PART 27
Sepeninggalan Alisa, Darlang langsung menoleh tajam kembali ke Moni, seolah ada urusan yang belum selesai.
"Serius? Alan Budikusuma? Dia kan udah om-om, istrinya aja hebat."
"Biarin... Jago bulu tangkis. Juara olimpiade lagi."
"Tapi gue denger-denger dia gak bisa berenang..."
"Ah, sok tau..."
Tawa telah terlepas, suasana pun mencair. Moni menemukan kenyamanannya kembali bersama Darlang. Mereka mulai memilah-milah piring untuk dicuci.
"Tadi gue pikir kecoanya mau lo makan..."
"Nih masih gue kantongin... Mau?"
Moni pura-pura menjejali sesuatu, pemuda itu mengeliat-geliat geli.
Mereka pun mulai menggarap piring-piring itu. Moni tak kuasa menahan rasa ingin tahunya sejak tadi. Tersenyum-senyum sendiri.
"Eng... Gue boleh nanya sesuatu gak...? Kemaren kan, lo bilang gue boleh nanya apa aja..."
"Boleh."
"Cewek lo cantik banget ya..."
"Siapa...? Alisa?"
"Iya. Lo gimana jadiannya? Lo rebut dari pacarnya yang anak senior kemaren itu ya? Gue pengen tau aja..."
"Emang pengen tau lo penting?"
"Penting. Pengen aja mempelajari orang-orang... Gue biasanya baca di buku, tapi prakteknya gue gak ngerti-ngerti."
"Kenapa gak mempelajari diri lo aja sendiri? Kan orang juga..."
"Diri gue...? Apa menariknya...? Bosen. Gue benci malahan."
"Benci?? Emang gak menarik...?"
Moni menghela nafas panjang.
"Ya udah deh kalo gak mau cerita... Gue paham. Padahal kemarin ada loh yang janji gue boleh nanya apa aja... Tapi yah... gapapa sih... mungkin lupa..."
Manusia selalu dipenuhi rasa keingintahuan yang tak terbatas. Gantian Darlang menghembus panjang.
"Uugh! Ya udah. Kalo gue cerita, lo sumpah mati gak akan cerita ke siapapun??"
"Iya gue janji. Eh..., ke kucing gue boleh? Dia bijak kok. Sama kayak lo. Tiap pagi aja dia yang beresin tempat tidur."
"Ok. Gue cuma percaya sama master Sapi."
"Iya... Lagian sama siapa juga gue mau cerita?"
"Gue gak ngerebut Alisa dari siapa-siapa."
"Okey...?"
"Dia yang nembak gue."
"Hah...?? Serius...?? Terus?"
"Hmm... dengan berat hati, gue tolak."
"Lo tolak?? Secantik itu??"
"Gue juga bingung. Tapi pasti adalah alasannya..."
"Alasan apa...??"
"Apa ya...? Mungkin gue belum tau aja, apa yang gue cari... Jadi selama gue belum tau, gue mau bebas..."
"Emang, apa yang lo cari??"
"Ya itu, masih gue cari."
"Lho...?? Jadi gimana jadiannya??"
"Ya... gue jadiin aja. Tapi cuma pura-pura. Dia bilang gapapa, asal kita bener-bener kayak orang pacaran. Yang penting kan dia aman dari si Beno. Eh gue-nya yang gak aman... Hehe. "
Moni termangu mendengarnya, mencoba mencerna. Model pacaran apa pula, yang tak pernah ada di buku-buku yang ia baca.
"Lo suka apa engga sih sebenernya sama Alisa?"
"Suka-lah. Siapa cowok yang gak suka Alisa? Cuman kan, yang gue suka banyak... Kalo gue pacaran beneran, nanti gue gak bisa deket sama yang lain. Makin gak ketemu apa yang gue cari..."
Mendadak Moni menghentikan cuci mencuci itu, dan berbalik menghadap Darlang, terheran-heran. Seakan tak terima.
"Kok lo jahat...? Gue pikir... lo baik...?"
Kali ini Darlang langsung meletakkan piring yang tengah ia bilas. Memiringkan kepalanya, lalu berputar menghadap Moni.
"Gue jahat? Gue baik? Gimana nih??"
"Lo bilang lo suka sama dia, tapi lo gak mau jadian beneran, karena lo masih pengen deket-deket sama yang lain... Tapi lo boleh ngelakuin semua yang kayak orang pacaran, karena Alisa suka beneran sama lo. Itu namanya lo egois... Lo mau yang enaknya doang. Itu mainin perasaan orang, tau..."
Darlang melotot, tak terima.
"Hah?? Lo abis baca buku apaan sih? Kemaren lo bilang temen aja gak punya, hari ini tiba-tiba lo jadi pakar perbokinan?? Bilang gue egois lagi... Emang yang lain engga??"
Kali ini mereka saling adu tatap-tatapan, saling memicing-micingkan mata. Seakan Moni berpikir dengan cara itu ia bisa menyelami apa yang ada di pikiran Darlang. Pemuda itu adalah teman pertamanya, Moni benar-benar ingin mengertinya.
"Ya itu baru hipotesa. Tapi gue beneran pengen tau, kenapa lo bisa seperti itu??"
"Seperti apa...?? Kalo gak ngerti, jangan dipaksa. Gue aja paling gak ngerti diri gue gimana... Bedain jatuh cinta sama nafsu aja bingung. Disuruh tanggung jawab sama perasaan orang...??"
"Jadi, lo juga gak ngerti apa yang lo lakuin...? Lo gak mikirin dulu sebelum berbuat...?"
"Mikir? Emang sempet? Emang gue ngerencanain semuanya? Ah, gue mau pura-pura pacaran ah... Ah, gue mau tidur di tenda siapa ah... Asli, sampe terakhir gue boker sambil merenung, gue masih gak ngerti, kenapa bisa-bisanya gue nolak cewek secantik Alisa...??"
Moni terbungkam. 'Tidur di tenda siapa...?' Apakah dirinya ikut terlibat dalam persoalan ini...? Biasanya, dunia yang dulu ia tahu, berlangsung saja tanpa paut dirinya... Kini Moni membayangkan, dirinya sebuah variabel kecil yang masuk ke dalam sebuah persamaan matematika yang rumit dan besar, lalu mengacaukan semuanya...
Darlang menghembus nafas keras.
"Nih, gue kasitau... sulitnya jadi gue. Kemaren itu adalah hari yang paling aneh buat gue. Ada dua cewek seenaknya aja ngeluarin air mata di depan gue. Yang satu minta jadi pacar, yang satu pengen punya temen... Coba bayangin. Kalo Alisa gak nembak gue, gue gak bakal dikejar-kejar si Beno sampe nyasar ke tenda lo. Dan kalo gue udah beneran pacaran sama Alisa, gue gak bakalan mau semaleman ngobrol & tidur di tenda lo. Saat ini pun, gue gak akan ada di sini...!"
Moni langsung menutup mulutnya. Jadi benar... ini terpaut dirinya...??
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Romance - 1998
Humor...Ada gemuruh juga keheningan, ada selintir nyeri juga hangat yang berpendaran... Mereka yang saling membaca, walau dalam diam. Senyum itu mulai tersungging, yang termanis yang pernah dilihat Khalil, yang tertulus yang pernah dirasakan Moni. Walau...