PART 66
Kali ini mereka saling memelototi dan menantang satu sama lain... beberapa saat... Namun semakin lama mereka larut dalam tatapan itu, semakin mereka melemah... melemah... dan akhirnya menyerah... Hanya kembali tinggal kerentanan yang mereka lihat dari diri sahabatnya satu sama lain... yang adalah cerminan dirinya juga...
"Engga, Mon... Lo salah. Lo gak punya kepentingan untuk nolong gue malam itu. Lo gak punya alasan... Tujuan apa? Wong saat itu lo gak punya tujuan hidup...? Dan lo juga gak tau kenapa lo melakukan itu... Cuma ada sesuatu yang gak bisa lo jelasin, menggerakan hati lo... Sama. Itu juga yang gue rasain. Dan di mata gue, yang lo lakukan itu... manis... banget... aja... Tulus."
Kata-kata terakhir itu meluncur dalam tempo lambat... Beberapa saat keduanya terdiam, saling mencerna, bahkan yang barusan bicara pun terkejut sendiri dengan apa yang ia ucapkan. Terlebih lagi Moni... Gadis itu hampir terlepas dari gravitasi dan terlambung tinggi... Manis...? Tulus...?
"Ya Allah... kok bisa gue ngomong begini...?? Gue bisa ngomong apapun sama lo... Gawat."
Khalil mengeplak-keplak kepalanya. Sungguh, hanya pada Moni ia mampu membicarakan apapun... emosi mentahnya sekalipun...? Moni tak ingin mempermalukan sahabat itu lebih jauh. Cepat-cepat ia hapus ucapan-ucapan manis tadi dari kepalanya, sebelum meninggalkan kepanikan tersendiri di kemudian hari...
"Tulus...? Hewan apa itu...? Gue taunya kalkulus..."
"Huahaha..."
Setelah bersitegang bermenit-menit, pada akhirnya tanda-tanda perubahan mulai muncul. Semuanya mulai mengendur... seperti lintasan lengkung dalam diagram cartesius dari sebuah perhitungan kalkulus.
"Khal... sebenernya..."
Kali ini Khalil memotongnya.
"Mon, gue butuh lo. Titik."
Maka Moni menatap kembali pemuda itu, dengan segala kerentanannya... Sejak saat itu, Moni tau apa yang harus diperbuatnya. Ia telah menemukan alasannya, yang layak untuk ia perjuangkan... dan cukup untuk melengserkan ketakutan apapun yang akan ia hadapi ke depan...
"Oh... Kenapa gak ngomong dari tadi...? Ya udah. Gue akan selalu ada buat lo, Khal."
Mata Khalil membulat, memiringkan kepalanya ke samping...
"Gitu doang...?"
"Lo gak bilang lo butuh gue... Bikin bingung aja."
"Lo ngetes gue ya...??"
"Hmm... Lo gak pernah ngerasain sih... rasanya gak dibutuhkan orang..."
"Ngerjain gue lo dari pagi...?? Apalagi temen lo tuh...!"
Kedua remaja itu perlahan mulai cengengesan. Namun ada satu hal lagi yang hampir terlupakan oleh Moni.
"Satu hal lagi, Khal...!"
"Aduh...?? Gue laper nih..."
Hal yang tak selesai-selesai ini kembali membuat Khalil merogoh coklat bulat di saku dan memakannya.
"Bisa gak... kita rahasiain pertemanan kita ini dari siapapun di sekolah... kecuali Fitri dan Komang...?"
"Jadi temen lo boleh tau, temen gue engga...? Ok. Gue paham."
"Ya udah. Lo makan gih. Abis itu gue tunggu lo di tempat pertemuan rahasia kita, gue mau kasitau lo sesuatu..."
"Di lemari ini??"
"Enggalaah. Ngomong-ngomong gue gak bisa ngerasain kaki gue...??"
Moni kesemutan tingkat akut. Keduanya ngakak. Khalil menariknya keluar.
"Dasar sok cerdik."
"Nanti gue kasitau dimana kita bisa ketemu... lewat Fitri...?"
Spontan hidung Khalil mendengus-dengus, merogoh sesuatu dari kantongnya.
"Pastiin, semprotin deodoran ini dulu sebelum ketemu gue yaa...!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Romance - 1998
Humor...Ada gemuruh juga keheningan, ada selintir nyeri juga hangat yang berpendaran... Mereka yang saling membaca, walau dalam diam. Senyum itu mulai tersungging, yang termanis yang pernah dilihat Khalil, yang tertulus yang pernah dirasakan Moni. Walau...