94

371 23 3
                                    

Lisa menolehkan kepalanya di bantal ketika Mingyu berjalan melewati ambang pintu yang menyatukan kamarnya dengan kamar pria itu. Sudah dua hari berlalu sejak ia terluka, dua hari dua malam ia terombang-ambing antara sadar dan tak sadar. Setiap kali ia terbangun, Mingyu sedang duduk di samping tempat tidurnya, senantiasa waspada, kecemasan pria itu terbayang jelas pada wajahnya.

Sekarang karena Lisa sudah sadar penuh, ia ingin mendengar pria itu berbicara dengan lembut kepadanya seperti dua hari kemarin, atau menatapnya dengan penuh cinta. Namun, malangnya pagi ini ekspresi Mingyu sangat datar dan benar-benar tak bisa dibaca. Sampai-sampai Lisa bertanya dalam hati apakah ia hanya membayangkan kata-kata lembut dan amat sangat manis itu ketika Mingyu mengira ia sedang sekarat.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Mingyu, suaranya yang dalam hanya menunjukkan kepedulian yang sopan ketika ia mendekat dan berdiri di samping tempat tidur.

"Sangat baik, terima kasih," balas Lisa tak kalah sopan. "Sedikit letih, hanya itu saja."

"Ku rasa kau ingin mendengar jawaban dari beberapa pertanyaan, mengenai apa yang terjadi dua hari lalu,"

Sebenarnya yang Lisa inginkan adalah Mingyu memeluknya dan mengatakan pria itu cinta padanya. "Ya, tentu saja," jawabnya, cemas melihat suasana hati pria itu yang tak dapat dibaca.

"Secara singkatnya, satu setengah tahun yang lalu, Bammie menangkap basah salah satu pelayan dapur, penduduk setempat bernama Jena, sedang mencuri uang dari dompetnya. Wanita itu mengaku dia ingin memberikan uang itu ke abangnya, yang menunggu di hutan tepat di belakang rumah mereka. Bammie dan ibunya sudah merancang rencana untuk membunuhku, tapi sampai saat itu mereka belum menemukan orang yang bersedia melakukannya. Alih-alih menghukum pelayan itu karena mencuri uang, Bammie membuat wanita itu menandatangani surat pengakuan, bahwa dirinya melakukan pencurian. Bammie kemudian membayar kedua abang wanita itu untuk menghabisiku di malam kita bertemu, dan dia menyimpan surat pengakuan pelayan itu untuk menjamin wanita itu akan tetap menutup mulut dan kedua abangnya bersedia bekerja sama.

"Kau merusak rencana mereka dengan menyelamatkanku sambil menunggang kuda dan memakai baju zirah, namun salah satu abangnya, yang kau tembak, berhasil naik kuda dan melarikan diri sementara aku membawamu ke penginapan."

"Bammie mencoba lagi empat hari setelah kita menikah, namun kali ini kedua pria yang disewanya membawa kabur uangnya, dan bukannya membunuh aku, mereka menggandakan penghasilan mereka dengan menyerahkanku ke kapal perang. Seperti yang dikatakan bibiku," kata Mingyu sinis, "sungguh sulit mempekerjakan orang yang cakap bila kita tidak punya banyak uang."

Ia memasukkan tangannya ke saku lalu melanjutkan, "ketika aku kembali dari kematian beberapa saat yang lalu, Bammie memperingatkan pelayannya bahwa ia masih punya surat pengakuan wanita itu dan menggunakannya untuk memeras abangnya agar berusaha membunuhku lagi. Kali ini dia menembakku di Book Street, pada malam kau tidur di kamar pengasuh anak."

Lisa menatap Mingyu dengan terkejut. "Kau tak pernah mengatakan kepadaku bahwa ada orang yang menembakmu malam itu."

"Aku tak melihat alasan mengapa harus membuatmu cemas," kata Mingyu, lalu menggeleng dan sambil menggerutu menambahkan, "itu tidak sepenuhnya benar. Jauh di dalam benakku, aku juga mengira kau mungkin orang yang menembakkan pistol itu. Dilihat dari bentuk tubuhnya, penembak itu bisa saja dirimu. Dan kau mengatakan padaku bahwa kau akan melakuka apa pun agar dapat mengakhiri pernikahan kita."

Lisa menggigit bibir dan memalingkan wajahnya dari Mingyu, namun pria itu sempat melihat sorot terluka dan menuduh dalam mata wanita itu. Ia memasukkan tangannya lebih dalam ke saku lalu melanjutkan, "Tiga hari yang lalu, seorang pelayan bernama Moon meninggal karena meminum anggur yang berasal dari karaf anggur yang kita bawa waktu piknik, anggur yang sama yang berulang kali kau tawarkan kepadaku untuk ku minum."

Something Wonderful (GYULIS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang