Setelah pulang sekolah, Melvin dkk juga Geisha tidak langsung pulang ke rumah, melainkan memilih untuk berkunjung terlebih dahulu ke rumah Harsa dan Naka. Sebelum ketempat itu, Renjana menyempatkan diri untuk membeli bunga lavender kesukaan Harsa dan bunga tulip kesukaan Naka.
Di tataplah dua gundukan tanah yang bersebelahan itu dengan sendu dan senyum getir yang terukir di sana. Mereka berjongkok tepat ditengah-tengah dua gundukan itu, lalu Renjana menaruh bunga yang ia beli tersebut tepat di depan batu nisan yang tertulis nama indah penuh kenangan dan selalu mereka rindukan.
Mereka berdoa dengan kepercayaan masing-masing, lalu kembali menatap dua gundukan tersebut.
"Hai, Sa. Gimana di sana? Lo baik-baik aja kan? Udah ketemu sama Nana? Lo pasti kangen banget kan sama Nana, sampai lo bawa dia pergi jauh dari kita? Kalian emang gak bisa di pisahin, ya? Gue jadi iri deh." Tanya Renjana dengan sendu.
"Gue kangen sama lo, dan gue gak bakal bosen buat bilang gitu. Setelah kepergian lo, kost-an gak secerah dulu dan gue gak suka keadaan yang kayak gitu. Gue selalu berharap, lo selalu bahagia dan berada ditempat yang selayaknya sama Nana di sana. Gue sayang banget sama lo dan Nana, dan akan selamanya kayak gitu." Ucap Jovan seraya mengusap batu nisan itu.
"Untuk kesekian kalinya, gue ngerasa gagal jadi Abang buat kalian. Gue emang gak pantes buat dipanggil Abang. Maaf, gue jarang perhatiin kalian, sampe gue gak tau apa-apa soal penyakit Nana saking jarang perhatiannya gue sama kalian. Sekarang udah gak sakit lagi kan? Jaga Nana baik-baik di sana ya? Nanti kita ketemu lagi, istirahat yang baik Adek-adek gue. Kalian hebat." Sambung Melvin.
"Abang.. Gue mau ngadu! Si Gevin makin kesini makin nyebelin loh, Bang. Kesel gue! Untung sayang. Abang, Leo kangen sama Abang. Abang kangen gak sama Leo? Abang Nana, makasih karena selalu bantuin Leo kalo lagi susah ngerjain PR. Sekarang Leo udah bisa kok, Abang tenang aja, ada Abang-abang yang lain yang bantuin Leo. Walaupun misuh-misuh sih, tapi gak papa, Leo tetep sayang kok. Abang Asa, makasih karena selalu ajarin Leo banyak hal yang sebelumnya Leo gak tau hal-hal itu. Makasih karena selalu jadi matahari diantara hujan, tapi sekarang hanya tersisa bulan yang sudah kehilangan bintangnya. Terimakasih buat kalian, see you anak hebat." Lanjut Leo.
"Ekhem! Gue gak tau harus ngomongin apa, yang jelas gue kangen diomelin sama Abang Nana, dan ditegur sama Abang Asa. Andai gue bisa mengulang waktu, gue gak bakal sia-siain kalian di kehidupan gue. Bang Asa bilang, kalo Abang akan terus bareng-bareng sama kita sampe jadi buyut nanti. Dan Bang Nana bilang, kalo Abang gak bakal pernah ninggalin gue sampe jadi buyut nanti. Tapi kalian malah pergi duluan, mau bilang ingkar janji, tapi ini takdir. Istirahat yang tenang orang baik." Ucap Gevin lalu mengecup kedua nisan tersebut.
"Ayo semangat! Jangan sedih terus, katanya mau lihat Naka sama Harsa bahagia tapi kaliannya sedih kayak gini, gimana caranya mereka bisa bahagia diatas kesedihan kalian? Ayo bangun, dan melakukan keseharian seperti biasa! Penuh canda tawa dan kebahagiaan, itu baru Merjasakalevin." Ucap Geisha menyemangati.
"Makasih, Sha." Ucap Melvin tersenyum.
"Maaf, nak Ren ya?." Tanya seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba ada diantara mereka.
"Iya, maaf siapa ya?." Tanya Renjana dengan sopan.
"Ini Ibu Mira, yang waktu itu di rumah sakit. Ingat gak?." Tanyanya.
Tampaknya Renjana sedang berpikir saat ini.
"Oh! Iya, Ibu Mira yang anaknya sakit itu kan?." Rupanya Renjana mengingat Ibu itu.
"Iya, benar sekali! Tapi sekarang anak saya sudah sehat kok." Jawabnya.
"Ah, syukurlah." Ucap Renjana tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home
Teen FictionKatanya.. Orang asing akan menjadi keluarga, dan keluarga akan menjadi asing. Itu ternyata memang bener adanya. Kami adalah 7 mimpi yang berusaha untuk bangkit dan berdiri di kaki kami sendiri. Dibawah derasnya air hujan, kami tertawa guna menutupi...