PART 65
Khalil tak peduli lagi, ia hanya ingin bertemu Moni, kali ini lebih seperti obsesi. Ada apa sebetulnya? Mengapa Moni tak ingin menemuinya? Khalil hampir gila menunggu waktu pulang. Beberapa menit sebelum bel akan memekakkan telinga, Khalil sudah menyelinap keluar dari kelasnya, saat bu Parma tengah menulis sesuatu di papan tulis.
Kembali menyusuri jalan yang sama, 3x dalam sehari, dan tepat ketika Khalil tiba di depan kelas itu bel tanda akhir pelajaran berkumandang. Khalil berdiri 3 meter agak menyamping dari pintu, mengikat sapu tangan hitamnya menutupi hidung serta mulutnya erat-erat, berusaha tak dikenali siapapun. Dalam hitungan menit hampir seluruh anak-anak kelas tersebut telah keluar dari kelas, namun belum tampak tanda-tanda Moni muncul. Ketika tiba-tiba Fitri keluar sambil menguap-nguap dan membentangkan kedua tangannya jauh-jauh, sial bagi Khalil, mata mereka kembali bertemu, dari postur tubuhnya saja Fitri hafal pemuda itu. Gadis itu langsung menjerit dan lari masuk ke kelasnya, lalu menutup pintu rapat-rapat. Khalil saking terperanjatnya butuh beberapa detik untuk akhirnya beraksi. Ternyata benar, Fitri-lah yang menghalang-halangi dirinya selama ini?
PART 66
Khalil mencoba membuka pintu kelas yang ternyata diganjal sesuatu dari dalam. Khalil berteriak.
"Fit! Lo gila?? Lo mau gue kungfu?? Minggir! Jangan ada yang di belakang pintu!"
Khalil memberi peringatan, mulai habis kesabarannya. Ditendangnya itu pintu keras-keras, hingga terjatuhlah meja-meja yang mengganjalnya, lalu ia masuk dengan paksa.
"Ha...haii... Darlang?? Ssorii... Ii..ini kelas mau kita bersihin dulu... pake pestisida... Hah?? Uhuk! Uhuk!"
Khalil telah siap dengan senjata pamungkasnya, menyemprotkan kedua ketiak Fitri beserta hampir seluruh tubuhnya dengan deodoran pemberian Alisa, seakan-akan gadis itu hama wereng.
"Hai, Fit. Kali ini lo gak bisa mencegah gue lagi, hehehe..."
Fitri terbatuk-batuk, namun juga termabukkan...
"Uhuk... Waah... ini wangi yang sama dengan wangi lo...?"
Fitri malah terbuai. Merasa cukup aman untuk hidungnya, Khalil melepaskan masker. Dan keheranan mendapati kelas yang hampir kosong, tersisa 2 anak, namun tetap tanpa Moni di sana...
"Lho?? Si Moni kemana??"
Khalil berusaha berpikir keras. Hanya ada satu tempat yang belum pernah cek sedari tadi, tempat yang paling mustahil untuk Moni bersembunyi. Namun ia melihat Komang bersandar pada pintu lemari itu dengan gaya dan mimik tegang yang sama, semakin mengentalkan kecurigaannya. Datang menghampiri dan menggeser Komang dari hadapannya, pemuda ceking itu hampir terjengkang. Akhirnya Khalil pun membuka 'pintu kemana saja' tersebut... dan menemukan Moni duduk meringkuk di bagian paling bawah lemari, tengah memasukkan coklat bulat ke dalam mulutnya...?? Sesaat begitu pintu itu dibuka, Moni langsung berhenti bergerak, mulutnya yang masih setengah terbuka, coklatnya yang hendak masuk ke mulut, semuanya beku, seperti patung... Khalil berjongkok dan menatapnya lurus... tanpa heran, tanpa marah, hanya perasaan lega. Menggeleng-gelengkan kepala, Khalil menyapa datar.
"Ngapaiin di situ, Mon...?"
"Eh... Khalil...? Eng... gue... lagi... tidur siang..."
"Oh, tidur... Ck, ck, ck... Sambil makan coklat?"
Khalil langsung mencomot coklat bulat yang hampir masuk ke mulut Moni dan memakannya, lalu merampas sekantong coklat sisanya, memasukannya ke dalam saku kemeja. Tertangkap basah dengan pose seperti itu sungguh membuat Moni malu tak terlukiskan. Tak hanya dirinya, kedua kawannya yang bingung di belakang, akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan muka, tak mau ikut campur, tergesa-gesa meninggalkan kelas, lalu menutup pintu dan menjaganya dari luar. Memberi ruang untuk dua sahabat lainnya 'tuk saling bicara.
"Kenapa masih makan coklat bulet? Katanya, udah punya sahabat baru... Kok masih sedih...?"
Moni terdiam seribu bahasa. Khalil menghela nafas, lalu duduk bersila. Ia merogoh satu butir coklat lagi dan memasukkannya ke dalam mulut.
"Ini buat gue aja. Soalnya gue yang lagi sedih... ada temen yang gak mau ketemu gue lagi... Gue gak tau salah gue apa..."
Mata Moni memerah, namun ia mencoba untuk terus konsisten dengan rencananya, yang ia pikir adalah yang terbaik. Hanya ia masih tak tahu bagaimana cara menyampaikannya.
"Khal... Lo marah gak...? Kalo gue bilang... kita gak bisa ketemu lagi...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Romance - 1998
Humor...Ada gemuruh juga keheningan, ada selintir nyeri juga hangat yang berpendaran... Mereka yang saling membaca, walau dalam diam. Senyum itu mulai tersungging, yang termanis yang pernah dilihat Khalil, yang tertulus yang pernah dirasakan Moni. Walau...