12

311 38 5
                                    

Meski pun demikian, perayu ulung dan playboy gadungan tidak asing lagi bagi Nyonya Bruschweiler, yang pernah menjadi korban dari rayuan gombal seperti itu ketika dirinya nyaris seumur dengan Lisa. Seperti juga Kim Mingyu, suaminya amat sangat tampan, dengan perilaku tanpa cela, pakaian indah, sama sekali tanpa cacat.

Itulah sebabnya ketika Lisa bangun tidur esok paginya ia melihat ibunya menghambur masuk ke kamarnya, dengan suara bergetar karena marah. "Lisa, bangun sekarang juga!"

Lisa menggeliat duduk lalu menyibakkan rambut indahnya supaya tidak menutupi mata. "Ada yang tidak beres?"

"Mari ku beri tahu apa yang tidak beres," tukas ibunya, dan Lisa terkejut melihat amarah yang berkobar dalam diri ibunya. "Pagi ini kita kedatangan tamu, dimulai dari istri pemilik penginapan, yang memberi tahu aku bahwa kau berbagi kamar tidur dengan perayu rendahan tadi malam, yang bisanya hanya merayu gadis lugu. Dua tamu yang berikutnya adalah orang-orang yang ingin tahu. Tamu ke empat," tanpa tedeng aling-aling ia berkata dengan suara bergetar karena penuh amarah dan sedih, "adalah sang tuan tanah, yang ingin mengatakan bahwa dikarenakan perilakumu yang mencurigakan tadi malam, pakaianmu yang nyaris terbuka, dan perilakumu yang tidak sopan serta tak berperasaan, dia sekarang menganggapmu sama sekali tidak pantas menjadi istri putranya ataupun istri pria terhormat mana pun."

Ketika dilihatnya Lisa hanya menatapnya dengan pandangan lega, Nyonya Bruschweiler kehilangan kendali. Ia mencengkeram bahu Lisa dan mengguncang-guncangnya. "Tahukah kau apa yang telah kau lakukan?" pekiknya. "Tahukah kau?" Kalau begitu biar aku beri tahu, kau telah amat sangat mempermalukan dirimu sendiri. Gosip telah menyebar kemana-mana, dan orang-orang membicarakanmu seakan-akan kau wanita murahan. Kau terlihat dibawa masuk ke penginapan dengan pakaian nyaris telanjang dan kau berada di dalam kamar tidur hanya berdua dengan seorang pria. Kau digendong keluar dari penginapan yang sama setengah jam kemudian oleh pria yang sama. Tahukah kau apa yang ada dalam pikiran semua orang?"

"Bahwa aku capek dan butuh istirahat?" Lisa memberi usulan logis, lebih mengkhawatirkan wajah pucat ibunya daripada kata-katanya.

"Dasar bodoh! Kau lebih bodoh dari pada diriku dulu. Sekarang tidak ada pria baik-baik yang mau menikahimu."

"Mama," ucap Lisa dengan  nada tenang, dan tegas, berusaha membalik peran mereka seperti biasa dilakukannya selama tiga tahun terakhir ini, "tenangkan dirimu."

"Jangan pernah menggunakan nada suara seperti itu kepadaku, Nona!" hardik ibunya, wajahnya hanya terpaut beberapa sentimeter dari wajah Lisa. "Apakah pria itu menyentuhmu?"

Lisa yang semakin cemas melihat kepanikan ibunya, berkata apa adanya, "Kau kan tahu dia sudah menyentuhku. Kau melihatnya menggendongku masuk ke sini dan,"

"Bukan seperti itu!" pekik Nyonya Bruschweiler, tubuhnya benar-benar bergetar karena marah. "Apakah dia meletakkan tangannya di tubuhmu? Apakah ia menciummu? jawab, Lisa!"

Lisa sebenarnya hendak mengabaikan prinsip-prinsip yang telah ditanamkan kakeknya, tapi sebelum ia sempat membuka mulut untuk berbohong, ibunya sudah melihat rona bersalah di pipinya.

"Dia melakukannya, ya kan!" pekik wanita itu. "Jawabannya tertera jelas di seluruh wajahmu." Nyonya Bruschweiler mundur dan berdiri tegak, dengan panik berjalan mondar-mandir di depan tempat tidur Lisa. Lisa pernah mendengar ada wanita yang sedemikian marah hingga menjambal rambutnya sendiri, dan ibunya nyaris melakukan hal yang sama.

