86

186 23 6
                                    

Anehnya, yang terpikir oleh Mingyu pertama kali adalah ia telah salah menilai Seungcheol. Tidak seperti pendapatnya yang pertama tentang detektif itu, sekarang ia cenderung merasa Seungcheol benar-benar memegang komitmen untuk menjaga nyawa orang yang dilayaninya, dan bukan hanya mencari keuntungan. Lalu ia teringat bahwa ada seseorang di dalam rumah ini yang berusaha meracuninya, pikiran itu begitu mengerikan sehingga ia nyaris tidak percaya. "Apa yang membuatmu berpikir peristiwa mengerikan itu sebenarnya bertujuan untuk membunuhku?" ia bertanya dengan marah.

"Saya akan menjelaskan sesingkat mungkin, racun itu ditaruh di dalam botol anggur yang disediakan khusus untuk Anda, yang merupakan barang-barang yang disiapkan untuk bekal piknik. Setelah Anda kembali, keranjang piknik itu dibersihkan di sini oleh seorang pelayan dapur yang bernama Jena. Will pada saat itu juga berada di dapur, dan dia melihat ada beberapa helai rumput menempel di karaf anggur tersebut. Will memeriksa karaf itu, karena takut ada rumput atau kotoran lain masuk ke dalamnya, lalu ia memutuskan anggur itu tidak layak lagi Anda konsumsi. Saya menyimpulkan," imbuh Seungcheol, sedikit melenceng dari topik, "di estat ini Anda menerapkan kebiasaan yang dilaksanakan oleh kebanyakan bangsawan yang menegaskan bahwa anggur yang sudah dituang namun belum diminum saat makan menjadi milik kepala pelayan, atau boleh diberikan kepada orang lain kalau dia mau?"

"Ya, benar," Mingyu mengiyakan, ekspresinya datar, waspada, ketika ia menunggu detektif itu melanjutkan.

Seungcheol mengangguk. "Mereka juga mengatakan demikian, tapi saya ingin memastikannya dulu. Sehubungan dengan kebiasaan itu, anggur yang belum diminum tadi menjadi milik Will. Karena dia tidak suka dengan anggur istimewa itu, dia memberikannya kepada Moon, si pelayan, untuk merayakan kelahiran cucunya. Moon membawa anggur itu ke kamarnya pada pukul empat sore. Pukul tujuh malam dia ditemukan telah meninggal, mayatnya masih hangat, anggur itu berada di sebelahnya."

"Pelayan dapur mengatakan kepada saya bahwa Moon sendiri yang membuka botol anggur itu tadi pagi, mencicipinya untuk memastikan anggur itu masih baik, lalu menuangkannya ke karaf anggur, dan menaruhnya di keranjang. Moon-lah yang membawa keranjang piknik berisi anggur ke kereta Anda siang tadi. Will berkata kepada saya Anda sedang buru-buru pergi dan mengikuti Moon ke kereta satu atau dua menit kemudian. Apakah itu benar?"

"Ada seorang pengurus kuda memegangi kudaku. Aku tidak melihat ada pelayan."

"Pengurus kuda itu tidak menaruh racun di dalam anggur," kata Seungcheol yakin, "Dia anak buah saya. Saya menganggap Will mungkin saja pelakunya, tapi..."

"Will?!" sergah Mingyu, gagasan itu sungguh tak masuk akal sehingga ia nyaris tertawa.

"Ya, tapi Will tidak melakukannya," Seungcheol meyakinkan, salah mengartikan kecurigaan Mingyu. "Will tak punya motif. Selain itu, dia tak punya nyali untuk melakukan pembunuhan. Pria itu sangat histeris melihat kematian Moon, dia meremas-remas tangannya sendiri dan reaksinya lebih parah adri pada si pelayan dapur. Kami terpaksa memberikan garam harsthorn di bawah hidungnya."

Dalam situasi lain, Mingyu pasti sudah tertawa membayangkan kepala pelayan yang biasanya kaku dan berwibawa itu menjadi histeris, tapi pada saat ini sama sekali tak tampak sinar geli pada mata kelabunya yang dingin itu. "Lanjutkan."

"Moon jugalah yang menurunkan barang-barang dari kereta dan membawa keranjang itu ke dapur. Dengan demikian Moon adalah satu-satunya orang yang memegang karaf anggur beserta isinya baik sebelum maupun setelah piknik. Sepertinya, bukan dia yang membubuhkan racun. Jena, si pelayan dapur, meyakinkan saya tidak ada orang lagi yang menyentuh karaf anggur itu."

"Lalu kapan racun itu dimasukkan ke dalam karaf anggur?" selidik Mingyu, sama sekali tak punya firasat bahwa dunianya sebentar lagi akan runtuh di bawah kakinya.

"Karena kami telah mencoret kemungkinan bahwa racun itu dimasukkan sebelum atau setelah piknik," ujar Seungcheol lamat-lamat, "jawaban yang paling masuk akal adalah racun itu dimasukkan ke dalam karaf pada waktu piknik."

"Omong kosong!" sergah Mingyu. "Saat itu hanya ada dua orang, aku dan istriku."

Seungcheol dengan  halus mengalihkan tatapannya dari wajah sang tuan dan berkata, "Tepat sekali. Dan karena Anda tidak melakukannya, kemungkinan yang tinggal adalah.... Istri Anda."

Mingyu seketika bereaksi dengan marah. Tangannya menggebrak meja dengan kekuatan penuh, pada saat yang sama ia bangkit berdiri, seluruh tubuhnya yang perkasa bergetar karena marah. "Keluar!" ancamnya dengan napas memburu, "dan bawa semua anak buahmu yang tolol itu. Kalau kau tidak keluar dari rumahku dalam waktu lima belas menit, aku sendiri yang akan melempar kalian keluar. Dan kalau aku sampai mendengar kau menyebarkan tuduhan tak berdasar terhadap istriku ini kepada siapa pun, kau akan kubunuh dengan tanganku sendiri, jadi demi Tuhan, tolong aku!"

Seungcheol perlahan-lahan berdiri, tapi dia belum selesai. Di lain pihak, ia tidak bodoh dengan tetap berada di dekat bos yang marah. Sambil melangkah jauh-jauh ke belakang. Ia dengan sedih berkata, "Saya dengan menyesal mengatakan itu bukan tuduhan tak berdasar."

Perasaan takut yang tak dapat dijelaskan melanda Mingyu, berdentam-dentam di kepalanya, hatinya menjerit ketika teringat Lisa memegang karaf anggur waktu kembali dari pinggir sungai. "Apakah kau ingin minum sedikit anggur? Ini anggur khusus yang biasa kau minum." kenangnya atas ucapan Lisa terhadapnya siang tadi.

"Istri Anda diam-diam mengunjungi sepupu Anda lagi tadi pagi."

Mingyu menggeleng seakan-akan ingin membantah apa yang sebenarnya selama ini dicurigai oleh otaknya, sementara rasa pilu, terkejut, dan marah merobek setiap urat saraf dalam tubuhnya.

Dengan tepat mengartikan isyarat menyerah itu, Seungcheol perlahan berkata, "Istri dan sepupu Anda bertunangan saat Anda kembali. Tidakkah janggal bagi Anda betapa mudahnya sepupu Anda mengembalikan istri Anda?"

Mingyu perlahan-lahan menoleh lalu menatap Seungcheol, mata kelabunya yang murka dan pilu tampak begitu dingin bagai es. Ia tak berkata apa-apa. Tak mampu berkata apa pun, Mingyu berjalan menuju meja ke tempat karaf wiski yang berada di atas nampan perak. Ia menarik penutup karaf itu kemudian mengisi sebuah gelas penuh-penuh. Wiski itu diminum dalam dua teguk.

Di belakangnya, Seungcheol berkata lembut, "Maukah Anda mengizinkan saya memberitahu Anda apa yang saya percayai dan sebabnya?"

Mingyu menelengkan kepala sedikit, tapi tidak menoleh.

"Selalu ada motif sebelum melakukan pembunuhan, dan dalam hal ini keuntungan pribadi adalah yang paling mungkin. Karena sepupu Anda, Lord Yugyeom, yang paling diuntungkan dari kematian Anda, dia tentunya akan menjadi orang yang paling dicurigai, meskipun tanpa bukti tambahan yang memberatkannya."

"Bukti apa?"

"Saya akan sampai di sana sebentar lagi. Tapi pertama-tama, izinkan saya berkata bahwa saya percaya penjahat yang mencegat Anda di dekat Morsham setahun yang lalu bukan ingin merampok uang Anda, ataupun secara tak sengaja menjadikan Anda sebagai korban mereka. Itu adalah percobaan pembunuhan yang pertama. Percobaan yang kedua, tentu saja, dilakukan tak lama setelahnya ketika Anda diculik di dermaga. Sampai saat itu, alasan Lord Yugyeom ingin menyingkirkan Anda mungkin untuk merebut gelar dan bisnis Anda. Namun, sekarang dia memiliki alasan tambahan."

Seungcheol berhenti sebentar, menunggu, tapi Mingyu Kim tetap diam. Ia berdiri memunggungi si detektif, bahunya yang lebar tampak tegang. "Alasan tambahannya adalah, tentu saja, ingin mendapatkan istri Anda, yang ingin dinikahinya dan sampai sekarang masih kerap ditemuinya secara diam-diam. Karena wanita itu yang mendatanginya, saya rasa lebih baik kita berasumsi wanita itu juga ingin menikah dengannya, sesuatu yang tak dapat dilakukannya selama Anda masih hidup. Dan itu berarti Lord Yugyeom sekarang punya kaki tangan.... Istri Anda."

Something Wonderful (GYULIS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang