40. Petuah Sang Wanita Leluhur

25.7K 1.8K 211
                                    

Jam 10 belum malam-malam banget 'kan?🙈

Maaf banget gak di jam biasa, tadi habis nulis Bara Renata soalnya🤭

Maklumi ya, sedikit sibuk pegang banyak cerita🤧

Sebelum baca boleh vote dn kasih semangatnya?

Maaf kalau semisal komen kalian gak Ka Neo balas ya, soalnya kadang buka Wp cuman buat up aja, tapi komen kalian di baca kok dan selalu buat Ka Neo ikut seneng.

Cara kalian komen di setiap Part dengan kayak bisa masuk dalam ceritanya, itu buat Ka Neo ngerasa berhasil buat cerita, makasih banget ya🫶

Makasih udh kasih waktu buat komen, komenan kalian makanan Ka Neo buat tetep nulis❤

Okey dari pada kalian bosen ocehan Ka Neo, silahkan baca, enjoy ya🫶

Semoga suka❤

Selamat Menikmati🪶

oOo

Kesehatan Gayatri sangat memburuk, bahkan sempat pingsan dan tidak sama sekali mau makan, selepas penemuan bangkai itu banyak yang berubah, Gayatri jadi gampang ketakutan.

Acara 4 bulanannya memang masih di berlangsungkan saat itu tapi tidak dengan kehadiran Gayatri, terlalu lemas dan rasanya tidak mungkin untuk keluar rumah ketika untuk berdiri saja tubuhnya tidak kuat, jadi pilihan terbaik adalah menyuruh Gayatri untuk istirahat dengan rasa syoknya yang besar.

"Nimas." Wanita yang wajahnya pucat itu hanya bisa menoleh sesaat, lalu kembali menatap kosong ke arah atas seperti tidak bisa memikirkan apapun dalam kepalanya, Ndoro Harsya menghela nafas melihatnya, sudah berulang kali dirinya melihat sang garwa yang seperti ini.

Dan rasanya sangat tidak nyaman, hatinya merasa sakit, sungguh.

Apalagi melihat bagaimana perut besar itu yang bergerak mengikuti setiap nafas yang berhembus, demi apapun Ndoro Harsya merasa sangat khawatir.

Banyak ketakutan yang datang dalam kepalanya membuat perasaannya sangat tidak nyaman, tentang andai kata kalau terus begini dirinya akan kehilangan, sialan dia tidak ingin begitu.

"Nimas, kamu belum sarapan, sarapan dulu ya ayo? Saya suapkan, mau?" Suara milik Ndoro Harsya tidak pernah gagal untuk terdengar halus ditelinga, selalu bisa membuat tenang dan nyaman, tapi Gayatri seperti tidak punya perasaan apapun untuk merasakan rasa tersipu seperti biasa.

Wanita yang sedang hamil itu terus berbaring dengan pandangan yang kosong, sangat tidak punya gairah apapun.

"Nimas, tolong jangan begini, kasian anak kita di dalam perut kamu, lihat saya." Tangan besar lelaki itu mengarahkan wajah sang garwa pada wajah seriusnya namun masih terlihat lembut. "Ada saya, apa yang perlu kamu takutkan? Masalah kemarin jangan di pikirkan, anggap itu hanya sebuah kebetulan yang tidak ada artinya, memang ada apa? Hewan mati itu sudah hal wajar, jangan dibawa serius saya mohon, jangan terus seperti ini, ingat ada kehidupan lain di dalam perut kamu."

Tangan besar Ndoro Harsya menangkup perut besar sang garwa, mengelus di sana dengan lembut membuat tangan Gayatri ikut berada di atas perutnya, lalu matanya ikut berkaca-kaca sambil menatap mata sang Ndoro, tangan yang lain meremas tangan Ndoro Harsya, menunjukkan perasaannya yang begitu ketakutan akan sesuatu.

"Aku takut Kangmas, aku takut." Suara serak dan bergetar milik Gayatri terdengar, bahkan air mata wanita itu sudah turun membasahi wajahnya.

"Apa yang kamu takutkan?" Tangan Ndoro Harsya yang lain membalas menggenggam tangan Gayatri, satunya lagi mengelus perut besar itu dengan sayang dan lembut, menunjukkan dirinya kalau ada di dekat wanita itu, tidak perlu takut.

Ini Gayatri, Istri Kangmas [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang