8.5 - Our Date

2.9K 184 4
                                    

welcome backk ❗❗❗

Ini special part yang isinya 2700+ kata KHUSUS buat ngerayain date-nya Raya sama mas Tama yuhuu 😩💖

Coba-coba date dulu sebelum didor hewhewhew

Vote dan komen yaa gezzz


-o0o-

"Kenapa, heh? Wajah kamu aneh, Mas," tanya Raya heran.

Tama mendekat dan berbisik tepat di telinga Raya yang menegang gugup, "Temani saya beli kain, mau? Saya kepikiran buatin kamu sesuatu."

---

CHAPTER 8.5 – OUR DATE

Playlist: mrld - An Art Gallery Could Never Be As Unique As you

one of my favorite wkwk 💖

---

Toko Kain Sastrawa | 09.55

Berulang kali Raya mengutarakan keengganannya, sebanyak itu pula Tama tak mendengarkan. Ia hanya manggut-manggut tanpa mengindahkan keinginan Raya.

"Kamu serius nggak mau saya buatin, Raya? Dari tadi berisik mulu," tanya Tama heran ketika mobilnya sudah terparkir sempurna di depan toko kain mamanya.

"Kamu, mah, dari tadi nggak dengerin!" gerutu Raya kesal.

Tama justru terkekeh dan menghadap Raya sepenuhnya. "Gimana? Saya dengerin beneran."

"Aku bukannya nggak mau yang gitu. Cuman nggak enak aja. Orang lain mau dress di kamu harus antre lama, meeting, fixing sana-sini. Tapi aku enak banget nyerobot," adu Raya.

"Kamu bukan klien saya, Raya. Alasan ini belum cukup?" tanya Tama balik. Netranya masih menatap lekat wajah Raya yang cemas. "Gini aja. Saya buatin dress untuk kamu, buat ke fashion show-nya Sarah weekend nanti bareng saya. Mau?"

Sejenak mata Raya berbinar—raut cemasnya hilang. Namun sejurus kemudian ia tampak ragu bercampur malu-malu. Berarti maksud Tama ia diajak menghadiri acara itu, kan?

"Haduh," Tama menghela napas. "Saya nggak nawarin kali ini, saya maksa. Ayo turun."

Masih dengan sisa-sisa gerutuan, Raya berjalan turun bersisian dengan Tama yang santai memasuki toko. Tentu saja. Ia tuan muda di sini. Dan satu hal yang Raya lupakan; pandangan pegawai toko yang memindainya bak pencuri karena datang dengan tuan muda rasanya membuat bulu kuduknya bangun.

Ia terintimidasi. Takut. Bahkan ritme jantungnya kali ini tidak beraturan sampai keringatnya keluar.

Hanya tatapan pegawai, hei. Kenapa berjalan dengan Tama Sastrawa memberi efek tekanan yang luar biasa?!

"Nggak perlu takut. Ayo, saya gandeng," bisik Tama lembut.

Begitu tangan besar nan hangat Tama menggamit jemarinya yang mungil dada Raya sontak bergemuruh. Aliran hangat menjalar hingga ke wajah, menyalurkan ketenangan meski hatinya masih harap-harap cemas.

"Kayaknya saya juga mau buat biar samaan sama kamu," ucap Tama.

"Couple?" sahut Raya yang seketika langsung menegang. Astaga. Ia salah bicara!

"Hahah. Iya, itu maksud saya," balas Tama tenang. "Mau warna apa?"

Mereka berhenti di depan kain satin untuk dress Raya. Dan mata Raya langsung terpaku dengan warna putih gading tepat di hadapannya. Look likes, mereka berdua cocok dengan warna ini.

Stable - UnstableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang