PART 48
Jam dinding menunjukkan pukul 12 malam. Moni masih membolak-balik buku resep yang pernah ditulis omanya, dengan tulisan sambung yang bercampur dengan huruf-huruf Cina. Ada sebuah bingkai foto tegak berdiri di tengah-tengah kekacauan lainnya di dapur, foto sang nenek tercinta, seakan tengah menemani cucunya belajar memasak dengan senyumannya. Wajah Moni cemang-cemong tepung, di hadapannya satu baskom terigu yang telah ditambahkan telur dan sedikit garam, Moni menuang sedikit minyak agar teksturnya lebih lembut dan mudah diuleni, lalu pelan-pelan mulai menuangkan air sedikit- sedikit, sambil diaduk-aduk sedemikian rupa. Ini adalah percobaan yang ketiga, kalau sampai gagal maka habis sudah persediaan tepung di rumah itu, yang artinya batal sudah hadiah yang ingin ia persembahkan kepada sahabatnya. Tekad Moni bulat, bahwa bakmi ayam yang akan dibuatnya haruslah yang seenak buatan sang oma dulu, setidaknya mendekati.
30 menit berlalu, adonan sudah cukup didiamkan. Mesin pemotong mie telah dikeluarkan, Moni mulai memasukan adonannya perlahan, lalu perlahan memutar tuasnya, dan untaian-untaian tali kecil berwarna kekuningan itu dengan lencir terhasilkan... Berhasil. Adonan itu tidak putus di tengah jalan.
"Yes!"
Di luar dapur, sepasang suami istri berjalan mengendap-endap menuju dapur. Sang suami memegang vas kayu antik yang tinggi, sementara sang istri memegang raket nyamuk, seakan mereka siap menghajar siapapun penyelundup yang masuk ke rumah itu. Keduanya mengintip ke dapur, tercengang-cenganglah melihat pemandangan di sana... Si papi berbisik, disusul si mami.
"Si Moni masak...? Tengah malem...?"
"Bikin mie?? Udah gak salah lagi nih anak... Pasti mau bikinin buat sarapan... Abis itu pasti baru bakal ngaku keran ledeng dia yang bikin jebol... "
"Haish... Lu orang jangan nuduh-nuduh anak sendiri."
"Gak mungkin anak tiba-tiba rajin. Si Moni mah rajin cuma belajar doang, ngerjain yang lain musti disuruh-suruh. Udah, mami langsung tegur aja sekarang..."
Sang ibu bersiap untuk masuk dan mengomel, namun tubuhnya ditahan serta mulut langsung dibekap sang suami.
"Jangaan, mami... Liat, itu anak lu lagi seneng...
Keduanya kembali mengamati Moni yang bekerja sambil bersenandung, memegang spatula dan bergoyang-goyang kecil. Si mami curiga.
"Eh... iya... itu anak pendiem kenapa bisa nyanyi-nyanyi begitu ya belakangan? Jangan-jangan... punya pacar?? Liat tuh... Dia nyanyi sambil pegang-pegang foto... Foto pacar?? Diliat itu, papii... Foto siapa itu...??"
"Sebentar... Gak keliatan."
Si papi berusaha menjulurkan kepalanya untuk melihat foto siapa yang tengah diajak bernyanyi oleh Moni.
"Cepetan, papi... Liat itu siapa??"
"Sabar mami... Ini juga lagi diliat..."
"Awas papi... Mami aja yang liat..."
Si mami menarik wajah suaminya ke belakang.
"Aduh... lu mau ngapain??"
Namun sang ibu ngotot, melongokan kepalanya panjang-panjang.
"Awaaas... Loh? Itu mah fotonya amah...??"
Tiba-tiba... Gubrak!! Suami istri itu terjatuh di depan pintu. Moni yang tengah membelakangi pintu saat hal itu terjadi, terkejut bukan main hingga tak berani menengok, langsung berjongkok ke bawah, bulu kuduknya berdiri.
"Sss... sssiaapaa...?"
Ayah ibu nya langsung membekap mulut masing-masing. Mereka bersikut-sikut, menyuruh satu sama lain untuk segera mengambil inisiatif. Akhirnya sang ibu ambil alih... dengan suara yang diberat-beratkan...
"Amah..."
Sang suami terkejut, mempertanyakan jawaban sang istri. Si mami hanya mengangkat bahu. Sementara Moni nyaris tampak tak percaya...
"Amah...??
"Iya..."
"Amah... Moni kangen amah... Moni kangen bakmi buatan amah...
Terenyuhlah hati pasangan orangtua tersebut.
"Amah juga kangen Moni..."
"Maafin Moni, udah ambil buku resep oma... Moni pingin bikin mie ayam seenak amah..."
"Kamu pasti bisa Moni... Nanti ayamnya kamu tambahkan sedikit kecap yang disimpan mami di lemari pojok kanan, kamu aduk-aduk sampe rata...
"Oh... Makasi oma... Xie-xie... Tapi Moni gak mau pake kecap babi."
"Gak bakal enak kalo gitu, Moni... Oiya, nanti kalo sudah selesai, beresin lagi dapurnya, Moni... Cuciin semua piring, terus siapin sarapan juga buat mami, papi, dan Wiliam... Terus bantuin mami kamu setrika baju-baju yang udah dicuci..."
Sang ayah terkejut, mencolek-colek istrinya untuk menghentikan improvisasi itu. Moni pun menjadi curiga...
"Eng... iya amah... Amah, ini beneran suara amah bukan sih...? Kok cempreng kayak suara mami??"
"Dah dibilang ini amah, Moni... Udah ya... mami... eh, amah maksudnya... mau tidur dulu... eh, maksudnya jalan-jalan dulu... eh terbang... sama malaikat... hihihi... eh..."
Papi Moni protes dengan memberi isyarat-isyarat, merasa si mami mengacaukan di kalimat penutupannya. Langsung buru-buru menarik istrinya untuk segera kembali ke kamar.
"Lu orang tanggung jawab ya kalo sampe anaknya percaya hantu...?!"
Istrinya terseok-seok, hingga sandalnya ketinggalan sebelah. Sementara Moni merasa ada yang aneh, ia melihat lengannya sudah tak merinding lagi, perlahan bangkit berdiri, membalikan tubuhnya, dan berjalan takut-takut menuju pintu...
"Amah... Amah...?
Dan Moni menemukan sebelah sandal maminya tertinggal di depan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Romance - 1998
Humor...Ada gemuruh juga keheningan, ada selintir nyeri juga hangat yang berpendaran... Mereka yang saling membaca, walau dalam diam. Senyum itu mulai tersungging, yang termanis yang pernah dilihat Khalil, yang tertulus yang pernah dirasakan Moni. Walau...
