PART 66
Mungkin tanpa perlu dijawab, keduanya mengetahui jawabannya.
"Khal... Lo yang pertama ada... teman pertama gue. Malam itu, sebelum lo masuk ke tenda, gue lagi merencanakan... kalo sampe malam itu gue gak punya temen, saat trekking... gue akan lompat ke jurang... Segitu kosongnya hati gue saat itu..."
Khalil terperangah. Segenting itu kejadian malam saat camping tempo lalu??
"Makanya ketika tiba-tiba lo nongol... bener-bener gue pikir, apa iya Tuhan Yesus bisa marah, sampe dikirim malaikat maut semacam serigala gitu ke gue...??"
Khalil langsung menutup wajahnya, menutupi reaksinya. Ia tahu Moni tengah berkata sungguh-sungguh, dan saat ini harusnya ia ikutan prihatin mendengar cerita sedih itu, namun di tengah hal tragis yang disampaikan selalu ada saja kata-kata gadis itu yang membuatnya ingin tertawa... Khalil pura-pura terbatuk-batuk. Moni menghapus air matanya, membuat dirinya terlihat lebih tegar dan tega.
"Gue yang manfaatin lo, Khal... Gue yang punya tujuan dan alasan untuk berteman dengan lo..."
Khalil tercenung beberapa saat.
"Moni... Moni... Kalo lo manfaatin gue demi gak lompat ke jurang, ya gapapalah... Sekarang gue tanya balik. Dari tadi lo mulu yang nanya. Apa alasan lo nolongin gue saat gue dikejar-kejar senior mau digebukin...? Apa alasan lo mau-mauan dihukum nyuci piring segabruk gara-gara gue...? Saat itu lo bahkan gak kenal gue, brengsek apa engga, layak ditolong apa engga, kelompok lo atau bukan... Malahan pas liat gue ganteng, lo nyuruh gue pergi...? Lo juga bukan anggota pasukan yang ngejar-ngejar gue. Jadi, kepentingan lo apa...?"
Moni terhenyak. Ia masih tak tahu apa perasaan yang sebenarnya ia rasakan terhadap Khalil. Semua bersama Khalil adalah yang pertama... yang belum sempat ia berikan nama... Hanya kekhawatiran-kekhawatiran di masa depan yang belum terjadi yang ia takutkan... Moni merasa ia harus memutuskannya sekarang, sebelum terlambat.
"Khal...! Waktu dulu gue berdoa sama Tuhan, gue cuma minta teman. Gue gak minta ganteng... apalagi lo ternyata baik... bijak... cerdas... Gue cuma butuh teman. Dan lo udah lebih dari yang gue butuhkan."
Khalil melongo. Hampir tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Ck...ck...ck... Diskriminatif banget..."
"Gue... diskriminatif...??"
"Rasialis! Sama kaya si Soleh."
"Gue sama kayak Soleh...???"
"Gimana engga? Bapak gue Ambon, ibu gue Jawa, dua suku itu kalo nikah udah pastilah anaknya ganteng...! Masa gara-gara gitu lo gak mau ketemu gue...??"
Kian lama suara mereka kian meninggi. Mereka berpandang-pandangan beberapa saat. Mata Moni berkedip-kedip seakan memastikan apa yang barusan lewat di telinganya ia tak salah dengar.
"Baru gue pikir lo anaknya humble..."
"Gue humble cuma buat urusan otak. Kalo baik, bijak, cerdas, itu coret dulu. Gue gak segitunya. Itu tuduhan lo aja..."
"Ok. Khalil... terserah. Gue minta maaf... Mungkin gue yang gak bisa ngejelasinnya. Tapi gue... gak bisa ketemu lo lagi."
"Segini doang alasan lo?? Mau lo apa sih? Lo yang minta manggil gue Khalil... Lo yang minta gue jadi teman lo... Terus sekarang??"
"Khal... tadi lo bilang lo gak akan marah...?"
"Gue gak akan marah kalo alasan lo jelas! Gue tau lo nyembunyiin sesuatu dari gue... Gak tau apa..."
Moni benar-benar tak tahu lagi bagaimana cara menjelaskannya.
"Lo mau tau kenapa? Karena gue Cina. Gue suka manfaatin orang untuk kepentingan gue... kalo udah selesai urusannya, gue lepeh. Bener kata temen lo, Soleh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Romance - 1998
Humor...Ada gemuruh juga keheningan, ada selintir nyeri juga hangat yang berpendaran... Mereka yang saling membaca, walau dalam diam. Senyum itu mulai tersungging, yang termanis yang pernah dilihat Khalil, yang tertulus yang pernah dirasakan Moni. Walau...