14 - Dua Jam

2.2K 132 1
                                    

Huhuhuu maaf yaa baru bisa update sekarang 😭

banyak banget kegiatan karena mau 17 - an 🫵


HAPPY READING GAISS!


-o0o-

"Gak mungkin!" Ardan menyahut langsung. "Orang kayak mas lo, nih, Mbak, bakal ngejauh bentar lagi. Hidupnya habis ini cuman buat nyesel udah pernah nyakitin ceweknya. Gak bakal lagi, tuh, dia maju buat PDKT. Minta maaf aja rasanya gak pantes."

ARDAN SIALAN!

---

CHAPTER 14 – DUA JAM

Playlist: Meghan Trainor ft. John Legend - Like I'm Gonna Lose You

---

Tiga Hari Kemudian – Rumah Utama Astara | 10.15

Menyebalkan.

Tepat seperti dugaan Raya. Berkat kebocoran Hima soal dirinya yang kecelakaan, mama dan papa langsung datang keesokan hari dengan nasihat-nasihat memuakkan. Jangan lupa juga untuk mencabut hak kebebasannya tinggal di apartemen sampai dia sembuh.

Dan Raya kembali berakhir menjadi bungsu Astara yang penurut; tinggal di rumah dengan segala ruang gerak yang dibatasi.

Ia mengambil cuti beberapa hari dan baru akan kembali masuk kantor Senin pekan depan. Itu saja sudah membuat mama marah-marah tidak jelas. Katanya, Raya harusnya resign. Lebih baik membantu perusahaan keluarga yang sedang dipegang papa saja.

Pekerjaan yang harusnya jadi alasan untuk bebas sudah tidak berguna lagi karena kini ia tinggal di rumah. Tapi ia masih memiliki harapan. Semoga mama dan papa—juga Hima bisa memberi belas kasihan membebaskannya sekali lagi.

Tinggal di rumah sama dengan selalu ikut mama ke pesta-pesta pejabat berkedok pamer harta, reuni yang entah berapa kali setahun, bahkan olahraga yang Raya tahu hanya untuk pamer sana-sini saja.

Ia akui mamanya juga sedikit seperti itu, walaupun lebih waras dari teman-teman sosialita yang lain.

"Rayadia, entar malem temenin papa ke peresmian hotel baru Astara," suara mama membuat Raya menoleh sambil mendengus. Alisnya mengerut mendapati mama yang masih penuh dengan peluh.

"Mama baru selesai olahraga? Jam berapa ini?" tanya Raya heran.

Dengan santai mama menjawab, "Kamu tuh harusnya juga rajin olahraga," malah meleset dari topik. "Anak muda kayak kamu apalagi belum punya suami harus jaga badan. Nanti habis melahirkan juga harus jaga badan biar suami lengket."

Raya mendelik, "Emang Raya gendut? Enggak, kan?"

Mama menelisik putri bungsunya itu lamat, "Enggak begitu gemuk, sih. Tapi olahraga buat sehat, Raya. Kalau kamu kerja panas-panasan mulu nggak pakai olahraga mana ada cowok yang mau sama kamu."

"Julid banget mama," decak Raya. "Ada, kali, yang mau. Pandangan pertama, lagi."

"Oh, iya. Tama yang waktu itu ke sini, ya?" wajah mama berubah cerah setiap hendak bergosip. "Mana, dia? Kok nggak ada nyamperin kamu? Katanya mau serius!"

Raya diam sejenak, "Dia bilang mau serius, gitu?"

"Iya! Dia santun pake banget, Ray. Mama aja bingung kenapa dia mau sama cewek pecicilan kayak kamu," kekeh mama. Wanita baya itu memutuskan duduk di samping Raya—melanjutkan gosip.

Stable - UnstableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang