WELCOME!
Lagi fokus nyusun plot dan nandain plot hole cerita ini hehe 😌
Tolong pencet vote dan komennya yaa!
Enjoy!
-o0o-
"Nggak usah kayak gitu, deh. Kamu sama saya itu sama. Udah, kamu ke sana dulu aja nanti saya nyusul. Pesenin saya sama Kev sesuka kamu. Ini mobil saya udah deket," balas Tama.
"Siaapp! See you!"
Indah, bukan? Pantas saja Tama tersenyum sepanjang hari.
---
CHAPTER 19 – Give a Gift
Playlist: James Arthur – Say You Won't Let Go
---
Malam Dinner – Mobil Tama | 18.10
Kemarin Tama baru saja menyelesaikan gaun yang akan dipakai Raya malam ini—setelah fitting kecil-kecilan karena tidak ada koreksi yang berarti.
Tanpa ditanya pun sudah tampak. Raya sangat senang menerima gaun yang dijahit full oleh tangan Tama. Selama sepekan, lagi. Benar-benar Tama menyiapkan semua itu dengan baik, dan Raya tersanjung karenanya.
Padahal, ini hari ulang tahun Tama. Bukan Raya.
Gaun berwarna hitam elegan dengan bahan satin. Potongannya menyesuaikan bentuk tubuh Raya, melekat dan pas. Bermodel off-shoulder dengan lengan pendek bongkar-pasang berbentuk balon yang harus Tama akui—meski mengekspos pundak Raya sekaligus itu juga yang menjadikannya menawan.
Tama bukan lelaki yang akan tantrum kalau Raya memakai pakaian terbuka sedikit.
Ingat—sedikit.
Dan malam ini mereka sudah siap bersama sedang melakukan perjalanan menuju hotel yang Tama maksud. Karena lelaki itu sedikit ekstrim, menurut Raya. Ia memesan tempat untuk dinner di salah satu rooftop hotel ternama di pusat kota, bukan di restoran biasa.
"Ada banyak yang mau saya bahas sama kamu. Tapi besok aja, ya? Malam ini saya cuman mau ngobrol yang baik-baik," ucap Tama tenang. Tangannya fokus menyetir dan sesekali melirik ke arah Raya. Bergumam kagum menyadari betapa indahnya gadis itu malam ini.
"Iya, gampang," tukas Raya.
Bergaun cantik dengan make up tipis. Ditambah harumnya yang membuat Tama sekali lagi meleleh. Baru di mobil saja Tama sudah kesemsem segininya, apalagi nanti?!
"Kamu... cantik banget, Ray," komentar Tama. Ia berdeham menahan gugup.
Raya malah terkekeh mendengarnya, "Digombalin brondong ternyata gini rasanya."
"Nggak kerasa brondongnya kan," Tama mengerucut kesal.
"Siapa bilang? Kamu tuh tetep kerasa lebih muda daripada aku, Mas. Orang gemesin kayak begini mau berlagak lebih tua," kekeh Raya yang puas melihat wajah Tama makin manyun.
"Iya deh," balas Tama mengalah.
Mobil Tama benar-benar diarahkan menuju salah satu kawasan bangunan elite; berisi hotel, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan. Tentu saja Raya pernah ke sini dengan papanya.
Tiba-tiba Tama teringat sesuatu.
"Ray, astaga... saya lupa, maaf," ucapnya agak gelisah. Ia bergerak-gerak di kursinya sambil melirik ke arah Raya berulang kali—berusaha fokus menyetir. "Kamu bilang nggak makan malam, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stable - Unstable
Любовные романыSatu atau dua kebetulan mungkin masuk akal. Tapi kebetulan kali ini membuat Rayadia Putri terlibat PDKT sat-set setelah mewawancarai designer muda terkenal--Tama Sastrawa. Bukan sosok lelaki dingin, namun tepat batasan. Bukan pula sosok yang cuek, n...