PART 6
Keceriaan murid-murid SMA itu seakan tanpa henti hingga malam. Semua murid berkumpul di area tengah, api unggun menari-nari menghangatkan suasana. Acara makan malam pun dilanjutkan menjadi ajang unjuk bakat, ada yang nge-band, nge-dance, baca puisi, nge-lenong, hingga berdebat kusir pun ada.
Sambutan penonton heboh, riuh rendah, bergema, seperti saat sebuah band membawakan lagu "Terbang" dari Gigi dengan gitar dan cajon, hampir seluruh penonton berdendang bersama. Hampir, namun tak semua.
Moni tengah menghabiskan makan malamnya sendiri, di satu sudut ruang luar yang tanpa sudut, dalam sepi, dikepung keriaan murid-murid SMA yang tengah menikmati masa remaja mereka.
PART 7
Ternyata demikian pula di sisi lain lingkaran tak bersudut itu, tak semua anak menikmati makan malam beserta hiburannya. Duduk menyepi berdua, di lingkar terluar, Alisa terlihat tegang, sementara Darlang terlihat bingung. Mendadak gadis itu bangkit dan berlari keluar arena, Darlang terkejut dan memanggilnya.
"Alisa... Tunggu...!"
Pemuda itu mengejarnya. Mereka nampak berlari ke arah hutan kecil, yang disaksikan segenap mata. Dari sanalah mungkin di kemudian hari, sesuatu merebak...
Di kejauhan dari seberang sana, sepasang mata tak lepas mengamati mereka. Beno terlonjak dari duduknya. Ia memberi kode pada teman-temannya untuk ikut pergi ke arah hutan.
PART 8
Sudah hampir jam 10 malam. Bulan purnama telah sampai di puncaknya, menerangi jalan Moni kembali ke tenda. Ia telah menyiapkan jokes-jokes untuk membuka percakapan dengan teman-teman setendanya, bahkan melatihnya sepanjang perjalanan. Tak ada yang tau, segenting apa momen ini bagi Moni, bahkan lebih menegangkan ketimbang olimpiade matematika yang telah ia menangkan peraknya. Moni berharap camping ini bisa menjadi ajangnya untuk memiliki teman, yang sebelumnya tak pernah ia menangkan dimana pun...
PART 9
Moni pun masuk ke dalam tendanya dengan gugup, namun kehadirannya bagai ninja yang tak terlihat oleh penghuni yang lainnya. Keempat temannya malah sibuk bersiap untuk keluar dari tenda.
"Gue mau ke tendanya si Uci. Anak-anak ngumpul mau ngomongin gosip terbaru, Darling & Alisa pacaran! Huuu... mau nangis gue...!"
"Cocok sih mereka. Ah, gue ikutan deh".
"Gue juga! "
"Ya udah gih pada ngegosip. Gue mau ke tenda sebelah, dengerin cerita-cerita horor. Hihihi!"
Salah satu dari antara mereka akhirnya menyadari kehadiran Moni.
"Eh sori, lo gapapa di tenda sendirian?"
"Oh... Eng... Gapapa."
"Cabut buruan yuk. Bantalnya bawa, kalo kemaleman kita tidur di sana aja."
"Yuk! Yuk!"
Moni menyaksikan mereka semua pergi, seolah kehadiran dirinyalah yang membubarkan mereka. Di dalam tenda itu Moni kembali sendiri. Dan ini bukanlah sebuah keanehan, ini kisah lamanya yang selalu berulang. Enam tahun di SD tak cukup untuk membuatnya dekat dengan siapapun di sekolah negeri ini, demikian juga 3 tahun di SMP. Terlebih 2 tahun di SMA ini, semua anak sudah memiliki perkawanannya sendiri, dimana Moni merasa selalu salah tempat. Seharusnya kesendirian itu telah menjadi keahlian yang ia kuasai, 11 tahun adalah waktu yang cukup untuk membuat seseorang menjadi master apapun. Namun waktu berjalan terlalu lambat, hingga mengubah kesendirian itu menjadi kesepian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Romance - 1998
Umorismo...Ada gemuruh juga keheningan, ada selintir nyeri juga hangat yang berpendaran... Mereka yang saling membaca, walau dalam diam. Senyum itu mulai tersungging, yang termanis yang pernah dilihat Khalil, yang tertulus yang pernah dirasakan Moni. Walau...