Tiba-tiba dari balik rerimbunan, Beno menyeruak bagai beruang. Alisa menjerit kaget. Darlang apalagi.
"Heh, anjing!! Berani-beranian lo grepe-grepe bokin gue??"
"Beno! Ga ada urusan ya. Kita udah putus!"
Darlang sok menengahi.
"Halo, bang. Gue denger-denger, lo abis diputusin cewek?"
"Leher lo gue putusin!! Alisa! Ngapain kamu berduaan sama monyet di hutan sih?? Mau bikin aku cemburu?!"
"Ini bukan monyet, ini pacar aku!"
Beno hendak menarik tangan Alisa dengan kasar, kontan ditepis oleh Darlang.
"Sori, bang. Doi bokin gue sekarang. Masa berlaku anda sudah lewat..."
Alisa langsung berlindung dibalik lengan Darlang.
"Gede juga nyali lo, kampret?! Lewat, lewat? Kita liat sekarang... Siapa yang bakal lewat di sini!"
Tiba-tiba dari balik semak belukar, empat penampakan lainnya bermunculan, berdiri gagah-gagahan di belakang Beno. Glek. Darlang menelan ludah, tak menyangka masalahnya akan seserius ini.
"Santai, bang. Kita ngomong baik-baik. Malu lah, di depan cewek keroyokan. Biarin si Alisa pergi dulu."
"Ngatur-ngatur gue lagi?? Alisa! Balik ke tenda sana! Jangan macem-macem ya, kecuali kamu mau monyet ini dikubur hidup-hidup di hutan!"
"Apa sih, bukan pacar nyuruh-nyuruh?? Rese banget!"
Darlang makin pusing dengan situasi ini. Dua orang ini sama-sama susah dikasih tahu. Darlang berbisik,
"Aduh Alisa... udah balik sana... Ini orang mukanya gak becanda."
"Terus lo gimana? Gue gak mau lo dipukulin..."
"Tenang aja... Paling jelek doang. Lo juga masih mau kan?"
"Kalo lo jelek gue gak mau."
"Hah?"
"Alisaa! Balik, buruan! Apa aku laporin kamu ke pengawas, malem-malem berduaan di hutan... Mau kamu digiring keliling kampung?!"
"Iiiih!"
Alisa menjerit kesal. Ia pun berlari kembali ke perkemahan. Tinggalah para lelaki yang merasa diri jagoan. Terlebih Damarlangit, mengutuki kebodohannya berkali-kali dalam hati, "Bego... bego." Lima laki-laki bongsor itu mulai mendekatinya.
"Baru sadar kan sekarang, lo berhadapan dengan siapa, huh!?"
"Sadar, bang. Lo alumni panutan gue. Pacar aja gue ngikutin jejak lo. Tapi kalo emang lo masih sayang sama si Alisa, dia tuh gak suka cowok kasar. Apalagi pake kekerasan. Damai aja lah kita, bang."
"Lo anak SMA ingusan mau ngajarin gue anak kuliahan??"
"Oh, lo kuliah, bang? Kirain yang suka ngutipin truk pasir."
Salah satu kawan Beno terpancing.
"Bangke nih anak...??! Udah sikat aja!!"
"Tunggu bang... It... itu... di belakang... gondrong... baju putih... temen abang?? Apa... set... set... set... setaaaaan!!!"
Sungguh, lolongan Darlang itu terasa merogoh sukma, dan setingan hutan ini sangat sempurna membantu terbangunnya cerita horor dalam imajinasi masing-masing. Kelima senior itu mendadak kelu, ada yang terlatah-latah, bersujud, bahkan menangis... Tinggal Beno terbengong-bengong. Setelah beberapa saat tak satupun mampu bergerak. Kecuali Darlang yang sudah ambil langkah seribu dari sana. Butuh beberapa saat mereka menyadari akal bulus si kera liar tadi.
"Kampreet?? Buruan kejar itu monyet!!"
PART 13
Darlang berlari tunggang langgang, sambil cekikikan, namun juga panik, sungguh sport yang sangat memacu adrenalin dan menyehatkan buat dilakukan remaja sesekali. Suara-suara kemarahan di belakang sana terdengar mengejarnya bagai hewan buruan. Darlang berbelok secara mendadak kembali ke arah perkemahan, memasuki jalur antar petak yang mulai senyap, ia berhenti sejenak mengatur nafas. Tak disangka-sangka, para senior itu mengetahui arahnya dan berteriak-teriak sambil berlari menujunya. Darlang terpaksa mempersingkat waktu istirahat dan kembali berlari. Di tengah keremangan, bulan purnama megah bersinar, partikel-partikel cahaya halusnya menggapai Darlang, memandu jalan pelariannya... berkelak-kelok di antara tenda-tenda, melompati segala batas, mengangkangi pita merah penanda kelompok-kelompok, menyingkap sekat-sekat...
BAB 14
Moni tengah melamun sendirian ditemani suara tokek dan sebuah lampu baterai kecil yang ia gantung di atas pintu masuk tendanya, ketika tiba-tiba bayangan hitam itu menyusup dan berdiri di hadapannya dengan cara yang amat mengejutkan! Di tengah keremangan dan tanpa kacamatanya, Moni tidak dapat mengenali sosok apa gerangan yang membelakangi lampu kecilnya itu. Dan fantasi tergelap-nya pun langsung mengirimkan gambar ke otak bahwa sosok tersebut adalah werewolf!? Moni begitu takut membuka mata, dan upaya pertahanan pertamanya yang ia tiru dari film-film barat adalah membentuk tanda salib dengan kedua jarinya...? Lalu ia bentang- bentangkan ke hadapan entah entitas apapun itu untuk mengusirnya.
"Ya Tuhan Yesus!! Toloong!! Aaahhk!!"
"Ssttt, bukan... Gue bukan Nabi Isa... Sumpah. Gue cuma mau numpang lewat..."
"Hah?? Lo apa?? Bukan siluman serigala, kan?? Aduh, mana kacamata gue...?"
Silahkan melanjutkan episode berikutnya ya... :)
Ikuti versi audio-nya di Youtube channel : Aisereht07
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Romance - 1998
Humor...Ada gemuruh juga keheningan, ada selintir nyeri juga hangat yang berpendaran... Mereka yang saling membaca, walau dalam diam. Senyum itu mulai tersungging, yang termanis yang pernah dilihat Khalil, yang tertulus yang pernah dirasakan Moni. Walau...