80

177 21 1
                                    

Lisa sudah  tahu pria itu akan penasaran, namun ia tidak menyangka pria itu akan langsung meminta jawaban, dan ia belum menyiapkan jawabannya. Sambil mengangkat bahu ia berkata dengan gugup, "Ku pikir aku ingin memperlihatkan kepadamu cara menjalani kehidupan yang ku sukai."

Bibir Mingyu melengkung sinis. "Dan sekarang karena kau sudah menunjukkan kepadaku kau sama sekali bukan wanita muda anggun dan halus seperti selama ini, aku seharusnya menjadi jijik padamu dan mengembalikanmu ke Morsham, begitu?"

Itu sama sekali tidak benar sehingga Lisa tertawa keras-keras. "Aku tak pernah memikirkan rencana semengerikan itu dalam seratus tahun," jawabnya, tampak benar-benar kagum mendengar gagasan itu. "Aku khawatir aku tidak begitu kreatif." Selama sedetik, Lisa berani bersumpah melihat kelebat rasa lega di mata kelabu pria itu, dan ia tiba-tiba bertekad akan mengembalikan suasana santai dan bersahabat yang mereka nikmati sewaktu memancing tadi. "Kau tidak percaya padaku, bukan?"

"Aku tidak yakin."

"Apakah aku pernah melakukan sesuatu yang membuatmu merasa aku tak bisa dipercaya?"

"Kaummu terkenal tidak jujur atau terbuka," jawan Mingyu datar.

"Kesalahan itu seharusnya ditimpakan kepada kaum pria," kata Lisa sambil bercanda, merebahkan diri dan meletakkan kepalanya di atas tangan sambil menatap awan-awan putih lembut yang berarak di langit biru cerah. "Pria tidak akan tahan kalau kami jujur dan terbuka."

"Ah, masa?" ejek Mingyu dan membaringkan diri di sampingnya, menyangga tubuhnya dengan siku.

Sambil mengangguk Lisa menoleh dan menatap Mingyu, "jika kami, kaum wanita ini jujur dan terbuka, kami tidak akan dapat meyakinkan para pria bahwa mereka lebih pintar, lebih bijaksana, dan lebih berani dari pada kami, padahal kelebihan mereka dibanding kami hanyalah pada kekuatan fisik yang diperlukan saat mengangkat barang-barang berat."

"Lisa," bisik Mingyu, "hati-hati menyinggung ego pria. Kami jadi tertantang untuk menunjukkan supremasi kami."

Nada suaranya yang parau ditambah tatapan merayu mata kelabunya, membuat jantung Lisa berdetak keras. Ia amat ingin melingkarkan tangannya di bahu yang bidang itu lalu menarik pria itu ke dekatnya, sambil gemetar ia bertanya, "Apakah aku menyinggung egomu?"

"Ya."

"Ka-karena aku berkata wanita lebih pintar, lebih berani dan lebih bijaksana daripada pria?"

"Bukan," bisik Mingyu, bibirnya yang tersenyum sekarang mulai mendekat pada Lisa, "karena ikan yang kau tangkap lebih besar dari pada ikanku."

Lisa terkikik geli dan langsung dibungkam oleh bibir Mingyu.

Benar-benar merasa tak berdaya dan puas, Mingyu memutuskan ingin menunda percintaan mereka beberapa menit lagi, dan setelah memberi ciuman lama penuh dahaga, ia berbaring di sebelah Lisa.

Wanita itu nampak agak terkejut dan sedikit kecewa karena Mingyu tidak melanjutkan.

"Nanti," janji Mingyu sambil tersenyum lambat yang membuat pipi Lisa merona dan tersenyum kemudian buru-buru menolehkan kepala. Beberapa menit kemudian ia tampak terpesona melihat sesuatu di langit.

"Apa yang sedang kau lihat?" tanya Mingyu akhirnya setelah memperhatikan Lisa.

"Naga," ketika Mingyu tampak tak mengerti ia mengangkat tangan dan menunjuk langit di sebelah barat daya. "Di sana, awan itu, apa yang kau lihat bila kau melihat awan itu?"

"Awan gendut."

Lisa memutar bola matanya. "Apa lagi yang kau lihat?"

Selama beberapa menit pria itu tetap diam memperhatikan langit, "Lima awan gendut dan tiga awan kurus."

Dengan senang bercampur kaget Mingyu melihat Lisa tertawa terbahak-bahak lalu berbaring menyamping dan mencium bibirnya, tapi ketika pria itu berusaha mendekapnya dan mengajaknya bercinta, Lisa melepaskan diri dan berkeras mereka melanjutkan memperhatikan langit.

"Kau tak punya imajinasi ya?" ejeknya lembut. "Coba lihat awan-awan itu, pasti salah satunya akan mengingatkan kau pada sesuatu. Bisa sesuatu yang berupa khayalan atau nyata."

Tertantang oleh ejekan Lisa bahwa dirinya tak punya imajinasi, Mingyu menyipitkan mata dan menatap lebih serius, lalu akhirnya mengenali bentuk yang ia ketahui. Jauh di langit sebelah kanan, ada awan yang bentuknya amat sangat mirip hewan yang dikenalinya. Begitu ia terlihat mengenali bentuk itu, Lisa dengan penuh semangat bertanya, "apa yang kau lihat?" dan sekujur tubuh Mingyu bergetar karena menahan diri akibat keinginannya menertawakan kekonyolannya sendiri.

"Aku sedang berpikir," jawabnya cepat, ia berkata, "Angsa," jawabnya dan dengan agak terpana ia berkata lagi, "Aku melihat angsa."

Memperhatikan bentuk-bentuk awan, pikir Mingyu tak lama kemudian, ternyata cara menikmati waktu yang cukup menyenangkan, terutama bila tangan Lisa menggenggam tangannya, dan tubuh yang nyaris saling memeluk satu sama lain. Beberapa menit kemudian gangguan Lisa berupa kedekatan serta aroma samar parfumnya menjadi  begitu sulit diabaikan. Sambil bertumpu pada telapak tangannya, dan tangan yang satu lagi memeluk Lisa, Mingyu perlahan-lahan mendekatkan bibirnya ke bibir Lisa. Tanggapan Lisa terhadap ciuman pertama itu begitu hangat dan penuh semangat sehingga Mingyu merasa hatinya luluh. Sambil melepaskan ciumannya, ia menatap wajah cantik Lisa, merasa tersanjung oleh kelembutan dan kehangatan wanita itu. "Sudahkah ku katakan," bisiknya khidmat. "betapa manisnya dirimu?"

Sebelum Lisa dapat menjawab, ia mencium wanita itu dengan sepenuh hati.

Something Wonderful (GYULIS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang