Tak terasa satu bulan telah dilewati dengan baik, enam wanita paruh baya itu sudah pulang dan menyisakan lima pemuda didalam kost-an tersebut. Di ruang tengah, terlihat Jovan yang sedang lesehan dengan karpet motif doraemon sebagai alasnya, Leo yang berbaring di sofa dengan paha Gevin sebagai bantalnya, Melvin yang fokus dengan ponselnya dan Renjana yang bertempur dengan alat gambarnya.
"Semingguan lagi ujian." Celetuk Jovan memecahkan keheningan.
Puk!
"Aw! Apaan sih?." Tanya Jovan seraya mengeluarkan ringisan di kala sebuah penghapus mengenai pelipisnya.
"Ya elo segala ngingetin ujian, goblok!!!." Pekik Renjana selaku pelaku pelemparan penghapus.
"Sabar, Ren. Sabar." Ucap Melvin seraya mengusap punggung Renjana.
"Kesel gue, Bang. Kasihan otak gue, Jov.." Ucap Renjana memelas.
"Ya Tuhan, Bang. Ujian kelulusan gak sesulit ujian hidup." Celetuk Leo selaku peringkat dua paralel di SMP setelah Naka.
"Otak gue gak seencer otak lo." Ucap Renjana datar.
"Makanya belajar, Bang." Celetukan itu keluar dari mulut si bungsu.
"Diem lo manusia kangkung! Gue jitak lo." Kesal Renjana.
"Padahal Adek gue bener loh." Gumam Melvin yang mendapatkan lirikan maut dari laki-laki bertubuh kecil itu.
"Gue males belajar anjir." Gumam Renjana.
"Ya elo mah dari dulu juga gak khusu belajar, Ren." Celetuk Jovan lalu pergi memasuki kamarnya.
"Anjing." Umpat Renjana malas.
"Udah gak papa, sabar ya? Gak papa, Jovan emang bener kok." Ucap Melvin yang langsung mendapatkan pukulan di pahanya.
Dengan sigap Melvin mengusap pahanya yang terasa panas akibat pukulan Renjana tadi, sedangkan pelakunya kembali fokus pada garis sketsa yang ia ciptakan. Leo yang sedari tadi menyimak, tiba-tiba berdiri dan merebut hoodie yang dipakai oleh Gevin.
Si pemilik hoodie hanya bisa pasrah dan melepas hoodienya lalu memberikannya pada Leo.
"Mau kemana?." Tanya Melvin.
"Keluar dulu bentar." Jawab Leo seraya memakai hoodie Gevin.
"Ijin Bang!." Lanjutnya yang mulai melangkah.
"Iya, hati-hati Le!."
"Bang, belajar sono. Gak bisa nyontek kalo sama Bang Melvin." Ucap Gevin yang langsung berlari meninggalkan kedua Abangnya sebelum mendapatkan amukan dari Renjana.
"Tenang, Ren. Sabar, gak boleh emosi." Ucap Melvin seraya mengusap punggung Renjana.
"Astaghfirullahalazim.. Gak minat pinter sumpah, gak minat gue mah!!."
"Iya, Ren. Iya."
"Eh, Bang. Malam ini gue mau tidur di kamarnya NaSa, boleh gak?." Tanya Renjana.
"Nasa?." Beo Melvin.
"Ck! Nana Asa. Gitu aja gak tau." Celetuk Renjana.
"Oh, boleh kok. Kamarnya jangan sampe di kosongin, dan harus selalu rapi juga bersih." Ucap Melvin.
"Siap!."
Dan Renjana pun mulai beranjak dari duduknya.
"Jangan lupa belajar!." Ucap Melvin.
"Ish! Iya iya." Lalu Renjana mulai menaiki tangga dan masuk ke kamarnya. Tinggal lah Melvin seorang di ruang tengah. Laki-laki itu kembali fokus pada ponselnya yang tiba-tiba berdering, dan senyum manis pun terukir di wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home
Teen FictionKatanya.. Orang asing akan menjadi keluarga, dan keluarga akan menjadi asing. Itu ternyata memang bener adanya. Kami adalah 7 mimpi yang berusaha untuk bangkit dan berdiri di kaki kami sendiri. Dibawah derasnya air hujan, kami tertawa guna menutupi...