Welcome backkk 💖💖
Vote and comment!
-HAPPY READING-
---
"Dua bulan lalu bukannya Sarah baru saja menyelesaikan shooting di Singapura? Dan sekarang sudah mau ambil job besar lagi. Dari sisi keluarga gimana sama pendidikannya?"
Tama mengerutkan alis, tampak berpikir. "Kalau dari saya pribadi, pekerjaan dia ya pendidikan yang paling pas buat dia. Itu passion-nya, dia pasti nyaman. Bukan begitu, Rayadia Astara?"
---
CHAPTER 02 – VIRAL
Playlist: NewJeans - Bubble Gum
---
Souries | 19.45
Raya berjengit mendengar Tama memanggil nama belakangnya. Hell. Bagaimana lelaki muda di hadapannya bisa mengetahui nama keluarga yang memang dia tinggalkan selama bekerja?!
"Saya tahu. Nggak usah kaget begitu," Tama berujar dengan senyum tipis.
"Nama itu nggak saya pakai selama bekerja, Mas," sahut Raya.
"Oke, saya minta maaf. Kamu bisa lanjutkan."
Banyak hal yang akhirnya kembali Raya tanyakan. Makin lama keduanya makin rileks. Tama bukan orang yang pasif saat diwawancara. Bahkan ia terkadang melontarkan pertanyaan balik untuk Raya.
Bukan orang pendiam yang dingin. Hanya berbicara secukupnya dengan ekspresi tipis.
"Sarah itu walaupun udah kerja dari kecil dia apa-apa tetap minta bantuan saya. Baru kemarin minta ditemani shooting. Saya yakin dia minta saya nonton fashion show-nya nanti," kekeh Tama.
"Oh, ya?" Raya tampak tertarik. "Bukannya... mas Tama juga kerjaannya padat banget, ya?"
"Desain baju itu masih bisa diundur kalau cuman sehari-dua hari nemenin dia. Kecuali kalau Sarah mintanya sampai seminggu. Itu baru saya gak mau," jawab Tama.
Family man sekali ternyata.
Dari Tama, Raya bisa mengambil banyak hal. Termasuk kesediaan lelaki itu untuk keluarganya di atas apapun. Sama seperti kakaknya, Hima. Ia merasakan memiliki kakak laki-laki seperti Tama. Menjadi adik mereka tentu sangat menyenangkan.
Bahkan Raya beberapa kali bertanya soal pekerjaan dan passion lelaki itu. Menjadi fashion designer bukan pekerjaan sederhana. Dan Tama sudah nyemplung ke dunia mamanya bahkan sejak lulus high school dulu.
Sudah lima tahun berlalu, dan Tama Sastrawa bisa menunjukkan bahwa merk Tam's sukses.
"Kalau kamu tertarik bikin party dress bisa ngontak saya langsung. Saya jamin nggak akan mengecewakan," tawar Tama.
"Mana mungkin mengecewakan? Saya tahu katalog Tam's. It's awesome," puji Raya. "Mungkin lain kali saya bisa hubungin kamu. Atau bisa jadi untuk wedding dress? Haha."
Tama mengerutkan alis, "Sudah ada niat menikah? Kamu umur berapa?"
"Umur saya sudah 24 tahun. Buat niat nikah dari diri sendiri sebenernya belum ada. Cuman dari orangtua sudah mulai... yah, begitu," balas Raya.
"Hm," Tama mengangguk. "Saya paham gimana keluarga seperti kita meminta hal-hal seperti itu."
Hari sudah mulai malam dan keduanya segera menghabiskan makanan. Obrolan setelah wawancara berlangsung jadi lebih menyenangkan. Baik Raya maupun Tama tak canggung melempar candaan. Sepertinya setelah ini mereka bisa berteman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stable - Unstable
RomanceSatu atau dua kebetulan mungkin masuk akal. Tapi kebetulan kali ini membuat Rayadia Putri terlibat PDKT sat-set setelah mewawancarai designer muda terkenal--Tama Sastrawa. Bukan sosok lelaki dingin, namun tepat batasan. Bukan pula sosok yang cuek, n...