cewek-cewek lain yang pada nemplok..."
"Kumbang kayanya yang nemplok... Ini aku udah dilapin tisue basah, disemprotin deodoran sebanyak ini... Wanginya kayak kebon bunga aku..."
"Hihihi... Ini kan malam Minggu, kamu kok gak ajak aku jalan??"
"Oh... aku kan tiap sabtu - minggu ke bengkel."
"Yah gak seru banget sih, masa malam minggu di bengkel??"
"Aku lagi ngerjain karya pertamaku... Mobil desainku sendiri, udah 2 tahun aku kerjain. Nanti kamu liat deh..."
"Ehm... nanti aja deh kalo udah jadi, udah wangi. Oiya... Coba tebak aku bawa apa...?"
"Baygon?"
"Iiih... Aku bawa... ini!
Alisa mengeluarkan sebuah majalah remaja terkenal edisi terbaru dengan riang. Darlang bertanya-tanya.
"Majalah? Ooh... kamu kepilih jadi cover girl lagi ya?"
"Bukan. Itu nanti bulan depan. Maksudku ini loh..."
Alisa membuka dengan cepat sebuah halaman, dan menyodorkan ke depan mata Darlang untuk membacanya.
"Zodiak...? Terus?"
"Bintang... Kamu suka ramalan bintang kan? Hihihi... kita tuh sama banget sih ternyata..."
Alisa kegirangan akhirnya menemukan persamaan dirinya dengan sang calon pacar. Sementara Darlang terheran-heran.
"Ramalan bintang...? Emang aku suka?"
"Udahlah, cowok gak usah malu... Aku tau kok kamu suka ngomongin bintang. Hayo bintang kamu apa?"
"Gak tau..."
"Ah kamu, pura-pura. Kamu ulang tahun minggu lalu... jadi Taurus kan bintang kamu?"
"Oh... Baru tau..."
"Gimana sih kamu? Suka bintang tapi gak tau bintang sendiri?"
"Ya... aku emang suka ngeliat bintang..."
Darlang menatap jauh ke langit. Alisa terkejut, merasa terkecoh.
"Hah?? Jadi kamu sukanya bintang yang di langit? Loh..., apa serunya sih...? Yang mau diobrolin apa...? Kan gitu-gitu doang...?"
Gantian Darlang terkejut. Mendadak Alisa merasa kecewa.
"Kamu sebenernya pengen ngapain sih, Al...?"
"Aku tuh cuma mau ngobrool... yang kita sama-sama suka, yang kita sama-sama tau. Ya kayak orang pacaran gitu. Kita semenjak jadian, ya walau pura-pura..., belum pernah bener-bener ngobrol lama. Kamu gak kenal aku, aku juga bahkan gak tau kamu punya nama depan... Khalil? Aku tuh pengen kita lebih serius, aku pengen bisa kenalin kamu ke papa-mama aku..."
Darlang terkejut untuk kedua kalinya. Menegakkan duduk yang awalnya selebor itu.
"Pelan-pelan kali, Al... Waktu kita kan masih banyak. Kamu mau ngapain buru-buru? Mau kawin sama aku? Emang udah yakin banget? Hehehe..."
"Yakin."
Kali ini Darlang menelan ludah. Tak ada jawab yang bisa terlintas di kepalanya.
"Sori ya, Lang. Aku orangnya gak bisa basa basi. Besok tuh aku disuruh bolos sama papa aku, disuruh nemenin mamaku shoping ke Thailand. Bareng ibu-ibu pejabat..."
"Wah enak banget lagi krismon kamu bisa jalan-jalan..."
"Justru karena itu negara kan lagi bankrut, semua barang dijual murah, kapan lagi... Tapi utamanya aku pengen punya waktu berkualitas berdua aja sama mamaku selama 3 hari. Aku pengen dia denger semua cerita-cerita aku. Yah sambil lakuin hal yang kita suka, shopping."
"Wow... manis banget hubungan kalian..."
Alisa terdiam sejenak. Tak semua hal tentang keluarganya bisa ia ungkapkan saat ini ke Darlang.
"Aku juga gak sabar pengen cerita kalo aku punya pacar baru, tapi aku bingung mau cerita apa... tentang kamu... Dan aku juga sedih sih gak ketemu kamu 3 hari..."
Alisa tampak nelangsa. Suaranya melas sekali, membuat Darlang terenyuh.
"Masa 3 hari aja sedih? Kalo aku sih tau kok, kamu kayak apa... Kamu suka bintang, kan?"
Darlang mengedipkan mata, menunjuk-nunjuk artikel zodiak di majalah tadi. Alisa mengangguk.
"Ya udah omongin aja... Aku pasti dengerin kok..."
"Bener?? Tapi jangan bosen, soalnya aku suka banget, jadi aku pasti ngomonginnya panjang lebar... biar kamu ikutan suka juga. Aku bisa tebak sifat-sifat kamu dari bintang..."
Senyuman ceria Alisa kembali mengembang. Darlang juga tersenyum, tulus dan pasrah. Alisa membuka kembali majalah tersebut.
"Aku mulai bacain ramalan bintang kamu dulu nih. Nanti seru deh ada bagian asmaranya, hihihi... Ya udah aku mulai dari atas. Blablablabla........."
Sementara Darlang kembali merelaksasi tubuhnya, bersandar ke belakang, kepalanya menengadah ke atas, memicingkan mata, melihat cahaya yang menembus di antara dedaunan pohon yang rindang... bergoyang-goyang ditiup angin... seolah berkelap-kelip... Tiba-tiba Darlang terbawa pada momen dirinya menatap bintang di atas bukit, beberapa waktu yang lalu, bersama seorang gadis... bernama Harmoni... Ia kembali merasakan kehangatan di hatinya, walau suhu di malam itu cukup dingin. Ia teringat hal-hal menyentuh yang diungkapkan gadis itu, ia teringat lelucon-leluconnya... tiba-tiba Darlang tertawa... Alisa menghentikan bacaannya, terkesima.
"Tuh kan, seru kan, aku bilang apa... Hihihi... Nih ada tentang kesehatan kamu juga loh. Katanya minggu ini hati-hati kala berjalan, kamu bisa tersandung, blablablabla..............."
Alisa semakin bersemangat. Sementara pikiran Darlang masih di atas sana. Tiba-tiba ada rasa yang tak biasanya... tak terjelaskan... menyelinap di relung hatinya... ia merasa kangen... Kangen pada sosok yang selalu memanggil dirinya dengan sebutan 'sahabat'itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Romance - 1998
Humor...Ada gemuruh juga keheningan, ada selintir nyeri juga hangat yang berpendaran... Mereka yang saling membaca, walau dalam diam. Senyum itu mulai tersungging, yang termanis yang pernah dilihat Khalil, yang tertulus yang pernah dirasakan Moni. Walau...
