PART 15
Dalam tempo 5 detik setelah para senior itu minggat dari tenda tersebut, Darlang langsung menyeruak keluar dari selimut.
"Sadiiiiisss!?? Lo kentut di muka gue?? Mata gue periiih...! Kulit gue melepuuh...! Idung gue... aaaakh..."
"Eng... lo butuh odol?"
"Parah... parah... paraaah...!"
"Hmm... Menurut gue sih, lo agak berlebihan ya."
Darlang membuka ritsleting tenda hendak membebaskan diri keluar, namun urung, karena para seniornya masih berkeliaran di sekitar situ. Ia pun kembali menahan nafas dan bergelimpangan ke sana kemari di dalam kemah tersebut, mencari udara bebas.
"Oksigen... Oksigen... "
Bisiknya parau.
"Tenang... Beberapa menit lagi idung lo bakal beradaptasi. Kaya truk sampah kalo masih jauh baunya nusuk, tapi begitu lewat depan rumah pasti baunya ilangan..."
Moni mencoba menghibur, namun Darlang segera memotongnya,
"Lo gak menghibur sama sekali. Mendingan gue digebukin sampe rata kayak kerupuk kulit babi, daripada dihajar pake bom biologis lo itu...?? Dahsyat! Bisa lo patenin tuh..."
Sesaat mereka terdiam, lalu meledaklah bom lain yang tak kalah dahsyat, yaitu bom tawa yang cukup lama mereka tahan...
"Ssst... ssst... nanti mereka balik..."
Sebisa mungkin mereka membekap mulut, meredam tawa agar para senior itu tidak kembali. Semua serba salah bagi Darlang, membekap mulut artinya kembali bernafas dengan hidung.
"Dasar gokiiil, gokiiil... Gue baru tau ada cewek segokil lo... Lo anak IPA ya?"
"Iya... Lo anak IPS?"
"Yoiii. Tapi gue kok gak pernah liat lo di sekolah ya?"
"Eng... kalaupun liat... emang lo inget?"
"Pastilah. Gue selalu inget muka orang, dan gue selalu beredar."
"Hmm... mungkin... gue yang gak pernah ada dimana-mana..."
"Maksudnya...?"
"Gapapa."
Obrolan mereka terhenti sejenak. Kian timbul rasa penasaran Darlang, ia menganalisa wajah bulat gadis di hadapannya itu bulat-bulat.
"Muka lo lumayan manis, walau pipi lo kaya bakpau. Harusnya gue inget ya."
Moni terkejut dan tersipu. Namun ia tak membiarkan dirinya mempercayai kata-kata semacam itu.
"Manis...? Mata lo minus berapa?"
"Mata gue gak minus..."
"Lo cek deh. Mungkin katarak..."
"Hahaha... Lo tuh gak ketahuan kapan becanda sama engganya ya. Tadi lo bilang gue siluman serigala? Itu mata minus berapa??"
"Enam. Asli... ini burem banget gue kalo gak pake kacamata."
"Pantesaan"
Moni kembali sibuk mencari kacamata. Darlang mengamatinya sambil geleng-geleng kepala.
"Oiya, ngomong-ngomong... thanks ya. Udah nolongin gue dengan sebegitunya... Gue takjub sih. Hehe."
Moni terkesiap. Ia tak merasa telah melakukan sesuatu yang berarti buat orang lain.
"Eng... gue ngelakuin apa? Gue inget cuma kentut..."
"Anjriit...! Merinding lagi gue..."
Mereka pun kembali tertawa dan kembali menahannya. Darlang mengintip keluar mengecek situasi, nampaknya para senior sudah kembali ke posko.
"Kayanya udah aman. Gue balik ya..."
Mendengar itu Moni tersentak.
"Lo mau balik...?? Sekarang...??"
Seakan tak rela melepaskan kebersamaan mereka secepat itu, Moni mengambil inisiatif sebisanya, hal yang amat jarang bahkan tak pernah ia lakukan.
"Tunggu... Kita kan gak tau kalo para senior itu sekarang mungkin masih pada ngumpet di balik pohon... nunggu lo keluar dari tenda ini...? Nanti kalo mereka mukulin lo gimana? Terus lo mati... mayat lo dikubur di tengah hutan... Terus nanti gue juga yang harus jadi saksi... atau bahkan jadi tersangka? Makin repot gue nanti...?"
Darlang terbengong-bengong sebentar. Lalu tersungging senyum kuda di wajahnya.
"Lo gak pengen gue pergi, ya?"
Moni hanya diam, mengejap-kejapkan mata. Entah kenapa ia ingin pemuda yang tak dikenal itu untuk tetap berada bersamanya di sini, mengisi kekosongan hatinya. Bahkan mungkin Moni lebih membutuhkannya ketimbang pemuda buronan senior yang hampir digebuki itu.
"Eng... gak tau... udah lama aja... gak ada yang ngajak gue ngobrol..."
Darlang mengernyitkan dahinya. Mengejutkan pengakuan jujur gadis itu . Sebagaimana Moni terkejut sendiri, kalimat itu bisa keluar dari mulutnya?
"Masa? Segokil ini gak ada yang ngajak ngobrol...?"
"Eng... engga juga sih. Tiap malem gue ngobrol sama kucing gue..."
"Oh, gokil beneran dong..."
Hampir tersembur tawa dari mulut Darlang, namun ia menahannya ketika melihat Moni tampak berkata sungguh-sungguh.
Hening menyelimuti tenda itu. Hingga suara jangkrik pun ramai terdengar. Kecanggungan mulai menyeruak di antara mereka. Darlang baru menyadari dari tadi mereka hanya berdua saja di tenda.
Silahkan melanjutkan ke episode berikutnya ya... :)
Ikuti versi audionya di YouTube channel : Aisereht07
https://youtu.be/BccQ0i2UOig?si=XI54IfeTndU96O0D
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Romance - 1998
Mizah...Ada gemuruh juga keheningan, ada selintir nyeri juga hangat yang berpendaran... Mereka yang saling membaca, walau dalam diam. Senyum itu mulai tersungging, yang termanis yang pernah dilihat Khalil, yang tertulus yang pernah dirasakan Moni. Walau...
