65

174 22 5
                                    

Pada saat yang sama sang tuan rumah yang sedang menyelenggarakan pesta dengan suara lantang mengumumkan kedatangan Lisa sang Nyonya Kim muda.

Lisa dengan ringan tak menghiraukan kepala-kepala yang berputar dan tatapan penuh tanya yang ditujukan ke arahnya. Ia dengan anggun berjalan menuruni tangga lebar dalam balutan pakaian paling berani yang pernah dikenakannya. Gaun itu sangat cocok untuknya, ia merasa sangat berani, bebas, dan gembira malam ini.

Di tengah jalan menuruni tangga, dengan santai ia melihat ke ruang dansa yang penuh sesak, mencari Seungkwan, Jisoo, atau neneknya. Sang nenek lah yang pertama kali dilihatnya, wanita itu berdiri dengan sekelompok teman-teman paruh bayanya, lalu Lisa berjalan ke arah wanita itu, sosoknya begitu bersinar memancarkan kemudaan, matanya berbinar-binar bagai permata yang dipakainya, ketika ia sesekali mengangguk kepada para kenalan.

"Selamat malam, Ma'am," sapa Lisa dengan gembira seraya mengecup pipi keriput sang nenek.

"Ku lihat hatimu sedang riang, anakku," kata sang nenek dengan wajah berseri-seri lalu menggenggam tangan Lisa yang memakai sarung tangan. "Aku juga senang melihat Mingyu mengindahkan nasehatku tadi pagi dan menghapus larangan konyolnya yang tidak memperbolehkanmu keluar tanpa ditemani dirinya," imbuhnya.

Sambil tersenyum jahil, Lisa dengan takzim menekuk kakinya dalam-dalam, lalu ia mengangkat kepala dan dengan riang berkata, "Tidak, Ma'am, dia tidak mengindahkan nasihatmu."

"Maksudmu...."

"Tepat sekali,"

"Oh!"

Karena Lisa sudah tahu kepada siapa sang nenek akan berpihak bila menyangkut kewajiban rumah tangga, reaksi tak bersemangat terhadap sifat tidak patuhnya itu sama sekali tidak meredupkan semangat Lisa. Malah, dalam suasana hati seperti ini, ia merasa tak ada satu pun yang dapat meredupkan semangatnya. Sampai beberapa menit kemudian ketika Jisoo tergopoh-gopoh mendatanginya, tampak benar-benar panik. "Oh, Lisa, mengapa kau melakukan ini!" seru wanita itu, terlalu tegang untuk menyadari bahwa sang nenek juga berdiri di situ. "Tak akan ada suami yang tak ingin mencekik lehermu, termasuk suamiku ketika dia mendengar tentang hal itu! Kau sudah keterlaluan, ini sama sekali tidak lucu! Kau tidak bisa melakukan....."

"Apa yang kau bicarakan?" sela Lisa, tapi jantungnya berdebar keras, otomatis bereaksi terhadap kecemasan sahabatnya yang biasanya tenang itu.

"Aku sedang berbicara tentang taruhan yang kau perintahkan pada Seungkwan untuk ditulis atas namamu di buku taruhan di White, Lisa!"

"Atas namaku?" seru Lisa dengan pelan.

"Taruhan apa?" Tutur sang nenek dengan nada suara rendah menggelegar.

Terlalu terkejut dan marah untuk menjawab pertanyaan sang nenek, Lisa menyerahkan tugas itu kepada Jisoo. Ia mengangkat roknya, membalikkan badan mencari Seungkwan. Namun yang dilihatnya hanyalah puluhan wajah pria menatapnya dengan ekspresi senang.

Akhirnya ia melihat Seungkwan. Ia pun langsung berderap mendatangi pria itu dengan sorot mata menusuk dan hati pilu.

"Lisa, sayangku," sambut Seungkwan sambil menyeringai lebar, "kau tampak lebih menawan daripada..." Ia mengulurkan tangan untuk meraih tangan Lisa, tapi wanita itu menarik tangannya, dan melotot dengan sorot menuduh ke arahnya.

"Mengapa kau melakukan ini padaku?" serunya getir.

"Mengapa kau tega menulis taruhan di buku dan menulis namaku!"

Untuk kedua kalinya sejak mereka bertemu, Seungkwan tidak berhasil mempertahankan ekspresi datarnya. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan nada rendah dan tersinggung. "Aku melakukan sesuai yang kau inginkan. kau ingin menunjukkan ke kalangan  bangsawan bahwa dirimu tidak akan bertekuk lutut di kaki Mingyu, dan aku meletakkan taruhan untukmu di tempat yang terbaik agar perasaanmu diketahui umum. Dan itu bukan tugas yang mudah," lanjutnya dengan kesal. "Hanya anggota White yang diizinkan menuliskan taruhan di sana, itulah sebabnya aku mencantumkan namaku di atas namamu dan menjadi penjamin..."

Something Wonderful (GYULIS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang