PART 84
Jam kosong di jam pelajaran terakhir sekolah, di sebuah ruangan paling pojok sekolah, yang biasanya dijadikan gudang untuk meja dan kursi yang tak terpakai, Soleh menarik Darlang dengan mencekal kerah kemejanya, dikerubungi oleh kawan-kawan lainnya. Wajah Darlang nampak datar, walau jengah ia tak berusaha melawannya. Sementara Soleh terlihat hampir kalap. Keduanya bertatapan dengan cara yang berbeda. Teman-teman mereka mencoba memisahkan. Seorang anak menutup pintu itu rapat-rapat, agar tak ada pihak sekolah yang mengetahui dan ikut campur dalam urusan ini.
"Lo udah jadi banci sekarang, hah?! Kenapa lo tinggalin gue dan anak-anak?! Jawab!!"
"Sabar, Leh... Ini Darlang, temen kita juga...!"
Darlang hanya mendengus, terlalu malas untuk menanggapi kebodohan di depannya.
"Pengkhianat!! Kenapa lo gak pernah ada di pihak gue lagi?? Kita udah temanan dari SD, makin kemari lo makin ngeremehin gue!? Lo bikin gue jadi bahan ejekan anak-anak?! Lo puas kan ngeliat kita dapet hukuman kayak gini, hah?!"
Soleh menghempaskan Darlang dengan keras hingga terduduk ke sebuah bangku. Teman-teman itu akhirnya terpecah menjadi 2 kubu, walau sama-sama saling melerai. Ada seorang anak penjilat yang selalu ingin menjadi tangan kanan Soleh, melemparkan beha dan celana dalam wanita ke wajah Darlang... Sebagai sebuah penghinaan...
"Pake tuh...! Banci!"
Khalil tak mengelak, hanya menyingkirkan 2 benda tersebut dari wajahnya.
"Udah... Udah...! Dari kemarin kita juga udah tau sikapnya Darlang... Biarin aja."
Tiba-tiba Soleh membanting sebuah bangku hingga patah kaki-kakinya, ia mengambilnya satu, menyorongkan kayu itu ke kawan-kawannya yang membuat semua terlompat mundur, lalu berputar menyorongkannya ke wajah Darlang.
"Bilang sama anak-anak!! Jangan lo pikir gue gak tau... lo yang ngebocorin strategi kita ke sekolah itu kan??!"
Terhenyaklah semua yang mendengar. Ketidakpercayaan, kemarahan, kekecewaan, menyelubungi ruangan tersebut. Ada yang meninju dan menendang meja, ada yang meneriaki Darlang dengan kata-kata kasar.
"Anjiing! Kenapa lo lakuin itu, Laaang??
Tersungging senyum sedingin es dari wajah Darlang, mengeluarkan rokok dari kantongnya, lalu menyulutnya.
"Hehe... Strategi taik..."
"Apa lo bilang??!"
Soleh menyalang.
"Iya. Gue yang suruh mereka pulang lewat pintu belakang. Kenapa?"
Darlang menyulut pemuda yang sudah berapi-api itu semakin terbakar, Soleh memukul rokok dari mulut Darlang dengan batang kayu yang dipegangnya... Batang rokok itu berakrobatik sebentar di udara... sebelum akhirnya terjatuh sia-sia ke lantai... Darlang hanya memandang rokok yang tergeletak itu.
"Gue gak minta lo pada dengerin gue... Gue cuma minta lo pada pake otak lo semua... Gak semata tersulut cepat... lalu mati..."
Darlang menginjak bara rokok tadi hingga mati...
"Lang?? Lo liat Rizal sekarang...!? Tergeletak di rumah sakit, gegar otak... Itu maksud lo??"
Darlang menarik nafas dalam-dalam.
"Tentang Rizal..., iya... itu kesalahan gue... Harusnya kemaren gue iket dia di pohon... sampe jernih pikirannya... lalu kita cerna dulu cerita dia, baru cari solusinya..."
Soleh tak tinggal diam.
"Taiik!! Lo adu sekolah kita kayak sabung ayam?! Lo suruh mereka pulang?? Tapi mereka gak pulang, guoblok!! Mereka ngumpet di lantai 2! Dan mereka hujani kita dengan batu, meja, kursi...!? Temen lo yang di RS itu kepalanya dilempar mesin ketik!!"
"Gue juga gak nyangka nyali mereka segede itu... Mereka cuma sekolah kecil, jumlah mereka kalah jauh dari kita. Dan lo marah karena mereka terpaksa gunakan otaknya untuk membela diri...? Kenapa? Takut punya lawan yang tangguh...??
Darlang balik menatap tajam mata Soleh yang tak mau kehilangan mukanya.
"Dasar bancii, gak punya titiit!! Lo ngomong begitu tapi lo gak ada di sana...??!"
"Mau ngapain lo sebenernya kemaren, Leh? Masuk sekolah orang bawa-bawa golok...?? Bagus gue buang tuh golok..."
Kehebohan kembali pecah di ruangan tersebut. Tak satu pun dari anak-anak itu yang tahu, hingga hari ini, kalau Soleh berniat membawa senjata tajam tersebut saat tawuran... Soleh terus membenarkan diri.
"Heh!! Pake otak lo semua...! Kalo si banci ini gak ngerusak rencana gue, udah bertekuk lutut mereka semua!! Gak ada lagi musuh yang berani lagi sama kita!!"
"Buset... Golok, Leh...? Serius...?? Kalo kita kepung sekolah itu kemaren, terus di dalem lo main-main golok... udah masuk bui kita semua tadi malem...?!"
"Mampus... Kalo di penjara bisa diperkosa kita sama abang-abang napi...??"
Makin tak habis pikir kawan-kawan mereka atas rencana Soleh. Darlang terus menandaskan pertanyaannya.
"Sebetulnya lo marah sama siapa, Leh...? Kalo lo cuma butuh sensasi... pengen sekedar punya perasaan menang... kenapa gak lawan aja cewek sekalian? Itu aja belum tentu lo menang..."
"Bangsaat...!!!"
Menggelaplah mata sahabat yang hilang itu... dan dengan sekuat tenaga Soleh mengayunkan batang kayu tadi mengarah ke wajah Darlang...
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Romance - 1998
Umorismo...Ada gemuruh juga keheningan, ada selintir nyeri juga hangat yang berpendaran... Mereka yang saling membaca, walau dalam diam. Senyum itu mulai tersungging, yang termanis yang pernah dilihat Khalil, yang tertulus yang pernah dirasakan Moni. Walau...