Ia lekas-lekas turun dari tempat tidur, merentangkan tangannya ke depan agar ibunya berhenti berjalan mondar-mandir. "Mama, ku mohon jangan membuat dirimu sedih. Kumohon, jangan. Aku dan sang bangsawan tidak melakukan hal-hal yang tercela."

Ibunya nyaris menggertakkan gigi karena murka. "Kau mungkin tidak tahu bahwa yang kau perbuat adalah salah, tapi pria brengsek rendahan, tukang tipu itu tahu. Dia tahu. Dia melenggang masuk ke sini dengan kurang ajar, karena tahu kau terlalu lugu untuk memahami apa yang telah dia lakukan. Ya Tuhan, betapa bencinya aku pada kaum pria!"

Tanpa aba-aba, ia menarik Lisa ke dalam pelukannya. "Aku sekarang bukan gadis buta dan bodoh seperti dulu. Aku membiarkan ayahmu mempergunakan kita untuk bersenang-senang lalu mencampakkan kita, tapi aku tidak akan membiarkan pria Kim itu melakukan hal yang sama terhadap kita. Dia telah membuatmu tercemar, dan aku akan membuat dia menebusnya, kau lihat saja nanti. Aku akan memaksanya melakukan apa yang seharusnya dia lakukan."

"Mama, please!" Lisa terpana, berusaha melepaskan diri dari pelukan ibunya yang menyesakkan napas. "Dia tidak melakukan hal yang salah, tidak benar-benar salah. Dia hanya menyentuh rusukku, mencari kalau-kalau ada tulang yang patah, dan mengucapkan selamat tinggal dengan mengecup dahiku! Itu tidak mungkin tercela."

"Dia telah menghancurkan reputasimu dengan membawamu ke penginapan umum. Dia telah merusak kesempatanmu untuk menikah baik-baik. Sekarang tak kan ada pria yang ingin menikahimu. Mulai hari ini, kemana pun kau pergi di desa ini, skandal akan terus mengikutimu. Untuk itu dia harus membayar, dengan mahal. Ketika dia kembali ke penginapan tadi malam, dia memberitahu dokter arah tujuannya kepada dokter. Kita harus menyusulnya dan menuntut keadilan."

"Tidak?" tukas Lisa, tapi ibunya terlalu tuli untuk mendengar apa pun selain kata hatinya sendiri yang terus-menerus berteriak menuntut pembalasan selama tiga tahun ini.

"Aku yakin dia memperkirakan kita akan datang," lanjut ibunya dengan getir, tak memperdulikan permohonan Lisa, "karena kita sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi tadi malam."

"Mama, tak bisakah kau mendengarku?" Lisa nampak frustasi dengan betapa keras kepala ibunya. Ia mengerang pasrah, tidak tahu apa yang harus ia perbuat untuk mencegah ibunya melakukan apa pun yang sedang ia pikirkan.

Lisa akan sangat merasa bersalah kepada Mingyu jika ia harus disalahkan untuk sesuatu hal yang tidak dia perbuat. Semuanya hanya bermula dari pikiran orang-orang yang salah memberikan penilaian atas dasar pikiran picik mereka sendiri. Dan trauma masa lalu ibunya yang menyakitkan membuat segala sesuatunya menjadi lebih dramatis. Kini Lisa benar-benar merasa pening atas masalah pelik yang terjadi hanya dalam semalam.

Terlihat wajah pucat Nyonya Bruschweiler yang pucat kini dipenuhi dengan kilatan emosi yang tak terbendung. Kepanikan masih tercetak jelas di matanya. Melihat nyalang kepada putri semata wayangnya.

"Kau tenang saja, ibu yang akan mengurus semua ini. Dan ibu harap kau tidak menambah kekacauan ini." Nyonya Bruschweiler segera memotong apa yang ingin Lisa ucapan, ia segera berucap, "Ibu harap kau tak kemana-mana hingga Ibu membereskan kekacauan yang telah kau perbuat!" ultimatum sang Ibu tanpa menerima penolakan yang sudah siap Lisa lontarkan. Ia pun segera keluar dari kamar Lisa. Meninggalkan Lisa dengan perasaan kacau. Bagaimana caranya meluruskan kesalah pahaman ini? Lisa mendesah frustasi di kamarnya yang lembab.

Something Wonderful (GYULIS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang