34 - Wawancara Sarah

936 104 0
                                    

WELCOME BACK !

Enjoy!


-o0o-

Tama tersenyum mendengarnya. Sebenarnya nggak ada masalah ia mengabaikan sepak bola dan memilih mendengarkan Raya. Tapi sepertinya gadis itu lebih ingin bermanja-manja daripada mengobrol banyak.

Jadilah Tama memeluk Raya erat sambil mendaratkan kecupan-kecupan di kepala gadis itu. Dengan mata yang terus menonton tayangan di hadapannya.

---

CHAPTER 34 – Wawancara Sarah

Playlits: Rex Orange County - Amazing

---

Tempat Syuting Sarah | 12.05

Liputan siang ini membuat Raya bersemangat. Ia akan mewawancarai calon adik iparnya—Sarah Sastrawa. Kata Tama, kemarin lelaki itu juga sudah memberitahu Sarah kalau Raya akan datang dan meliput. Katanya juga, Sarah sangat antusias dengan pertemuan mereka besok.

Acara yang akan dihadiri Sarah nanti malam cukup fenomenal. Sebuah acara penghargaan untuk para model dan desainer berbakat yang sebelumnya belum pernah diselenggarakan.

Dan bagian Raya adalah mewawancara pra-acara sekarang ini. Tentang bagaimana keantusiasan Sarah, pandangan gadis itu, juga perasaannya terpilih sebagai salah satu nominasi model muda terbaik tahun ini.

"Lo kenal baik sama dia, Ray?" tanya Hana.

"Nggak begitu kenal sebenernya. Cuman gue ngerti dan dia juga," jawab Raya seadanya. "Makanya gue semangat banget wawancarain dia. Biar makin deket."

"Ehm," dehem Hana. "Udah mulai persiapan deketin keluarganya aja lo. Kapan dilamar?"

Raya menahan senyumnya, "Kapan aja bisa. Cowok gue yang ngebet nikah sebenernya."

"Eh, iya? Tama Sastrawa lempeng begitu kebelet nikah?" tanya Hana tak percaya.

"Iya. Dia nggak lempeng kali, Han. Emang setelan publiknya begitu. Lo gak pernah liat aja dia kalau udah ngerengek-rengek minta sesuatu. Kayak ngasuh bayi," kekeh Raya.

"Ya emang bayinya lo. Dasar berondong," ledek Hana.

Mereka sedang menunggu Sarah selesai syuting persiapan nanti malam di luar ruangan. Cukup panas dan mengganggu sebenarnya. Tapi untunglah pihak manajemen Sarah menyediakan kursi dan sedikit camilan sambil menunggu.

Sampai lima belas menit kemudian, suara riang Sarah terdengar menyapa Raya.

"Hai, Mbak Raya!" sapanya riang.

Senyum Raya ikut mengembang. Ia berdiri dan cipika-cipiki singkat dengan Sarah—begitu juga Hana. Untuk selanjutnya keduanya langsung diajak masuk ke tempat yang lebih dingin dan nyaman.

Sebuah ruangan minimalis yang hanya berisi dua sofa panjang dan satu meja rias. Baru saja Sarah mengatakan, kalau ini adalah ruang istirahatnya untuk acara malam nanti. Sekaligus ruangan make up dan styling.

"Gue seneng banget pas mas Tama bilang lo mau ke sini," bukanya sambil menyuguhkan teh panas. "Kita nggak pernah kenalan proper karena gue sibuk mulu, ya, Mbak? Hehe, maaf, deh."

"Santai aja, kali," balas Raya sambil tersenyum.

"Mau bahas apa, nih? Mumpung eksklusif banget diwawancara sama calon kakak ipar," kekeh Sarah dengan mata berbinar. Tampaknya ia benar-benar bersemangat.

Hana yang mendengarnya hanya senyam-senyum. Apalagi Raya!

"Nggak banyak, sih. Ayo, Han," senggol Raya ketika mendapati Hana menatap wajah Sarah sambil menahan senyum. "Dia nggak punya banyak waktu, heh."

Stable - UnstableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang