34

188 22 2
                                    

Pada pukul delapan keesokan malamnya, Lisa meninggalkan wanita tua itu tidur dengan lelap lalu turun ke ruang duduk biru alih-alih kembali bersedih di kamarnya sendiri. Berusaha menghalau perasaan kehilangan, ia mengambil sebuah buku.

Di ambang pintu, Will berdeham untuk mengumumkan kedatangan seorang tamu, "His Grace...."

Pekik gembira keluar dari bibir Lisa ketika bangkit berdiri dan bergegas maju. Will melangkah ke samping, Yugyeom muncul di ambang pintu, dan langkah Lisa langsung terhenti. Yugyeom Kim berjalan menuju ke arahnya. Yugyeom yang menggantikan posisi Mingyu Kim sebagai kepala keluarga Kim.

Amarah yang tak masuk akal dan tak terkendali bergelora di dada Lisa karena pria itu begitu lancang memakai gelar Mingyu padahal Mingyu belum lama meninggal. Yugyeom Kim mendapat keuntungan dari tragedi ini, pikir Lisa, dan dia mungkin bergembira.

Yugyeom serta merta berhenti melangkah dan menatap amarah di wajah pucat Lisa. "Kau keliru, Lisa." ujarnya tenang. "Aku saat ini bersedia memberikan apa pun agar dapat melihat dia berjalan masuk ke ruangan ini. Kalau aku tahu Will akan mengumumkan kedatanganku seperti itu, aku akan memintanya untuk tidak melakukan itu."

Amarah Lisa dengan cepat mereda mendengar ketulusan dalam suara tenang itu serta kesedihannya yang terpancar dari matanya. Karena ia terlalu jujur untuk menyangkal apa yang ada dalam pikirannya, ia berkata, "Tolong maafkan saya, Your Grace."

"Yugyeom," ralat pria itu, mengulurkan tangannya ke arah Lisa sebagai tanda perkenalan dan persahabatan.

"Apa kabar nenekku?"

"Dia sedang tidur, tapi waktu tidurnya semakin normal setiap hari."

"Kata Will kau amat berjasa karena telah menghibur dan memberinya dukungan. Aku berterima kasih padamu untuk itu."

"Dia sangat tegar, dan bisa menjaga dirinya sendiri."

"Dan kau?" tanya pria itu sambil berjalan ke meja di sisi ruangan lalu menuang anggur ke gelas. "Apakah kau menjaga dirimu sendiri? Kau tampak payah."

Sepercik sifat jahil berkelebat di mata Lisa, "Ingatanmu sangat pendek, Your Grace. Wajahku tidak pernah lebih dari biasa-biasa saja."

"Yugyeom." pria itu berkeras lalu duduk di hadapan Lisa sambil menatap api yang berderak-derak.

"Nenekmu tidak ingin menetap di London dan terpaksa menerima ratusan tamu yang ingin mengucapkan bela sungkawa," kata Lisa setelah beberapa menit. "Dia lebih suka mengadakan upacara pemakaman sederhana lalu setelah itu berangkat ke Rosemeade."

Yugyeom menggelengkan kepala mendengar kata Rosemeade. "Ku rasa sebaiknya dia tidak mengurung diri sendirian di Rosemeade, tapi aku tidak bisa tinggal di sana lebih dari sepuluh hari. Rumah ini adalah estat yang sangat besar, yang memiliki ribuan pelayan dan penyewa yang semuanya membutuhkan arahan dan dukungan jika mereka mendengar berita meninggalnya Mingyu. Aku terpaksa meninggalkan pekerjaanku dalam mempelajari bagaimana mengelola investasi Mingyu dan membiasakan diri mengelola semua estat dan bisnisnya. Aku amat suka kalau nenekku mau menemaniku di London dan tinggal di sana lebih lama."

"Itu akan jauh lebih baik baginya," Lisa sependapat. Agar Yugyeom tidak mencemaskannya, Lisa memberitahu pria itu bahwa ia bermaksud pulang ke rumah setelah upacara pemakaman. "Ibuku berencana akan bepergian dan bersenang-senang setelah pesta pernikahanku," ia menjelaskan. "Dia sudah berjanji akan menulis surat dan memberitahuku dimana dia berada, jadi kalau kau menerima surat darinya tolong kirimkan ke rumahku, aku akan menulis surat kepadanya dan memberitahu bahwa suamiku..." ia berusaha mengatakan 'meninggal' tapi tak bisa. Ia tak bisa percaya tampan dan sehat yang menikahinya sudah tiada.

***

Sambil memasang ekspresi cemberut dan Will membuntuti di belakangnya, sang nenek berjalan perlahan memasuki ruang duduk keesokan paginya, di sana Yugyeom sedang membaca surat kabar dan Lisa duduk di sebrangnya, termenung menatap kejauhan.

Something Wonderful (GYULIS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang