WELCOME BACK! Happy 15k! 🎉🎉
kalian yg baca kesibukannya apa aja nihh?
Siapa yang nungguin couple kita update?! >>>
-o0o-
"Makasih," bisiknya pelan—meraih Raya dalam rengkuhan sekali lagi. "Kamu harum banget, aku suka. Kamu positif. Kamu cantik. Kamu gemesin, Ray. Tapi kamu juga dewasa. Gimana aku nggak makin jatuh cinta, sih? Nikah besok, mau?"
---
CHAPTER 28 – Chit-Chat
Playlist: Nadin Amizah - Rayuan Perempuan Gila
---
Rumah Tama | 23.30
Jangan mengira Raya akan langsung diperbolehkan pulang begitu Tama kembali baik-baik saja. Nyatanya gadis itu tertahan di rumah besar ini sampai dini hari. Bahkan sepertinya, ia terancam menginap daripada kembali ke apartemen.
Salahkan saja tuan muda Tama Sastrawa yang masih asik cuddling session dan berceloteh banyak hal.
"Oh, jadi kamu lebih suka ngoleksi jam tangan daripada duitnya dihabisin buat liburan?" tanggap Raya sambil mengupaskan buah mangga dengan sarung tangan untuk Tama.
"Hu-um. Dulu nggak tau mau liburan ke mana. Nggak ada yang menarik. Tapi sekarang berubah pikiran. Lain waktu liburan sama kamu kayaknya asik, deh," balas Tama.
Sekali lagi ia membuka mulut ketika Raya menyuapinya sepotong mangga.
"Kebesaran potongannya!"
"Masa segini kegedean?! Kamu cowok apa bayi?" dengus Raya geli.
Tama manyun sempurna. Ia memang sedang dalam mode sangat sangat manja. Dan Raya dengan senang hati memenuhi apa yang lelaki itu inginkan.
"Aku dari kecil selalu jadi kakak dan nggak pernah ada yang manjain. Paling-paling mama sama ayah manjain secukupnya. Selama kamu ada kenapa nggak dimanfaatin," cengirTama.
Raya merengut, "Balik aja jadi anak kecil! Minta dimanjain lagi sama mama-ayah kamu."
"Nggak, ah. Dulu pas kecil gampang marah," gumam Tama.
Mendadak Raya terdiam. Ia ingat cerita Aliy tentang adiknya—Sima dan Ardan. Juga cerita dari Ardan saat-saat Tama belajar mengendalikan emosinya selama sebelum membuka Tam's. Masa kecil lelaki itu bahkan sudah melalui banyak hal berat.
"Let me know," pinta Raya.
"Apa yang mau kamu tau lagi?" tanya Tama heran. Perasaan malam ini ia sudah sangat banyak bicara.
"Just tell me something," desak Raya sekali lagi.
"Umm... aku pernah lost control paling parah pas umur sepuluh tahunan. Awal-awal tau bakat desain baju dari ngikutin mama. Sebelumnya mungkin sesekali mukul orang karena nggak dapat apa yang aku mau—nilai misalnya. Tapi semua orang masih nganggap itu wajar. Namanya anak kecil, kan—"
"—Tapi begitu aku lanjut seriusin desain, mulai kelihatan ada yang salah. Di otak udah ada gambar mau bikin desain kayak apa, Raya. Tapi nggak bisa gambarnya! Emang belum belajar jadinya belum bisa. Dan di hati itu rasanya dongkol banget. Liat mama aja gedeg sendiri. Waktu itu aku duduk di belakang kursi mama. Dan berakhir kutendangi kursi mama yang lagi meeting sama kliennya," lanjut Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stable - Unstable
RomanceSatu atau dua kebetulan mungkin masuk akal. Tapi kebetulan kali ini membuat Rayadia Putri terlibat PDKT sat-set setelah mewawancarai designer muda terkenal--Tama Sastrawa. Bukan sosok lelaki dingin, namun tepat batasan. Bukan pula sosok yang cuek, n...