31 - Harus Mengalah?

1K 136 10
                                    

WELCOME BACK!

yuuu siapa yg nungguin?!


-o0o-

"Yang penting bisa dimakan!" seru Kev. Ia langsung menarik tangan Tama yang ogah-ogahan. Memaksanya berdiri dan langsung mendorongnya keluar kantor.

Mission progressing.

---

CHAPTER 31 – Harus Mengalah?

---

Apartemen Raya | 18.00

Setelah berjam-jam menghabiskan waktu untuk meliput berita, akhirnya tiba juga Raya di basemen gedung apartemennya. Wajahnya letih dan kuyu, lebih-lebih kemeja gadis itu yang sudah kusut di mana-mana. Konferensi pers tadi berjalan tidak tertib.

Sudahlah pihak artis telat satu jam, ditambah ramainya wartawan yang didominasi oleh laki-laki sampai tubuh Raya dan Hana tergencet sedemikian rupa.

Penderitaan keduanya belum selesai, karena setelah konferensi pers itu terjadi kecelakaan besar yang menyebabkan macet total selama perjalanan pulang. Apalagi mereka harus kembali ke kantor terlebih dahulu. Mengurusi beberapa alat yang digunakan, membereskan artikel, dan fixing singkat kebutuhan website baru DailyNews yang akan meluncur bulan depan.

Astaga. Bahkan Raya lupa, dia belum makan.

Alisnya mengerut begitu menyadari ada denting wajan ketika ia masuk unit. Dan decakan sebal itu meluncur begitu saja ketika melihat Tama dan Kev asik memberantaki dapurnya seperti rumah sendiri.

"Ehm!" dehem Raya dengan suara keras—juga raut jengkel.

Tama langsung menoleh dengan senyum lebar, "Hai! Welcome!"

Secepat kilat Raya menghindari Tama yang akan memeluknya, "Bau dapur! Aku juga bau, maksudnya. Capek! Mau mandi langsung."

"Ah, okay," balas Tama mengalah. Ia sedikit kaget dengan reaksi Raya yang terang-terangan menghindari pelukannya. "Habis mandi langsung makan, ya?"

Hanya anggukan Raya yang menjadi jawabannya.

Di belakang, Kev mengamati interaksi keduanya dengan raut meneliti. Tama yang sedang rindu berat sementara Raya yang lelah-lelahnya. Dengan tau diri, Kev harus segera pergi dari sini dan membiarkan mereka berbicara berdua.

Tapi sebelum itu, ada beberapa hal yang harus ia ingatkan.

"Mas, dia lagi capek. Jangan bahas apa-apa soal cueknya dia yang gak bales chat," celetuk Kev.

"Nggak bisa gitu, lah. Saya juga capek kali," sungut Tama.

Jujur saja, rasa kangen Tama tadi langsung menguap begitu melihat respon Raya. Apa-apaan respon seperti itu, pikirnya. Dia sangat menghormati Raya dan pekerjaan gadis itu, tapi kalau sampai diduakan seperti ini dia juga tidak mau!

"Ini ditata di meja," titah Kev tak ambil pikir. "Telur dadar yang gosong saya bawa aja, jangan dimakan. Cicipin lagi, Mas, semurnya. Udah enak, kan?"

Dengan sedikit ogah Tama menyendokkan semur jadi-jadian buatan mereka.

"Good."

"Alright. Kamu mandi dulu, biar saya beresin terus pulang," ucap Kev.

"Ikut makan, lah. Gimana, sih," ucap Tama tak terima.

Kev menggeleng, "Kalau saya di sini, apapun yang terjadi nanti saya bakal salahin mas Tama. Nggak mau disalahin, kan? Makanya saya pergi aja."

Menolak sadar, Tama malah asyik menggerutu dengan bibir maju sekian senti. Ia merutuki Kev yang tak pernah membelanya sebagai bos dan malah membela Raya. Juga mempermasalahkan semua ide lelaki itu tentang masak-memasak kali ini.

Stable - UnstableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang