76

215 28 3
                                    

Keesokan paginya setelah menerima sekeranjang manisan yang disiapkan juru masak untuknya, Lisa naik ke kereta bertekad akan mengunjungi Yugyeom dan dengan nekat tidak mematuhi perintah Mingyu. Ia berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa ia tidak jatuh cinta kepada Mingyu, bahwa dirinya hanya penasaran ingin mengetahui tentang orang tua Mingyu, namun batinnya tahu bahwa itu tidak sepenuhnya benar. Ia nyaris akan menyerahkan hatinya kepada pria itu dan berusaha keras memahami pria menarik dan misterius yang menikahinya ini. Yugyeom sekarang adalah satu-satunya orang tempat ia bisa meminta pertolongan, yang mungkin bisa memberi jawaban atas segala pertanyaannya.

Setelah memberi tahu Olsen, sang pengurus kuda, yang ditunjuk Mingyu untuk melayaninya, bahwa ia butuh ditemani pria itu untuk mengunjungi keluarga yang menyewa pondok di ujung jalan, Lisa siap berangkat menuju pondok mungil keluarga itu. Ketika ia sudah menyelesaikan kunjungan singkatnya, ia pergi dan membelokkan kudanya menuju rumah Yugyeom. Sama sekali melupakan Olsen, yang membuntutinya dengan waspada dan selalu sebisa mungkin berjalan di bawah lindungan pepohonan, ia mengerahkan kudanya untuk berderap di sepanjang jalan pedesaan.

"Lisa!" seru Yugyeom sambil menyeringai dan mengukurkan tangannya ketika berjalan keluar rumah dan menuruni undakan pendek menuju jalan masuk sempit yang dipagari pepohonan. "Dari surat yang dikirim Mingyu tadi pagi kupikir dia ingin menyimpanmu untuk dirinya sendiri selama beberapa minggu."

"Dia tidak tahu aku datang ke sini," jawab Lisa sambil memeluk Yugyeom dengan hangat. "Maukah kau bersumpah akan merahasiakan ini?"

"Tentu saja. Kau bisa memegang kata-kataku," Yugyeom berjanji sambil tersenyum tulus. "Ayo masuk temui ibuku dan Bammie, mereka pasti senang sekali berjumpa denganmu. Mereka tidak akan memberitahu siapa pun tentang kunjunganmu ini," ulangnya lagi ketika dilihatnya Lisa ragu-ragu.

"Setelah aku menemui mereka," ujar Lisa cepat-cepat, "bisakah kita berjalan-jalan di luar? Ada sesuatu yang ingin ku tanyakan padamu."

"Tentu saja bisa," Yugyeom dengan segera setuju.

Sambil menyelipkan tangannya di lekuk lengan Yugyeom, Lisa berjalan ke pintu depan yang terbuka. "Kurasa kau meninggalkan London karena gosip yang beredar tentang kita," ujarnya dengan nada meminta maaf.

"Sebagian memang benar, juga aku amat sangat ingin tahu bagaimana kabarmu. Lalu ada satu alasan lagi," aku Yugyeom sambil tersenyum lucu. "Park Jihyo mengirim surat ingin bertemu denganku kemarin di London."

Nama wanita yang pernah disukai Yugyeom itu segera menarik perhatian Lisa. "Dan apakah dia datang menemuimu?" tanya Lisa tak sabar, sambil memperhatikan wajah Yugyeom yang tampan.

"Ya,"

"Apa yang kau katakan kepadanya? Apa yang dilakukannya?" tanya Lisa bertubi-tubi.

"Dia ingin menjadi istriku," Yugyeom mengakui dengan geli.

Lisa tertawa gembira, "Dan?"

"Dan aku sedang pikir-pikir lagi," canda Yugyeom. "Tidak, sungguh, dia akan datang berkunjung minggu depan. Aku ingin dia melihat langsung apa saja yang dapat ku tawarkan padanya, khususnya melihat tempat tinggal dan keluargaku. Aku sekarang bukan lagi pemegang Kim Group, kau tahu bukan? Ketika aku masih menjadi kepala keluarga, aku tidak percaya kalau dia menginginkanku karena alasan lain. Sekarang aku tahu dia memang menginginkanku, dan aku tidak punya banyak hal yang dapat ku tawarkan. Walaupun begitu, jangan bilang-bilang pada ibuku ya. Aku ingin memberitahu kabar kedatangan Jihyo ini pelan-pelan kepadanya. Ibuku tidak terlalu menyukainya karena apa yang terjadi dulu, sebelum ini."

Lisa langsung setuju lalu mereka masuk ke rumah.

"Sayangku, senang sekali bertemu denganmu." seru ibu Yugyeom dengan suaranya yang lembut dan ramah ketika Yugyeom menemani ke ruang tamu hangat yang cerah tempat sang Lady duduk ditemani Bammie, adik Yugyeom. "Mingyu tersayang sungguh-sungguh mengejutkan kami, kembali dari kematian seperti itu."

Something Wonderful (GYULIS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang