17 - Brondong Gemes

2.4K 152 3
                                    

WELCOME BACK! 🔥

Kalian pasti suka chapter ini wkwkwk

Enjoy!


-o0o-

Duh. Nyebut Tama, rasanya kangen dikit.

Salah. Kangen banyak banget.

"Astaga! Gue lupa tanya Tama sukanya apaan!" gerutu Raya semakin kesal.

---

CHAPTER 17 – Brondong Gemes

Playlist: Justin Bieber ft. Ariana Grande – Stuck With You

---

Rumah Utama Sastrawa | 14.55

Sesuai janji, Ardan sendiri sudah bersiap dengan pakaian semi-formalnya demi menyambut Raya di rumah. Ia sangat tidak sabar, tentu untuk memakan asam-asam ikan masakan perempuan itu.

Astaga, kakaknya kasihan sekali membuang perempuan seperti Raya.

"Mau ada tamu?" tanya Tama heran.

Ardan terkekeh misterius, "Kenapa emang?"

"Lah, saya yang tanya. Kamu kenapa pakai baju begitu?" ulang Tama sekali lagi.

"Mending lo masuk kamar deh, Mas, sampai entar malem. Ini urusan gue, jadi siapapun yang bakal dateng nanti lo nggak boleh marah," tukas Ardan.

Alis Tama mengerut tak paham, "Apa, sih?"

Ardan mengedikkan bahu. Wajahnya yang semula masam berhadapan dengan Tama berubah segar begitu melihat Raya mengirimkan foto makanan kepadanya beberapa menit lalu. Kata Raya juga, ia sedang dalam perjalanan sekarang.

"Laper banget," gumamnya.

Mengabaikan peringatan Ardan, Tama mengambil duduk di sebelah adiknya itu. Ia tatap Ardan lekat, berusaha mencari celah apa yang sedang dilakukannya diam-diam. Apa... adik kecilnya jatuh cinta? Kenapa saat melihat ponsel wajahnya berseri-seri?

Tatapan Tama turun ke pakaian Ardan. Semi-formal—kemeja navy lengan pendek dengan celana kain warna senada. Dan baunya... segar. Kalau Tama smells like musk, maka Ardan lebih ke wood.

Tebakan Tama pasti benar.

"Punya cewek, ya?"

Sontak Ardan menoleh dan terbahak. "HAHAHAH!"

Kening Tama makin berkerut melihat reaksi Ardan yang terpingkal. Nampak bahagia sekali?

"Haduh," kekehnya di akhir sambil berusaha menetralkan tawa. "Enggak, lah. Asmara mas Tama aja masih kayak begitu mana tega gue punya cewek."

Tama manyun, "Nggak ada yang salah. Soal percintaan emang selalu naik-turun."

"I'll spill the tea. Mbak Raya mau ke sini," ucap Ardan sambil tersenyum geli.

Mata Tama membola, menatap adiknya keras, "Ngapain?! Kamu suruh dia kes—"

"Shut! Dia tamu gue, bukan tamu mas Tama," potong Ardan. Sejurus ia meringis menyadari Tama tidak suka orang memotong ucapannya. "Hehe, sori, Mas. Tapi serius, ini urusan pribadi sama mbak Raya. Makanya tadi udah gue bilang kalau mas Tama masuk aja dan jangan muncul. Kasihan mbak Raya-nya jadi nggak enak."

"What is she doing here?" geram Tama tak habis pikir.

"Wawancara sama gue. Sebelum lo nyalahin dia, gue yang nyuruh dia ke sini—ke rumah. Sekalian mau bawain asam-asam ikan yang waktu itu dia kasih ke lo. Ngiler, nggak? Ngiler, kan?" kekeh Ardan.

Stable - UnstableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang