77

145 22 1
                                    

Lisa yang sedang merenung, memacu keretanya melewati pelayan yang berlari keluar dari rumah untuk mengambil alih tali kekang, lalu terus ke istal yang terletak di belakang dan agak di samping rumah besar itu. Pemaparan Yugyeom mengenai masa kecil Mingyu berputar-putar dalam benaknya, menusuk hatinya, dan memenuhinya dengan rasa sayang. Sekarang ia mengerti banyak hal tentang Mingyu, yang selama ini membuatnya bingung, marah dan sakit hati, termasuk perubahan sifat pria itu sejak mereka tiba di rumah orang tuanya ini. Padahal waktu masih kecil ia mengira kebahagiaan itu adalah bila mempunyai orang tua yang tinggal dalam satu rumah. Ternyata kakekku benar lagi, pikir Lisa, karena pria tua itu berulang kali berkata semua orang tidak seperti yang terlihat dari luar.

Ia begitu larut dalam lamunannya sehingga ia tak menyapa Smarth ketika menghentikan keretanya di istal dan pria itu bergegas datang untuk membantunya turun dari kereta. Ia hanya melihat pria tua itu, sekaan-akan pria itu tidak adam lalu membalikkan badan dan berjalan ke rumah.

Smarth mengira Lisa tidak mengacuhkannya karena ia telah merusak kepercayaan dan kasih sayang wanita itu dengan tidak mau membicarakan tentang tuannya kepada Lisa. Seolah tidak mempercayai Lisa untuk ikut menyimpan sisi kelam dari keluarga Kim itu. "My Lady," panggil Smarth, tampak terluka dan tersinggung, serta cemas.

Lisa membalikkan badan untuk melihat Smarth, tapi benaknya dipenuhi bayangan bocah kecil yang tak pernah diizinkan menjadi bocah. Sehingga fokus Lisa tak sepenuhnya ada pada pelayan ramah yang sangat menyayangi tuannya itu.

"Please, My Lady," kata Smarth menyayat hati, "jangan melihat saya seolah saya telah membuat kesalahan yang sangat besar." Sambil merendahkan nada suaranya, ia mengangguk ke arah pagar tempat dua anak kuda sedang berlari-lari. "Kalau Anda mau berjalan ke arah pagar bersama saya, ada sesuatu yang ingin saya ceritakan yang mungkin ingin Anda ketahui."

Dengan usaha keras, Lisa memaksakan diri berkonsentrasi mendengarkan pelayan yang sedih itu, dan memenuhi permintaannya.

Smarth menatap lurus ke arah kuda-kuda itu lalu merendahkan suaranya dan berkata, "Saya dan Gibbons sudah membicarakannya, dan kami memutuskan Anda berhak tahu mengapa Master berlaku seperti kemarin. Dia bukan pria yang kasar, My Lady, tapi dari yang saya dengar mengenai Anda berdua sejak kembali ke sini, Anda sepertinya mendapatkan kesan jika Master sekeras batu."

Lisa membuka mulut untuk memberitahu pelayan yang cemas itu bahwa dia tak perlu mengkhianati kepercayaan yang sudah diberikan tuannya kepadanya, tapi kata-kata Smarth selanjutnya membuatnya terkejut. "Alasan lain mengapa kami memutuskan untuk memberitahu Anda adalah karena kami dengar Anda tidak akan terus berada di sini untuk menjadi istrinya Master Kim, hanya untuk tiga bulan, seperti itu."

"Bagaimana...?" seru Lisa.

"Gosip pelayan, My Lady," Smarth menjelaskan dengan sedikit bangga. "Estat ini adalah yang terbaik di Inggris, saya berani  bersumpah. Para pelayan tahu segala kejadian dalam waktu kurang dari tiga puluh menit setelah peristiwanya terjadi, kecuali tentu saja Mr Will dan Mr Ramsey sang kepala pelayan, jika mereka yang mendengarnya terlebih dahulu, mulut mereka tertutup rapat. Mereka tidak akan mengatakan apa-apa," terangnya, wajahnya berubah merah, tersadar jika tingkah lakunya yang bergosip terasa kurang sopan.

"Kau pasti jadi repot sekali, banyak hal yang harus kalian kerjakan" kata Lisa datar dan dilihatnya wajah Smarth bertambah merah.

Pria itu menggeser bobot tubuhnya dari satu kaki ke kaki yang lain, memasukkan tangannya ke saku, mengeluarkannya lagi, lalu menatap Lisa dengan putus asa, wajahnya yang kasar kini tampak sedih. "Anda ingin saya menceritakan tentang orang tua His Grace, lalu saya dan Gibbons sepakat kami tidak boleh membantah perintah Anda. Selain itu, Anda memang berhak tahu." Dan dengan suara pelan dan gugup, Smarth menceritakan kisah yang hampir mirip dengan yang tadi diceritakan oleh Yugyeom.

"Dan sekarang Anda sudah tahu bagaimana keadaan di sini selama ini," pungkas Smarth, "Saya dan Gibbons berharap Anda akan tinggal di sini lebih lama dari sekedar tiga bulan, dan membawa keceriaan ke tempat ini, seperti yang Anda lakukan dulu."

"Keceriaan yang sesungguhnya," Smarth memperbaiki. "Bukan yang hanya manis di mulut, namun keceriaan yang datang dari hati seperti yang Anda berikan kepada kami dulu sebelum Master kembali. Master tak pernaha mendengar suara tawa yang ceria di rumah ini. Saya yakin keceriaan dari Anda akan berdampak sangat baik baginya, apalagi jika Anda bisa membuatnya turut tertawa. Kami akan sangat berterimakasih."

***

Segala hal yang diketahui Lisa hari ini berputar-putar dalam benaknya seperti kaleidoskop yang memusingkan, membelok dan berubah bentuk, menembus dimensi baru sepanjang hari dan lama setelah Mingyu menariknya ke dalam dekapan lalu tertidur.

Langit sudah mulai terang, dan Lisa masih belum dapat tidur, ia menatap langit-langit, ragu-ragu melakukan tindakan yang nantinya dapat , dan akan, membuatnya sekali lagi rapuh di hadapan Mingyu. Sampai saat ini, ia menjadikan meninggalkan Mingyu dan tempat ini sebagai tujuannya, dan dengan demikian, ia selalu berhati-hati menjaga emosi, perasaan dan tindakannya.

Ia berbaring menyamping dan lengan Mingyu langsung memeluknya, menariknya agar bersandar ke dada pria itu, belakang kakinya menempel pada kaki pria itu. Sementara Mingyu membenamkan wajah di rambutnya. Tangan Mingyu terangkat untuk memeluknya semakin erat, tak ingin kehilangan dekapannya meski dengan mengantuk, seketika tubuh Lisa menggelenyar senang.

Aku menginginkan Mingyu, Lisa menyadari sambil mendesah dalam hati. Meskipun ia tahu seperti apa pria itu dulu, playboy, penggoda tak berperasaan, dan menikahinya dengan terpaksa, ia tetap menginginkannya. Di dalam penjagaan yang tenang, ia akhirnya mau mengakui hal itu kepada dirinya sendiri. Karena sekarang ia tahu Mingyu bukanlah seorang bangsawan manja tak bermoral.

Ia menginginkan cinta, kepercayaan, dan anak dari pria itu. Ia ingin menjadikan rumah ini riang oleh canda tawa, dan membuat rumah ini menjadi tampak indah di mata Mingyu. Ia ingin membuat seluruh dunia indah di mata Mingyu.

Yugyeom, sang nenek dan bahkan Jisoo percaya ia bisa membuat Mingyu jatuh cinta kepadanya. Ia tidak boleh menyerah sebelum mencoba, sekarang ia tahu itu.

Tapi ia tak tahu bagaimana ia akan menghadapinya jika gagal.

Lisa terus memikirkan berbagai hal, tanpa ia tahu jika jauh sebelum hari ini, Mingyu telah dengan lapang dada bersedia untuk dia bawa kemana pun yang wanita itu inginkan. Lisa tak pernah tahu, jika Mingyu yang sinis dan skeptis terhadap dunia, telah bersedia untuk melihatnya melalui kaca mata yang berbeda, asalkan itu Lisa. Sayangnya Lisa memang tak pernah tahu.

Something Wonderful (GYULIS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang