30 - Benang Kusut

1K 125 4
                                    

WELCOME BACKK!

Ramein vote dan comment nya yaa! 💖

-o0o-

Ck.

"Kan! Mama bilang juga kamu harus resign!"

---

CHAPTER 30 – Benang Kusut

Playlist: Henry Moodie - Drunk Text

---

Kantor DailyNews | 09.15

Setelah dua bulan diberi kelonggaran, sudah sepekan ini tim Raya kembali bekerja seperti biasa. Meliput berita apa saja yang beredar, juga sekalian ancang-ancang projek terbaru DailyNews dengan salah satu acara fashion week menengah.

Baru kemarin sore Raya meliput isu miring dari pernikahan seumur jagung penyanyi Atikah Baswara yang sempat ia liput beberapa waktu lalu. Dan sudah valid pula kalau ternyata suami Atikah yang juga anak pejabat ternyata penjudi aktif selama setahun terakhir.

Meski katanya, setelah ketahuan sudah diusahakan untuk berhenti.

"Raya," panggil Farhan pelan. Ia agak sungkan mengganggu Raya yang sedang melempar candaan dengan rekan setimnya di ruangan.

Masih dengan sisa tawa Raya menoleh, "Kenapa?"

Sedikit kikuk, ia mengambil tempat di sebelah Raya yang kosong, "Nanti ngeliput sama siapa?"

"Tuh, sama Hana," balas Raya kemudian.

"Errr... gue pengen ngajak lo makan siang—berdua. Ada yang mau diomongin," ucap Farhan.

Alis Raya mengerut, "Ngomong sekarang aja nggak papa. Gue gak jamin available jam makan siang nanti. Soalnya prescon klarifikasi perselingkuhannya Adam Eitney jam satu pas."

Gadis itu melihat raut Farhan yang gugup. Sepertinya ini sesuatu yang penting.

"Ke pantry dulu aja," putus Raya akhirnya. "Gue cabut bentar, guys."

Dengan Farhan yang mengekori Raya dengan raut gugup, akhirnya mereka duduk berhadapan di pantry kantor lantai satu yang sepi. Karyawan lain tidak akan menuju pantry jam segini. Mereka baru saja sarapan dan belum waktunya makan siang.

Sedikit bingung dengan sikap Farhan yang berulang kali menghela napas, Raya hanya diam menunggu dengan perasaan was-was.

"Lo... serius sama Tama, ya?" tanya Farhan untuk pertama kalinya.

Ah, lelaki ini sepertinya patah hati.

Raya menggaruk belakang lehernya canggung, "Emm, ya gitu. Niatnya memang serius."

"Dia orang baik, kan?" tanya Farhan sekali lagi.

"Sure. Gue gak mungkin mau sama orang gak bener, Farhan."

"Kalian... maksud gue, kalian beneran bareng karena keputusan bersama, kan? Nggak ada paksaan?"

Pertanyaan kali ini membuat alis Raya mengerut. Sepertinya ada yang tidak beres. Untuk apa Farhan menanyakan alasan privasi dan terkesan mencampuri seperti itu?

Raya menegakkan tubuhnya, "Kenapa memang?"

Seketika raut gugupnya kembali, "Err... itu... gue dapet kiriman berita buat dirilis soal lo—Rayadia Astara sama Tama Sastrawa. Berita yang dikirim ke email gue dan masuk spam. Tapi karena gue rajin bukain spam jadinya ketemu."

Stable - UnstableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang