17

248 34 1
                                    

Pagi-pagi sekali keesokan harinya, Lisa berdiri di depan jendela kamar tidurnya, memandang ke jalan masuk. Dilihatnya sebuah kereta kuda datang mendekat dengan lentera berkelip-kelip di kegelapan subuh. "Rose!" desahnya seraya berlari keluar kamar, bergegas menyusuri koridor lantai tiga.

Will membukakan pintu tepat ketika Rose keluar dari kereta kuda dan berlari menaiki tangga depan rumah yang sangat besar itu, rambut merahnya yang panjang berkibar-kibar di belakang, lengannya penuh dengan bingkisan aneka bentuk, jemarinya mencekeram pinggiran topinya. Setibanya di teras Roseanne tiba-tiba menghentikan larinya dan menekuk kaki di depan sang kepala pelayan yang terperanjat, pria itu disangkanya orang penting karena sikapnya begitu angkuh. Lalu dengan nada memohon ia berkata, "Please, tuan, dimana Lisa? Apakah dia masih hidup?"

Ketika sang kepala pelayan hanya bisa melongo, Roseanne berputar lalu menghadap ke pelayan, menekuk kakinya lagi, kemudian bertanya, "Dimana Lisa, tuan? Tolong beritahu saya!"

Lisa cepat-cepat menuruni tangga dan masuk ke teras. Ia langsung mendekap Roseanne berikut semua bingkisan dan topi bonnetnya. "Roseanne!" serunya gembira. "Betapa bahagianya aku karena kau telah datang."

Di rumah Nyonya Kim yang sepi seperti kuburan, penyambutan yang berisik seperti itu bisa dianggap sebagai kehebohan sehingga bukan saja tiga orang pelayan yang tertarik masuk ke teras, tetapi juga sang Nyonya Kim dan cucu tertuanya.

Di Morsham, Roseanne berasal dari keluarga sederhana yang tidak tahu dan tidak memperdulikan tata krama, perilaku sopan, etiket, ataupun penilaian orang yang kedudukannya lebih tinggi, yang lagi pula tak pernah berhubungan dengan mereka. Jadi, mujurlah Roseanne karena tidak tahu, dan sama sekali tidak peduli, dirinya sedang dinilai dan ditertawakan oleh para penghuni estat itu, termasuk kepala pelayan dan para pelayan.

Gadis itu sama sekali tak peduli apa pun pendapat mereka, yang ia ketahui hanyalah Lisa sepertinya berada dalam masalah. "Oh Lisa!" seru Roseanne dengan nada marah dan melemparkan tubuhnya ke arah Lisa. "Ku pikir kau sedang sekarat! Ternyata kau sehat-sehat saja, walaupun sedikit pucat, yang mungkin diakibatkan tinggal di rumah suram yang didiami penghuni yang muram ini." Nyaris tidak  berhenti untuk menarik napas, ia dengan penuh semangat melanjutkan, "Di suratmu kau sepertinya sangat sedih sehingga Mama juga memutuskan ingin datang, tapi tidak bisa karena papaku sakit lagi. Dan kusir yang menyeramkan itu tak mau memberitahu apa pun mengenai dirimu, meskipun aku sudah memohon kepadanya. Dia hanya menatap ke arahku dari atas hidungnya yang besar dan berkata, 'saya yakin saya tidak layak untuk tahu.' Nah sekarang katakan padaku detik ini juga sebelum aku meledak! Mengapa kau diasingkan dan apa maksud musibah mengerikan yang kau tulis di suratmu, dan siapa orang-orang ini!"

Di belakang mereka Nyonya Kim berkata dengan suara menggelegar seperti cambuk, "Nona Bruschweiler diasingkan karena akan menikah dengan pemilik rumah 'muram', yang kebetulan adalah cucuku."

Mulut Roseanne ternganga dan ia  berputar ke arah Lisa. "Oh tidak!" Erangnya, lalu tatapannya dengan tatapannya dengan takut beralih ke Will, yang disangkanya pemilik rumah karena memakai pakaian hitam yang elegan. "Lisa, kau tidak boleh menikah dengan pria itu! Aku tak kan membiarkanmu! Lisa, dia gendut!"

Melihat amarah mulai berkobar dalam diri neneknya, Mingyu berdeham dari tempatnya di ambang pintu di seberang koridor, tempat ia mengawasi kehebohan itu dengan rasa kesal bercampur geli. "Lisa, mungkin sebaiknya temanmu dibantu meletakkan bingkisan-bingkisan itu dan diperkenalkan dengan baik?"

Lisa terlonjak mendengar suara Mingyu yang berat dan dalam. "Ya. Ya, tentu," ujarnya lekas-lekas ketika Will melangkah ke depan dan mengambil bingkisan dari kedua tangan Roseanne. "Apa sih yang ada di dalam bungkusan yang besar itu?" tanya Lisa sambil berbisik ketika Will membalikkan badan dan mulai berjalan menyusuri koridor.

"Obat yang terbuat dari jeroan dan kulit binatang," Roseanne sengaja berbohong keras-keras, "yang dibuat Mama dari segala macam bahan yang bisa menyembuhkanmu."

Lengan Will langsung terjulur ke depan, dan kedua gadis itu berusaha menahan tawa, tapi tawa Lisa segera menghilang secepat datangnya. Ia mencengkeram siku Roseanne lalu meremasnya untuk memperingatkan, lalu memutar tubuh temannya sehingga mereka berhadapan dengan Mingyu dan neneknya. Begitu melihat wajah Nyonya Kim yang keras seperti granit Roseanne langsung melangkah mundur, sementara Lisa dengan gugup memperkenalkan.

Tak memperdulikan sapaan Roseanne yang terbata, sang Nyonya langsung membentak gadis itu dengan pertanyaan, "Australia?" tanyanya dengan nada jijik.

Lebih karena bingung dari pada ketakutan, Roseanne mengangguk.

"Seharusnya aku sudah tahu," jawab Nyonya Kim getir, "Dan juga katolik, tentunya?"

Roseanne kembali mengangguk.

"Pastinya begitu." Sambil melemparkan tatapan merana ke arah Mingyu, sang nenek membalikkan badan lalu berderap masuk ke ruang duduk. Seorang ratu tentunya tak tahan bila melihat rakyat jelata yang kurang ajar.

Roseanne memandangi kepergian wanita itu, wajah cantiknya tampak bingung ketika mengintip wanita itu dari belakang, lalu ia menoleh ke Lisa yang memperkenalkan pria jangkung itu sebagai Kim Mingyu.

Begitu terpukau untuk dapat berkata-kata, Roseanne menatap Lisa, matanya membelalak. "Seorang bangsawan?" bisiknya, tak menghiraukan sang pemilik gelar yang sedang menunggunya menekuk kaki.

Lisa mengangguk, seketika menyadari bahwa mengundang Roseanne ke sini adalah tindakan yang tidak bijaksana bagi gadis desa yang sederhana itu.

"Bangsawan sungguhan?" tanya Roseanne sambil berbisik ngotot, begitu ketakutan sehingga tak berani melihat wajah Mingyu.

"Asli," ujar Mingyu datar lamat-lamat. "Bangsawan sungguhan. Nah, karena kita semua sudah sepakat mengenai siapa aku, bagaimana kalau kami menerka siapa dirimu?"

Merona sampai ke akar rambutnya yang merah, Roseanne menekuk kaki, berdeham, lalu berkata, "Roseanne Park, Tuan. Eh. My Lord. Yang Mulia." Ia menekuk kaki lagi. "Siap melayani Anda, Tuan. Eh. My Lo..."

"Your Grace saja sudah cukup," sela Mingyu.

"Apa?" ulang Roseanne bingung, wajahnya bertambah merah.

"Akan ku jelaskan di atas." bisik Lisa. Mengumpulkan keberaniannya, ia menatap ragu ke arah Mingyu, yang berdiri menjulang di ambang pintu seperti dewa raksasa yang berbahaya. Lebih besar daripada apa pun. Mengancam. Namun anehnya juga menyenangkan. "Kalau kau mengizinkan, Your Grace, aku akan membawa Roseanne ke atas."

"Silahkan," ujar Mingyu lamat-lamat, dan Lisa entah mengapa merasa kesal karena pria itu menganggap mereka berdua sangat lucu seperti dua ekor anak anjing yang bermain-main di depan kandang kuda.

Ketika mereka berjalan melewati ruang duduk, terdengar suara Nyonya Kim membahana seperti gelegar petir, "Tekuk kaki!" hardiknya.

Kedua gadis langsung memutar badan dan serentak menekuk kaki ke arah pintu ruang duduk.

"Dia gila ya?" cetus Roseanne begitu mereka hanya berdua di kamar tidur Lisa. Matanya melebar karena takut dan tersinggung, ia melihat sekeliling kamar yang mewah itu sekan-akan mengira Nyonya Kim akan muncul seperti hantu. "Apakah dia selalu membentak orang dengan satu patah kata? Australia! Katolik! Tekuk kaki!" tiru Roseanne.

"Ini memang sanatorium," Lisa setuju, tawanya yang spontan langsung berhenti ketika teringat akan nasibnya. "Dan aku menikah dengan mereka."

"Tapi kenapa?" bisik Roseanne, wajahnya yang lugu tampak menyembunyikan rasa cemas. "Lisa, apa yang terjadi padamu? Baru empat hari yang lalu kita bermain tombak dan tertawa bersama, lalu kau menghilang, dan sekarang seluruh desa membicarakan dirimu. Mamaku bilang aku tidak usah mendengarkan apa pun yang mereka katakan sampai bisa berbicara langsung denganmu, tapi istri tuan tanah memberitahu tuan hakim, yang memberitahu aku, bahwa kami tidak boleh berbicara denganmu lagi. Kami harus menyeberangi jalan kalau melihatmu datang dan menghindarimu karena sekarang kau sudah tercemar."

Lisa tidak tahu ia bisa merasa lebih kesepian dan nelangsa seperti yang dirasakannya selama ini, tapi berita ini membubat hatinya sangat sedih karena tak berdaya untuk memprotes. Semua orang percaya ia telah melakukan hal yang buruk. Orang-orang yang dikenalnya sejak bayi tak segan-segan mengucilkannya, tanpa mau mendengar cerita itu dari pihaknya. Hanya Roseanne dan keluarganya yang masih percaya padanya sehingga mau menunggu penjelasan darinya.

Something Wonderful (GYULIS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang