PART 42
Awalnya Alisa datang tanpa membawa firasat apapun.
"Darlang...! Kamu jadi mau nyalin PR akutansiku, gak? Buruan, nanti kamu gak boleh ikut ulangan..."
"Bentar, Al. Sini dulu... Kenalin, ini Moni. Yang kemarin aku ceritain."
Seketika Moni kembali tercengang. Khalil telah menceritakan dirinya pada Alisa, sang pacar?
"Moni...? Ooh, anak IPA yang kamu ngumpet di tendanya itu?"
"Yoi..."
Moni terkejut tak habis-habis. Jadi Khalil juga sudah menceritakan bahwa telah menginap di tendanya...?? Akhirnya Moni menyadari kesalahpahaman dirinya hampir setengah harian tadi... Alisa menatap polos Moni dengan wajahnya yang bak malaikat itu.
"Lo... bukannya orang yang sama yang ketemu gue di dapur itu...?"
Sejak detik itu, sorot mata Alisa tampak berubah. Moni dan Khalil menjawab hampir serempak berbarengan, namun dengan jawaban yang tidak kompak.
"Bukan..."
"Iya."
Hal itu menanamkan kecurigaan Alisa lebih jauh lagi ke balik wajah anggunnya.
"Ok."
Jawabnya seperti tak peduli. Alisa mengulurkan tangannya ke arah Moni, Moni pun spontan menyambutnya, ia berpikir akhirnya akan berkenalan juga dengan gadis paling tenar di sekolah itu. Namun ia salah. Alisa mengambil kantongan bunga-bunga di atas meja dan mengeluarkan isinya... Gadis itu kian bertanya-tanya, sekalipun sekalem mungkin menunjukkannya.
"Ini discman hadiah dari aku buat ulang tahun kamu minggu lalu, kenapa ada di dia...?"
Kali ini tampak Khalil yang kesulitan menjawab.
"Sori, Alisa... Discman itu kemaren..."
"Eng... kemarin jatoh waktu di dapur... Terus sekarang gue mau balikin..."
"Hmm... Tadi katanya lo bukan anak yang di dapur kemarin? Tapi kok bisa ada di lo?"
Khalil memutar bola matanya, benar-benar tak nyaman harus berbohong. Namun Moni terus berupaya, ia kira dapat melindungi sahabatnya.
"Oh bukan... Maksudnya... eng... discman-nya jatoh, terus rusak... Terus dia mau servisin... kebetulan bapak gue punya tempat servis... Sekarang udah bener, mau gue balikin..."
"Benerin discman ke tempat servis...? Aneh. Mesin mobil aja Darlang bisa rakit sendiri, apalagi ginian doang?"
Lidah Moni jadi kelu. Sementara Khalil semakin tak tahan dengan situasi itu.
"Ok, Alisa aku mau ngomong... discman itu..."
Untuk kesekian kalinya Moni langsung memotong kalimat Khalil.
"Sparepart-nya...! Beda... mobil sama discman, iya... hehe... Ada komponen yang Khalil gak punya..."
"Khalil...?? Khalil itu siapa?"
"Eng... Khalil... Khalil itu... teman... Iya. Teman."
Mendengar seluruh ocehan absurd Moni, Khalil hanya bisa menggosok-gosokan wajah.
"Alisa, kamu kaya polisi aja sih...? Udah. Temenin aku bikin PR aja deh. Moni..., kita cabut duluan."
Pungkas Khalil untuk mengakhiri sebelum semuanya semakin rumit. Segera menggamit lengan Alisa, namun gadis itu nampak belum puas.
"Saran gue buat bokap lo, kalo punya tempat servis, kantongannya jangan bunga-bunga pink norak kaya gini. Kayak gak bonafid..."
"Udaah... Yang penting hadiah dari kamu udah bisa aku dengerin lagi... Balik, Mon."
Kedua remaja itu berlalu, namun Moni masih bisa mendengar komentar-komentar tak senang dari Alisa sepanjang jalan sayup-sayup, terlebih ketika menemukan sesuatu di dalam kantongan itu...
"Apaan sih nih? Dikasi sampah segala?"
Alisa mengambil discman itu dan membuang kantongan beserta isi lainnya ke dalam tempat sampah... Khalil sempat melirik sebentar ke arah tempat sampah itu. Sementara Moni hanya bisa menepuk jidatnya, bersamaan dengan bunyi bel kedua tanda dimulainya pelajaran. Moni langsung membereskan kembali semua barangnya lalu berlari ke kelas. Dan melupakan sekantong coklat bulatnya di sana...
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Romance - 1998
Humor...Ada gemuruh juga keheningan, ada selintir nyeri juga hangat yang berpendaran... Mereka yang saling membaca, walau dalam diam. Senyum itu mulai tersungging, yang termanis yang pernah dilihat Khalil, yang tertulus yang pernah dirasakan Moni. Walau...