PART 14
Moni meraba-raba dalam gelap mencari kacamatanya, namun tak menemukan. Sementara bayangan hitam itu berkelebat gelisah ke sana kemari entah mencari apa.
"Sori... Jadi, lo apa...? Mau apa...?"
"Gue masih manusia, tapi sebentar lagi gue jadi mayat kalo lo gak bantuin. Gue diuber-uber anak alumni nih, mau digebukin. Sialan. Dia yang diputusin cewek, gue yang disalahin..."
"Hah??"
"Ssttt..."
Terdengar suara-suara orang berlari, kian lama kian dekat ke tenda mereka. Darlang & Moni mencoba menyimaknya baik-baik. Seseorang berteriak di luar,
"Woi...! Sebelah sini, man!"
Dan tak sampai hitungan ketiga, gelagat mereka hendak menerobos ke dalam tenda telah terbaca. Tak berpikir panjang, Darlang langsung menyelinap masuk ke balik selimut Moni, sembari berbisik...
"Ma'aap, ya Allah... Misi yak."
Pemuda itu tak menunggu ijin. Membuat Moni sekali lagi terkejut melihat ada gelembung besar di selimutnya, dekat kaki. Tahu-tahu lima sosok hitam lainnya telah hadir saja di depan hidung Moni. Membuat gadis itu terlongo-longo.
"Eh. Lo tadi yang teriak? Ada anak yang masuk kemah lo ya? Kemana tuh kunyuk sekarang?"
"Eng... teriak...? Oh... maaf, kak. Saya tadi lagi... nguap...?? Ho-aaaahh..."
Moni sok asik sendiri menguap-nguap.
"Bokis lo! Itu anak brengsek, tau gak... Tukang grepe-grepe cewek. Awas ya, kalo lo berani sekongkolan sama dia ...!"
Tiba-tiba... Duuuuuuttt...!!!
"Anjriiit!! Itu kentut apa berak??!"
"Maaf, kak... Kena angin malam."
"Itu!! Selimutnya ngegelembung! Tadi gerak-gerak! Ada yang ngumpet di situ!? Buka!!"
"Oh... eng... bukan, kak. Itu... eng... apa ya... Gas??"
"Hah?? Mana ada kentut bisa ngangkat- ngangkat selimut begitu?!"
"Ada, kak. Eng... itu... apa namanya... gas methan. Sekarang lagi dikembangkan... jadi bom biologis, eng... di Korea Utara."
"Bom biologis???"
"Iya... Jangankan ngangkat selimut, kursi saya aja pernah jebol, kak. Beneran. Saya pernah bikin percobaannya... eng... Kalo kakak mau denger saya bisa jelasin..."
"Haaah!??"
"Banyak cingcong! Angkat tuh selimut, si kunyuk ngumpet di bawah situ, kan?!"
"Itu gas, kak. Itu... keturunan... dari engkong saya... punya kekuatan rahasia... aduh, pernah nonton film kartun Avatar di RCTI kan, kak...? Bukan mau pamer, tapi... saya pengendali udara terakhir... Tapi ini rahasia di antara kita aja ya, kak."
"Hahhh???"
"Nih bocah nge-fly kayanya...?? Eh! Abis pake sabu, lo?"
"Sabun? Oh iya dong kak, tiap hari."
"Wooi! Jangan pada ngoceh melulu! Gue dah gak kuat nih nahan nafas! Joe! Buka aja tuh selimutnya...!"
Yang bernama Joe, sambil terus menutup hidungnya, dengan enggan mendekati Moni. Sementara Moni terus memutar otak.
"Tunggu kak... jangan dibuka! Eng... saya... kalo tidur... gak pake celana...??"
"Haahhh???"
"Saya masih di bawah umur loh, kak. 16 tahun. Kalo saya laporin, kakak bisa dituduh pedophilia...!"
Joe lemas, langsung mundur teratur.
"Halah, lo dibokisin anak kecil! Jangan terpengaruh. Buka aja! Si kunyuk udah pasti ngumpet di bawah situ..."
"Buka, buka... Kauu saja buka sendiri!!" (dengan logat Batak)
Para senior itu saling dorong-dorongan, sampai akhirnya Beno tak punya pilihan. Dengan takut-takut ia bergerak mendekati Moni, masih sambil membekap hidung rapat-rapat, dan benar saja, ketakutan itu mewujud... Moni kembali melepaskan gas-nya... Kali ini tidak hanya sekali, tapi serentetan panjang... disertai gerakan meronta tak berdaya dari balik selimut itu...?! Kian kentara. Terpental-lah sang senior tadi, sementara yang lain belingsatan menahan bau yang semakin tak terdefinisikan.
"Wuaanjriiitt!!! Pintu neraka kalo dibuka baunya kayak gini nih...?!?!"
"Kakak tau darimana? Apa kakak udah pernah masuk neraka...?"
"Heh, bayi godzilla! Lo makan apaan baunya kaya giniii??!"
"Eng... tadi sih saya ngemil kerupuk kulit babi... abis satu plastik."
"Inalillahi wainailaihi rajiun...?!?"
"Wah, enak tuh... Gak bagi-bagi kau...?? Pantas kau meletus sendirian...!" (dengan logat khas Batak)
"Ha... haraam...! Kentut haraam...!! Keluar dari sini... keluar...! Selamatkan dirimu dari api neraka...!"
"Gue nyerah... Si kunyuk lari ke tenda lain kali ya? Pokoknya cabuut!!"
"Kak, kak... tunggu... Ini selimutnya jadi mau dibuka apa engga...?"
"Jangaaan!! Cebok dulu kauu sanaa!!" (dengan logat Batak)
"Heh, celengan babi! Lo gue hukum! Besok abis makan malam, lo yang cuciin tuh semua piring-piring kita dan temen-temen lo! Awas kalo dibantuin!"
"Loh? Salah saya apa kak...?"
Para senior itu tak lagi mendengarnya. Mereka lari tunggang langgang sambil kelojotan. Seseorang dari mereka sempat menutup kembali tenda itu, berharap bau laknat tadi tak keluar mengikuti mereka.
"Ini pasti azaab... Keluar dari sini kita kudu bertobat... Udah diingetin."
Silahkan melanjutkan ke episode berikutnya ya... :)
Ikuti versi audio-nya di YouTube channel : Aisereht07
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Romance - 1998
Humor...Ada gemuruh juga keheningan, ada selintir nyeri juga hangat yang berpendaran... Mereka yang saling membaca, walau dalam diam. Senyum itu mulai tersungging, yang termanis yang pernah dilihat Khalil, yang tertulus yang pernah dirasakan Moni. Walau...