33 - The Solution

1.1K 127 4
                                    

WELCOME BACK!

Ada yang kangen sama kopel inii?

Enjoy!


-o0o-

Jangan lupakan soal rumah, catering acara, dan dekor. Duh, pusing.

Ini baru rencana! Tama saja tidak bilang kapan ia akan melamar. Huh!

---

CHAPTER 33 – The Solution

---

Kantor Tama | 09.35

Pagi ini Tama fokus menyelesaikan semua permasalahan terkait dirinya dan yayasan milik Orman Muldan bersama Kev. Keduanya berakhir sepakat bahwa tidak akan menindaklanjuti karena memakan waktu dan tenaga yang banyak. Hanya memastikan apa yang terjadi kemarin tidak berimbas buruk untuk masa depan Tam's, juga terutama Tama dan Raya.

Karena kalau dari cerita Raya soal Orman Muldan yang memiliki hubungan buruk dengan sulung generasi kedua Astara, ia yakin hal ini tetap akan jadi masalah di kemudian hari.

"Saya kemarin ngontak Elif, Mas," buka Kev tiba-tiba.

Tama mendongak. Ia tak menyangka Kev mengingat nama teman lama yang juga pernah ia ceritakan pada Raya. Tetangga masa kecilnya yang kini tinggal di luar negeri sejak masuk kuliah karena pekerjaannya sebagai programmer untuk perusahaan besar di sana.

Elif dan Tama seumuran dengan kesuksesan yang sama di bidang berbeda. Lelaki itu sesekali pulang ke Indonesia dan terakhir kali kira-kira setahun yang lalu. Waktu itu Tama ingin berbincang melepas penat sambil mengajak Kev. Jadilah Kev tahu siapa Elif.

"Buat apa?" tanya Tama heran.

"Awalnya saya cuman iseng coba-coba. Ternyata setelah beberapa kali ngode kalau butuh bantuan, dia langsung semangat bantuin. Dia bilang ma—"

"Elif itu kerjaannya bikin keamananan perusahaan, berarti dia bisa ngehack sekalian. Kamu jangan bilang minta dia bobol server mereka ya, Kev!" potong Tama panik.

Lihat saja wajah tuan muda itu sudah pias membayangkan server mereka yang dibobol oleh Elif. Bukannya mengenyahkan masalah, yang ada malah nambah masalah! Mereka bisa dicap melakukan tindak kriminal.

"Enggak, Mas," kekeh Kev menyadari kepanikan Tama. "Kita nggak pakai cara ilegal, kok. Jadi gini. Dari yang saya pantau, butiq Nua udah mulai ngeluarin desain-desain mereka. Pertama, kita nyari buzzer buat bikin ramai media sosial. Nanti mereka dapet mentahan desain kita yang sekarang lagi dipakai, buat dibanding-bandingin. Soal buzzer dan captionnya urusan Elif, katanya."

Tama mendengarkan dengan alis mengerut. Ia tidak begitu paham apa yang dimaksud Kev, tapi setidaknya dia memiliki sedikit gambaran. Di masa sekarang, kekuatan netizen bahkan sanggup menggerakkan polisi dan aparat negara. Tidak ada salahnya dicoba.

"Mereka dapat desain kita dari mana?" tanya Tama.

"Nanti kita kasih ke Elif," jawab Kev.

"Nantinya, kalau berujung hate comment ke kita gimana?" tanya Tama sekali lagi.

Kev tampak berpikir sejenak. "Mas, nggak ada salah kita di sini. Kalau memang mereka balik nyerang kita, toh kita nggak pakai desain itu juga buat dikomersilkan."

Tama manggut-manggut. Namun Kev tahu, raut wajahnya nampak belum puas.

"Mereka bakal tahu kapan sketsa mentah dari mas Tama dibuat, juga sketsa lanjutannya mereka. Ada empat sketsa dipakai yang nggak begitu diubah desainnya. Saya nggak ngerti. Mereka bodoh apa gimana, ya," dengus Kev.

Stable - UnstableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang