25 - Melangkah Dulu

2K 121 2
                                    

WELCOME BACK!

Kemarin terakhir liat wattpad readers masih di 600-an, tiba-tiba pagi ini DUARRR !! langsung 4 ribuu 😭🫵

timaaciii sedalam-dalamnya buat kalian yang mau baca cerita ini 💖


ENJOY!


-o0o-

"Mana ada aku ngajarin begitu, heh! Dasar! Itu inisiatif brondong, bukan aku!" elak Raya tak terima. Berakhir ia terbahak gemas karena Tama memeluknya kelewat erat.

Di tengah kerumunan pesta peresmian lokal baru Sastrawa.

---

CHAPTER 25 – Melangkah Dulu

Playlist: Gery Gany - Sesaat Kau hadir

---

Pulang Pesta Peresmian – Apartemen Raya | 22.50

Sudah hampir tengah malam ketika Tama dan Raya tiba di apartemen. Pestanya sangat ramai dan melelahkan. Banyak hal terjadi tadi, tapi tidak perlu dibahas. Wajah Tama yang tertekuk sepanjang perjalanan pulang membuat Raya enggan mulai bicara.

Sepupu-sepupu Tama itu... banyak yang menjengkelkan ternyata.

"Ganti baju dulu, Mas," tawar Raya. Ia menyodorkan kaos putih polos yang diambilnya dari mobil Tama sebelum turun. Lelaki itu memang menyimpan segala sesuatu di mobil.

Masih dengan decakan, Tama bergerak menuju kamar mandi luar. Raya sendiri masuk ke kamarnya dan bersih diri. Menghapus make up, mencuci muka, dan berganti baju. Sedikit menyemprotkan parfum demi menghindari bau tidak sedap.

Begitu ia kembali ke ruang tengah, senyumnya terbit melihat Tama yang duduk di sofa masih dengan bibir manyun.

"Nggak usah dipikirin," celetuk Raya.

"Biasanya mereka nggak dateng," sahut Tama kemudian. "Emir sama Daran jarang banget hadir di perayaan besar kayak gini, apalagi di kantor pusat. Maaf ya, Ray, jadinya kamu denger ucapan mereka yang... cih, bener, sih."

"Nggak ada masalah. Kalau aku nggak suka, udah dari tadi aku pergi ninggalin kamu. Jadi stop minta maaf, ya? I'm okay. Kamu jangan mikir aku gampang kepengaruh gitu, dong," hibur Raya.

Dari samping Raya memeluk Tama erat. Mencuri kecupan singkat di pipi kiri lelaki itu.

"Tadi ngobrol apa aja sama Ardan?" tanya Tama. Tangannya meraih pinggang Raya agar naik ke pangkuannya. Punggung lelaki itu bersandar nyaman di sofa, sementara Raya juga bersandar di dadanya.

"Dia nguping kamu ngobrol sama om-tante. Kamu bahas lamaran, sampai nikah. Bener?"

Tama terkekeh ringan, "Iya. Bahas doang, masih lihat-lihat keadaan."

"Nggak nanya aku dulu, gitu?" tanya Raya lagi—makin membenamkan wajah di dada Tama. Ritme jantungnya tenang sekali.

"Saya rencanain apa yang saya bisa. Kurang dan lebihnya nanti kamu tambahin," jawab Tama.

"Ajak aku diskusi dari awal kan, bisa," sambung Raya.

Tangan Tama terulur memainkan ujung rambut gadis dalam dekapannya, "Kamu mau gitu aja?"

Raya mengangguk samar.

"Iya, kalau ada rencana selanjutnya saya langsung kabarin. Maaf kalau ini saya melangkah dulu. Mau saya jelasin apa aja yang udah saya rencanain sama mama-ayah?" tawar Tama.

Stable - UnstableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang