I'm sorry baru nampak lagi 😭
momennya ngga pas bgt yaa pas storynya naik malah ngilang wkwkwk maaf yaa semuanya di luar kendali but everything is okeii 💖
semoga kalian masih mau baca yaa! love youuu!
-o0o-
Bukan jenis makan yang kelewat mewah seperti di restoran. Justru Tama bisa melihat beberapa hal menunjukkan khas rumahan. Mulai dari jajanan tradisional seperti onde-onde dan lemper, juga ada buah-buahan. Untuk menu utamanya, ia berani bertaruh seperti yang biasa dimasak Raya.
"Tuh, Raya."
---
CHAPTER 35.5 – Meet Hers
---
Ruang Makan | 13.05
Tama menoleh dengan cepat. Matanya terpaku pada sosok Raya yang tampak memesona dengan gaun sederhananya. Sangat sesuai dengan tema acara rumahan mereka.
Gaun berlengan pendek dengan warna abu-abu muda, tampak serasi dengan kemeja semi formal Tama yang berwarna abu-abu tua. Tapi selain itu, geraian rambutnya yang dibentuk sedikit curly dengan jepitan mungil di sana—jujur saja membuat Tama tidak bisa menahan senyum.
"Kok bang Hima gak ngabarin kalau kamu udah dateng?" Raya dengan senyumnya yang manis menghampiri Tama. Ia duduk sembarangan di salah satu kursi kosong.
"Gak bisa gue kabarin," sahut Hima. "Pacar lo kayaknya gugup banget, Dek. Masa gue tungguin dia turun dari mobil lama banget. Akhirnya gue samperin. Mana begitu gue bilang ada lo kepalanya langsung muter cepet banget."
"Bang," desis Tama menahan malu.
Raya terkekeh. Tangannya terulur mengusap telapak tangan Tama yang dingin, "Nggak usah gugup, ya? Mama sama papa bentar lagi dateng. Nggak bakal serem, kok."
Tama mengerang, "Gimana nggak serem, Ray? Ini mau minta anaknya, loh."
"It's okay. Semuanya bakal baik-baik aja. Kamu yang tenang, dong," ucap Raya lembut. Ia menyusupkan diri memeluk Tama pelan-pelan, memberikan ketenangan. "Aku bantu, kok, Mas. Kamu nggak sendiri, ya?"
Tak sampai menunggu lima menit, kedua orangtua Raya baru saja tiba setelah ada sedikit urusan. Keduanya sudah nampak siap untuk melangsungkan makan siang kali ini.
Tama menyalami papa dan mama Raya dengan sopan. Meski sambutan mereka hangat, tetap saja debaran itu tak berkurang. Malah semakin jadi berkali lipat. Apalagi katanya, mereka menikmati hidangan dulu sebelum mulai membicarakan masalah itu.
"Raya, tuh, dari dulu sukanya es teh, Nak. Kalau nggak ada dia bisa tantrum, liat aja. Kamu mau aja sama anak mama yang begitu," ucap mama Raya disela makan siang mereka.
"Ih, Mama. Mas Tama tau, kali. Tapi aku juga nggak sampai tantrum gitu, deh," protes Raya.
Tama hanya tertawa sopan menanggapinya.
Setelah seluruh hidangan tandas, debaran dalam dada Tama kembali bergemuruh. Dengan senyum patah-patah ia berusaha mendengar sepenuh hati papa Raya yang terlihat ingin memulai pembicaraan.
"Kamu mau bicara duluan?" tawar papa Raya.
Tama terlihat kikuk ingin memulainya. Astaga! Harusnya dia membawa Kev saja.
Helaan napas grogi terdengar, "Saya mau minta maaf sebelumnya karena justru Raya yang mengabarkan tujuan saya ke sini kemarin. Karena jujur aja... saya takut. Takut mau minta orang yang saya sayang dari orangtuanya. Mau gimana pun, peran saya nanti dan kalian nggak akan pernah disamakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stable - Unstable
RomansaSatu atau dua kebetulan mungkin masuk akal. Tapi kebetulan kali ini membuat Rayadia Putri terlibat PDKT sat-set setelah mewawancarai designer muda terkenal--Tama Sastrawa. Bukan sosok lelaki dingin, namun tepat batasan. Bukan pula sosok yang cuek, n...